Perancangan Jaringan Lan Pada Gedung Perkantoran Dengan Menggunakan Software Cisco Packet Tracer

(1)

PERANCANGAN JARINGAN LAN PADA GEDUNG

PERKANTORAN DENGAN MENGGUNAKAN

SOFTWARE

CISCO PACKET TRACER

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi

Oleh:

Nim: 100422025

Dian Saiful Ramadhan Nur Tanjung

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

ABSTRAK

Penggunaan dan perkembangan jaringan komputer saat ini begitu pesat. Banyak organisasi maupun kantor yang memanfaatkan jaringan komputer sebagai sarana dalam penyelesaian tugasnya. Koneksi jaringan komputer merupakan suatu hal yang mendasar dalam suatu jaringan karena bila koneksi bermasalah, maka semua jenis aplikasi yang dijalankan melalui jaringan komputer tidak dapat digunakan. Cisco Packet Tracer dapat digunakan untuk simulasi yang mencerminkan gambaran dari jaringan komputer pada sistem jaringan yang digunakan. Dengan menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer

simulasi mengenai jaringan dapat dimanfaatkan menjadi informasi tentang keadaan koneksi komputer dalam suatu jaringan.

Tugas Akhir ini merancang dua buah perancangan, yakni perancangan dengan topologi mesh dan ring dari empat buah gedung dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer dan menghubungkan jaringan antar gedung tersebut dengan perangkat berupa router, serta membandingkan hasil kinerja dari kedua perancangan tersebut. Parameter yang menjadi acuan dalam membandingkan kinerjanya adalah berupa delay,

packet loss dan throughput.

Adapun cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil perbandingannya adalah dengan melakukan perngujian sebanyak sepuluh kali antar masing-masing gedung pada kedua model perancangan tersebut, sehingga didapatlah perhitungan beberapa rata-rata perbandingan delay, packet loss dan throughput yang terjadi pada kedua perancangan tersebut.

Dari analisis kinerja jaringan kedua perancangan tersebut untuk Perancangan I dari A ke B, A ke C dan A ke D didapat delay berturut-turut sebesar 114 ms, 110 ms dan 113 ms serta throughput sebesar 0,917 kbps, 1,258 kbps dan 1,638 kbps. Sedangkan untuk perancangan II dari A ke B, A ke C dan A ke D didapat delay berturut-turut sebesar 116 ms, 112 ms dan 140 ms serta throughput sebesar 1,252 kbps, 0,962 kbps dan 0,792 kbps. Sementara packet loss pada kedua perancangan tersebut adalah sama yaitu sebesar 2,5%.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya serta kekuatan, kesabaran dan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:

PERANCANGAN JARINGAN LAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana pada Departemen Teknik Elektro Sub Jurusan Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT selaku Sekretaris Jurusan Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji II yang membantu dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

3. Ibu Naemah Mubarakah, ST. MT selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan Tugas Akhir ini, atas segala limpahan ilmunya, bimbingan, petunjuk, kesabaran dan kemurahan hatinya yang diberikan kepada penulis selama dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ali Hanafiah Rambe, ST. MT selaku Ketua Penguji (Dosen Penguji I) yang membantu dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro atas ilmu yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan sehingga penulis dapat mengerjakan Tugas Akhir ini.


(5)

6. Seluruh Karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, khususnya buat Bang Martin dan Bang Divo terima kasih banyak atas semua bantuan dan kemudahan yang diberikan.

7. Secara khusus ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan yang tak terhingga kepada orang tua terkasih Ayahanda Safran Tanjung dan Ibunda Nur Aisyah Zai atas segala do’a, cinta, kasih dan bimbingan, perhatian, semangat, kebaikan, kemurahan hati, keikhlasan dan ketulusan serta dukungan moril dan materil kepada penulis, serta Kakanda Dien Syahfitri Nur Tanjung, SE dan adinda Ricky Tranando Tanjung, Abdullah Saleh Tanjung dan Intan Permata Sari Tanjung.

