PENDAHULUAN DEFINISI EPIDEMIOLOGI Perlemakan Hati Non Alkoholik

PERLEMAKAN HATI NON ALKOHOLIK Melati Silvanni Nst, Ilhamd

I. PENDAHULUAN

Hubungan antara steatosis, inflamasi dan sirosis dengan obesitas dan diabetes sudah diketahui sejak tahun 1958. Steatohepatitis pada pasien-pasien non alkoholik pertama kali disampaikan oleh Peter dkk pada tahun 1975 pada kelompok obesitas yang menjalani operasi bypass jejunoileal Perlemakan hati non alkoholik merupakan kondisi yang makin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati lanjut. Spektrum penyakit perlemakan ini mulai dari perlemakan hati sederhana simple steatosis sampai pada steatohepatitis non alkoholik nonalcoholic steatohepatitis = NASH, fibrosis dan sirosis hati. Steatohepatitis non alkoholik muncul setelah Ludwig dkk 1980 melaporkan sekelompok pasien yang dapat dikatakan tidak mengkonsumsi alkohol tapi memperlihatkan gambaran biopsi hati yang sulit dibedakan dengan hepatitis akibat alkohol. 1 2

II. DEFINISI

Sampai saat ini masih terdapat beberapa ketidaksepahaman dalam terminologi penyakit perlemakan hati, misalnya mengenai pemilihan istilah perlemakan hati non alkoholik nonalcoholic fatty liver = NAFL atau penyakit perlemakan hati non alkoholik nonalcoholic fatty liver disease = NAFLD. Pada umumnya disepakati bahwa steatohepatitis non alkoholik nonalcoholic steatohepatitis = NASH merupakan perlemakan hati pada tingkat yang lebih berat Dikatakan sebagai perlemakan hati apabila kandungan lemak di hati sebagian besar terdiri atas trigliserida melebihi 5 dari seluruh berat hati. Karena pengukuran berat hati sangat sulit dan tidak praktis, diagnosis dibuat berdasarkan analisis spesimen biopsi jaringan hati, yaitu ditemukannya minimal 5-10 sel lemak dari keseluruhan hepatosit 2 Kriteria lain yang juga sangat penting adalah pengertian non alkoholik. Batas untuk menyatakan seseorang minum alkohol yang tidak bermakna sempat menjadi perdebatan, tetapi lebih banyak ahli yang menyepakati bahwa konsumsi alkohol sampai 20 gram per hari masih bisa digolongkan sebagai non alkoholik 2 2 Universitas Sumatera Utara

III. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi perlemakan hati non alkoholik berkisar antara 15-20 pada populasi dewasa di Amerika Serikat, Jepang dan Italia. Diperkirakan 20-30 diantaranya berada dalam fase yang lebih berat steatohepatitis non alkoholik. Di Indonesia penelitian mengenai perlemakan hati non alkoholik masih belum banyak. Lesmana melaporkan 17 pasien steatohepatitis non alkoholik, rata-rata berumur 42 tahun dengan 29 gambaran histologi hati menunjukkan steatohepatitis disertai fibrosis. Sebuah studi populasi dengan sampel cukup besar oleh Hasan dkk mendapatkan prevalensi perlemakan hati non alkoholik sebesar 30,6. Beberapa karakteristik klinis berhubungan dengan steatohepatitis non alkoholik, termasuk diabetes mellitus, hiperlipidemia, hipertensi dan obesitas. Semua penyakit ini berhubungan dengan keadaan resistensi insulin. Perlemakan hati non alkoholik telah ditunjukkan dari beberapa studi berhubungan dengan resistensi insulin. Obesitas ditemukan pada 40-100 pasien perlemakan hati non alkoholik dengan diabetes dan hiperlipidemia terjadi pada 21-75 dan 21-83. 2 Perlemakan hati non alkoholik dapat terjadi pada semua usia termasuk anak- anak, walaupun penyakit ini dikatakan paling banyak pada dekade keempat dan kelima kehidupan. Jenis kelamin yang dominan berbeda-beda dalam berbagai penelitian, namun umumnya menunjukkan adanya predileksi perempuan. 1 2

IV. PATOGENESIS