8. Lia Murti Tirtayasa, ST terimakasih untuk semua dukungan, bantuan, motivasi dan waktu yang demikian banyak hingga akhirnya semua bisa terlampaui. 9. Seluruh teman-teman khususnya Putta, Taufik (Gorgom), Ba’im, Ridwan dan

Tim Futsal saya, serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 10.Teman-teman Ekstensi Teknik Elektro Telekomunikasi stambuk 2010,

khususnya Roland yang telah banyak memberikan ide dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, Ijonk, Iwan (Jager), Ramando, Franklin, Rayhan, Wira, Ronzy, Elzas, Nata, Dontri serta teman-teman yang tidak disebutkan namanya terima kasih atas kebaikan yang kalian berikan kepada penulis.

Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2013 Penulis,

(Dian Saiful Ramadhan Nur Tanjung 100422025


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metode Penulisan ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TEORI DASAR JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) ... 5

2.1 Sejarah Jaringan ... 5

2.2 Jaringan Komputer ... 6

2.3 Tipe Jaringan Komputer ... 7

2.4 Topologi Jaringan Komputer ... 10

2.4.1 Topologi Bus ... 10

2.4.2 Topologi Bintang (Star) ... 10

2.4.3 Topologi Cincin (Ring) ... 11

2.4.4 Topologi Jala (Mesh) ... 12

2.4.5 Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Topologi ... 14

2.5 Local Area Network (LAN) ... 14

2.5.1 Jaringan Client Server ... 15

2.5.2 Jaringan Peer to Peer ... 16

2.6 Perangkat LAN ... 17


(7)

2.6.2 Stasiun (Station) ... 18

2.6.3 Kartu Jaringan (Network Interface Card) ... 18

2.6.4 Kabel dan Konektor ... 19

2.6.5 Perangkat Tambahan LAN ... 19

2.7 Media Transmisi ... 24

2.7.1 Kabel Coaxial ... 26

2.7.2 Kabel Serat Optik ... 26

2.7.3 Kabel Twisted Pai ... 27

2.8 Protokol ... 28

2.8.1 Standarisasi Protokol ... 28

2.8.2 OSI dan TCP/IP ... 29

2.8.2.1 Open System Interconnection (OSI) ... 29

2.8.2.2 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) 31 2.9 IP Address ... 32

2.10 Subnet Mask ... 35

2.11 Default Gateway ... 36

BAB III PENGGUNAAN SOFTWARE DAN PERANCANGAN JARINGA 39

3.1 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer ... 39

3.2 Item Tools yang Digunakan pada Aplikasi Cisco Packet Tracer ... 40

3.3 Parameter Sistem ... 43

3.3.1 Delay ... 43

3.3.2 Packet Loss ... 44

3.3.3 Throughput ... 45

3.4 Perancangan Jaringan dengan Menggunakan Cisco Packet Tracer ... 45

3.4.1 Membuat Model Jaringan ... 48

3.4.2 Menentukan IP Address ... 49

3.4.3 Setting Router ... 49


(8)

BAB IV ANALISIS KINERJA JARINGAN YANG DIRANCANG PADA

SOFTWARE CISCO PACKET TRACER ... 54

4.1 Umum ... 54

4.2 Analisis Perancangan I ... 55

4.2.1 Analisis Delay ... 55

4.2.2 Analisis Packet Loss ... 58

4.2.3 Analisis Throughput ... 61

4.3 Analisis Perancangan II ... 64

4.3.1 Analisis Delay ... 64

4.3.2 Analisis Packet Loss ... 67

4.3.3 Analisis Throughput ... 70

4.4 Analisis Perbandingan Perancangan I dan II ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Local Area Network (LAN) ... 8

Gambar 2.2 Metropolitan Area Network (MAN) ... 9

Gambar 2.3 Wide Area Network ... 9

Gambar 2.4 Topologi Bus ... 10

Gambar 2.5 Topologi Bintang (Star) ... 11

Gambar 2.6 Topologi Cincin (Ring) ... 12

Gambar 2.7 Tipe Full Connected pada Topologi Jala (Mesh) ... 12

Gambar 2.8 Tipe Partial Connected pada Topologi Jala (Mesh) ... 13

Gambar 2.9 Jaringan Client Server ... 15

Gambar 2.10 Jaringan Peer to Peer ... 17

Gambar 2.11 Perangkat Tambahan LAN pada Lapisan OSI ... 19

Gambar 2.12 Simbol Hub ... 20

Gambar 2.13 Bridge menghubungkan tipe jaringan yang sama ... 21

Gambar 2.14 Bridge menghubungkan tipe jaringan yang berbeda ... 22

Gambar 2.15 Simbol Switch ... 23

Gambar 2.16 Simbol Router ... 24

Gambar 2.17 Lapisan OSI ... 30

Gambar 2.18 Lapisan TCP/IP ... 31

Gambar 2.19 Kelas-Kelas IP Address ... 33

Gambar 2.20 Pembagian Kelas pada Subnet Mask ... 35

Gambar 3.1 Splash Screen ketika memulai Cisco Packet Tracer ... 40

Gambar 3.2 Tampilan Menu Utama pada Aplikasi Cisco Packet Tracer ... 40

Gambar 3.3 Model Jaringan ... 48

Gambar 3.4 Menentukan Alamat IP address ... 49

Gambar 3.5 Pemakaian Router (Perancangan I) ... 50

Gambar 3.6 Pemakaian Router (Perancangan II) ... 50


(10)

Gambar 4.1 Tampilan menu CLI untuk melihat rute antar jaringan pada

Perancangan I ... 55 Gambar 4.2 Tampilan menu CLI untuk melihat rute antar jaringan pada


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian masing-masing topologi... 14

Tabel 2.2 Topologi Jaringan dan Jenis Kabel yang sering digunakan ... 25

Tabel 3.1 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Delay ... 44

Tabel 3.2 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Packet Loss ... 44

Tabel 3.3 IP untuk masing-masing PC pada gedung A dengan network 192.168.10.0 45 Tabel 3.4 IP untuk masing-masing PC pada gedung B dengan network 192.168.11.0 46

Tabel 3.5 IP untuk masing-masing PC pada gedung C dengan network 192.168.12.0 47

Tabel 3.6 IP untuk masing-masing PC pada gedung D dengan network 192.168.13.0 47 Tabel 3.7 IP address yang digunakan dalam interface-interface router ... 51

Tabel 4.1 Hasil pengujian delay dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung B) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 56

Tabel 4.2 Hasil pengujian delay dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung C) menurut softwareCisco Packet Tracer pada perancangan I ... 57

Tabel 4.3 Hasil pengujian delay dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung D) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 57

Tabel 4.4 Hasil pengujian packet loss dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung B) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 59

Tabel 4.5 Hasil pengujian packet loss dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung C) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 59

Tabel 4.6 Hasil pengujian packet loss dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung D) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 60

Tabel 4.7 Nilai throughput dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung B) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 61

Tabel 4.8 Nilai throughput dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung C) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 62

Tabel 4.9 Nilai throughput dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung D) menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan I ... 63 Tabel 4.10 Hasil pengujian delay dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung B) menurut


(12)

software Cisco Packet Tracer pada perancangan II ... 65 Tabel 4.11 Hasil pengujian delay dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung C) menurut

software Cisco Packet Tracer pada perancangan II ... 66 Tabel 4.12 Hasil pengujian delay dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung D) menurut

software CiscoPacket Tracer pada perancangan II ... 66 Tabel 4.13 Hasil pengujian packet loss dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung B)

menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan II ... 68 Tabel 4.14 Hasil pengujian packet loss dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung C)

Menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan II ... 68 Tabel 4.15 Hasil pengujian packet loss dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung D)

menurut software Cisco Packet Tracer pada perancangan II ... 69 Tabel 4.16 Nilai throughput dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung B) menurut

software Cisco Packet Tracer pada perancangan II ... 70 Tabel 4.17 Nilai throughput dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung C) menurut

softwareCisco Packet Tracer pada perancangan II ... 71 Tabel 4.18 Nilai throughput dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung D) menurut

software Cisco Packet Tracer pada perancangan II ... 72 Tabel 4.19 Perbandingan perancangan I dengan perancangan II ... 73


(13)

ABSTRAK

Penggunaan dan perkembangan jaringan komputer saat ini begitu pesat. Banyak organisasi maupun kantor yang memanfaatkan jaringan komputer sebagai sarana dalam penyelesaian tugasnya. Koneksi jaringan komputer merupakan suatu hal yang mendasar dalam suatu jaringan karena bila koneksi bermasalah, maka semua jenis aplikasi yang dijalankan melalui jaringan komputer tidak dapat digunakan. Cisco Packet Tracer dapat digunakan untuk simulasi yang mencerminkan gambaran dari jaringan komputer pada sistem jaringan yang digunakan. Dengan menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer

simulasi mengenai jaringan dapat dimanfaatkan menjadi informasi tentang keadaan koneksi komputer dalam suatu jaringan.

Tugas Akhir ini merancang dua buah perancangan, yakni perancangan dengan topologi mesh dan ring dari empat buah gedung dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer dan menghubungkan jaringan antar gedung tersebut dengan perangkat berupa router, serta membandingkan hasil kinerja dari kedua perancangan tersebut. Parameter yang menjadi acuan dalam membandingkan kinerjanya adalah berupa delay,

packet loss dan throughput.

Adapun cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil perbandingannya adalah dengan melakukan perngujian sebanyak sepuluh kali antar masing-masing gedung pada kedua model perancangan tersebut, sehingga didapatlah perhitungan beberapa rata-rata perbandingan delay, packet loss dan throughput yang terjadi pada kedua perancangan tersebut.

Dari analisis kinerja jaringan kedua perancangan tersebut untuk Perancangan I dari A ke B, A ke C dan A ke D didapat delay berturut-turut sebesar 114 ms, 110 ms dan 113 ms serta throughput sebesar 0,917 kbps, 1,258 kbps dan 1,638 kbps. Sedangkan untuk perancangan II dari A ke B, A ke C dan A ke D didapat delay berturut-turut sebesar 116 ms, 112 ms dan 140 ms serta throughput sebesar 1,252 kbps, 0,962 kbps dan 0,792 kbps. Sementara packet loss pada kedua perancangan tersebut adalah sama yaitu sebesar 2,5%.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan dan perkembangan jaringan komputer saat ini begitu pesat. Banyak organisasi maupun kantor yang memanfaatkan jaringan komputer sebagai sarana dalam penyelesaian tugasnya. Seiring dengan perkembangan tersebut, kebutuhan user akan kualitas jaringan semakin meningkat baik itu LAN ataupun WAN. Kualitas yang dimaksud adalah jaringan komputer yang terbebas dari masalah seperti pengiriman data yang lambat, koneksi yang tidak stabil, dan sebagainya sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi produktivitas kerja. Koneksi jaringan komputer merupakan suatu hal yang mendasar dalam suatu jaringan, karena bila koneksi itu bermasalah maka semua jenis aplikasi yang dijalankan melalui jaringan komputer tidak dapat digunakan.

Mengingat kebutuhan akan informasi jaringan komputer begitu penting terutama untuk mencari kerusakan jaringan secara cepat, mudah, dan murah, maka untuk mengatasi masalah di atas seorang administrator jaringan memerlukan aplikasi Network Monitoring System untuk simulasi yang dapat mencerminkan arsitektur dari jaringan komputer pada sistem jaringan yang digunakan. Ada banyak software yang dapat digunakan dalam simulasi jaringan komputer, diantaranya GNS3, I network¸ dan Cisco Packet Tracer. Diantara beberapa software tersebut Cisco Packet Tracer merupakan

software yang paling mudah penggunaan dan instalasinya. Dengan menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer, simulasi data mengenai jaringan dapat dimanfaatkan


(15)

menjadi informasi tentang keadaan koneksi suatu komputer dalam suatu jaringan, apabila terjadi masalah dalam interkoneksi jaringan.

Ada beberapa jenis topologi dalam suatu jaringan komputer, diantaranya adalah

mesh (jala) dan ring (cincin). Topologi mesh (jala) adalah suatu bentuk hubungan antar perangkat dimana setiap perangkat terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di dalam jaringan sehingga dalam topologi mesh setiap perangkat dapat berkomunikasi langsung dengan perangkat yang dituju. Sementara itu pada topologi ring

(cincin), perangkat yang terhubung membentuk cincin saling berkaitan sehingga tidak semua perangkat dapat berkomunikasi langsung dengan perangkat yang dituju.

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada Tugas Akhir ini adalah :

1. Bagaimana merancang jaringan pada gedung perkantoran dengan menggunakan

software Cisco Packet Tracer.

2. Apa jenis topologi yang digunakan pada jaringan yang dirancang.

3. Bagaimana kinerja delay, packet loss dan throughput dari jaringan yang dirancang.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui kinerja jaringan LAN dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer.


(16)

1.4 Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan pada Tugas Akhir ini, maka dibuat pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Tidak membahas keseluruhan item yang digunakan pada software Cisco Packet Tracer.

2. Membahas bagaimana merancang jaringan dengan software Cisco Packet Tracer. 3. Hanya membahas jaringan dengan topologi ring dan mesh.

4. Kinerja jaringan yang dibahas hanya delay, packet loss dan throughput dengan menggunakan routing statik.

5. Tidak membahas mengenai jarak.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan pada Tugas Akhir ini adalah :

1. Mempelajari literatur yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini dengan mencari dan membaca buku, artikel ataupun dari layanan website.

2. Melakukan perancangan dan simulasi dengan dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa/i tentang topik Tugas Akhir ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini secara singkat, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :


(17)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran keseluruhan tentang apa yang diuraikan dalam Tugas Akhir ini, yaitu pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjelasan tentang Local Area Network (LAN) secara umum yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan dijadikan pedoman dalam pemecahan masalah.

BAB III : PENGGUNAAN SOFTWARE DAN PERANCANGAN JARINGAN Bab ini berisi tentang pengenalan software Cisco Packet Tracer, penggunaan software Cisco Packet Tracer, dan menjelaskan item-item tools yang digunakan pada software Cisco Packet Tracer.

BAB IV : ANALISIS KINERJA JARINGAN YANG DIRANCANG PADA

SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

Bab ini berisi tentang analisis kinerja jaringan yang dirancang berupa

delay, packet loss dan throughput dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan sebelumnya dan ditambahkan dengan saran-saran untuk pengembangan selanjutnya.


(18)

BAB II

TEORI DASAR JARINGAN

LOCAL AREA NETWORK (LAN)

2.1 Sejarah Jaringan

Pada tahun 1940-an di Amerika ada sebuah penelitian yang ingin memanfaatkan sebuah perangkat komputer secara bersama. Ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai terciptanya super komputer, karena mahalnya harga perangkat komputer maka ada tuntutan sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal. Dari sinilah maka muncul konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama TSS (Time Sharing System), bentuk pertama kali jaringan (network) komputer diaplikasikan. Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah host

komputer.

Selanjutnya konsep ini berkembang menjadi proses distribusi (distributed processing). Dalam proses ini beberapa host komputer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri disetiap host komputer .

Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan konsep proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan jaringannya sudah mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun komunikasi antar komputer (peer to peer system) saja tanpa melalui komputer pusat. Untuk itu mulailah berkembang teknologi jaringan lokal yang dikenal dengan sebutan LAN (Local Area Network). Demikian pula ketika internet mulai diperkenalkan, maka sebagian besar LAN yang


(19)

berdiri sendiri mulai berhubungan dan terbentuklah jaringan raksasa ditingkat dunia yang disebut dengan istilah WAN (Wide Area Network).

2.2 Jaringan Komputer

Sebuah jaringan adalah sekumpulan peralatan-peralatan (node) yang terhubung oleh hubungan media. Sebuah node dapat berupa sebuah komputer, printer dan peralatan apapun lainnya yang mampu mengirimkan dan menerima data yang dibangkitkan oleh

node-node lainnya pada suatu jaringan. Dengan demikian jaringan komputer adalah sekumpulan komputer yang saling terhubung antara satu dengan yang lainnya menggunakan protocol komunikasi melalui media transmisi pada suatu jaringan komunikasi data [1].

Jaringan komputer digunakan untuk beberapa tujuan. Bagi perusahaan atau organisasi, jaringan komputer dapat digunakan untuk beberapa tujuan untuk :

a. Berbagi pakai sumber daya (resorce sharing). Dengan resource sharing, program, peralatan, atau data dapat digunakan oleh setiap orang yang ada didalam jaringan, sekalipun jaraknya jauh.

b. Mendapatkan kehandalan tinggi (high reliability) dengan memiliki sumber-sumber alternatif yang tersedia. Misalnya, semua file dapat disalin ke dua atau tiga komputer, sehingga bila salah satu komputer tidak dapat dipakai, maka salinan yang ada pada komputer lainnya dapat digunakan. Selain itu, antar komputer dapat saling mendukung kerja sehingga dapat mencapai kinerja maksimal.

c. Penghematan uang (saving money). Dengan adanya jaringan komputer, setiap komputer dapat saling mendukung sistem sehingga penggunaan komputer


(20)

mainframe yang harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan kecepatannya dapat dihindarkan.

d. Skalabilitas, yaitu kemampuan untuk meningkatkan kinerja sistem secara berangsur-angsur sesuai dengan beban pekerjaan dengan hanya menambahkan sejumlah processor.

Bagi masyarakat umum, jaringan komputer dapat menjadi daya tarik seperti : a. Akses informasi yang berada ditempat yang jauh.

b. Komunikasi orang ke orang. c. Hiburan interaktif.

2.3 Tipe Jaringan Komputer

Secara umum, jaringan komputer dibagi menjadi tiga kategori utama : Local Area Network (LAN), Metropolitan Area Network (MAN), dan Wide Area Network (WAN). Alasan pembagian menjadi tiga kategori utama ini adalah ukuran, kepemilikan, cakupan wilayah, dan arsitektur fisik [1].

a. Local Area Network (LAN)

LAN merupakan jaringan milik pribadi didalam sebuah kantor, gedung atau kampus yang berjarak sampai beberapa kilometer. LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama sumber daya (resource, misalnya printer) dan saling bertukar informasi. Suatu jaringan LAN ditunjukkan pada Gambar 2.1.


(21)

Gambar 2.1 Local Area Network (LAN)

b. Metropolitan Area Network (MAN)

Pada dasarnya MAN merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi atau umum. MAN dapat berupa sebuah jaringan tunggal seperti sebuah jaringan televisi kabel atau dapat berupa sejumlah LAN yang terhubung menjadi satu. Contohnya, sebuah perusahaan dapat menggunakan sebuah MAN untuk menghubungkan antar LAN diseluruh kantor-kantornya dalam sebuah kota seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.


(22)

Gambar 2.2 Metropolitan Area Network (MAN)

c. Wide Area Network (WAN)

Sebuah WAN menyediakan transmisi data, suara, gambar, dan video dalam jarak jauh atas area-area geografis yang luas yang dapat berupa sebuah negara, benua, atau bahkan seluruh dunia seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.


(23)

2.4 Topologi Jaringan Komputer

Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer yang satu dengan komputer lainnya sehingga membentuk jaringan. Adapun jenis topologi jaringan komputer antara lain topologi bus, bintang (star), cincin (ring) dan jala (mesh).

2.4.1 Topologi Bus

Pada topologi bus semua stasiun terhubung ke jalur komunikasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.4. Informasi yang dikirim akan melewati stasiun pada jalur tersebut. Jika alamat data atau informasi yang dikirim sesuai dengan alamat stasiun yang dilewati, maka data atau informasi tersebut akan diterima dan diproses. Jika alamat tersebut tidak sesuai, maka informasi tersebut akan diabaikan oleh stasiun yang dilewati. Topologi ini sangat cocok untuk pembangunan jaringan skala kecil. Jumlah stasiun dapat dikurangi dan ditambah secara fleksibel [1].

Gambar 2.4 Topologi Bus

2.4.2 Topologi Bintang (Star)

Pada topologi bintang, stasiun-stasiun terhubung pada sebuah stasiun pusat (berupa hub, bridge, atau switch), seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.5. Stasiun


(24)

pusat merupakan titik kritis yang berfungsi sebagai pengatur semua komunikasi data yang terjadi dan menyediakan jalur komunikasi khusus antara dua stasiun yang akan berkomunikasi. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian dan pemeliharaan terhadap hub, bridge, atau switch tersebut. Banyaknya stasiun yang dapat terhubung tergantung pada jumlah port yang tersedia pada stasiun pusat yang digunakan. Topologi ini mudah untuk dikembangkan, baik penambahan maupun pengurangan stasiun [1].

Gambar 2.5 Topologi Bintang (Star)

2.4.3 Topologi Cincin (Ring)

Jaringan komputer lokal dengan topologi cincin mirip dengan topologi bus, karena sama-sama menggunakan sebuah link fisik tunggal. Pada topologi cincin, kedua stasiun yang berada diujung saling dihubungkan sehingga menyerupai lingkaran seperti terlihat pada Gambar 2.6. Setiap informasi yang diperoleh dari jaringan diperiksa alamatnya oleh stasiun yang dilewatinya. Jika bukan untuk stasiun tersebut, maka informasi dilewatkan sampai menemukan alamat yang benar. Setiap stasiun dalam jaringan lokal yang terhubung dengan topologi cincin saling tergantung sehingga jika terjadi kerusakan pada suatu stasiun maka seluruh jaringan akan terganggu [1].


(25)

Gambar 2.6 Topologi Cincin (Ring)

2.4.4 Topologi Jala (Mesh)

Topologi mesh adalah topologi jaringan dimana semua perangkatnya terhubung satu sama lain, ada dua tipe yang dikenal dalam topologi jenis ini yaitu full connected dan

partial connected. Pada tipe full connected semua perangkat dalam sebuah jaringan saling terhubung satu sama lain. Sedangkan pada partial connected hanya beberapa perangkat saja yang saling berhubungan. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 [2].


(26)

Gambar 2.8 Tipe Partial Connected pada Topologi Jala (Mesh)

Pada topologi jala (mesh) masing-masing perangkat tidak hanya berfungsi sebagai penerima data bagi dirinya sendiri tapi juga sebagai penyedia data bagi perangkat yang lain.

Topologi jaringan jenis ini dapat di rancang menggunakan teknik flooding atau bisa juga dengan teknik routing. Ketika menggunakan teknik routing sinyal data menyebar diseluruh jalur jaringan, melalui dari satu perangkat ke perangkat yang lain hingga menemukan perangkat yang dituju.

2.4.5 Keuntungan dan Kerugian Masing-masing Topologi

Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih topologi jaringan, yaitu : biaya, kecepatan, lingkungan, ukuran dan konektivitas. Selain faktor-faktor di atas, perlu diperhatikan keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis topologi yang ada, seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.1 [1].


(27)

Tabel 2.1 Keuntungan dan kerugian masing-masing topologi

Topologi Keuntungan Kerugian

BUS 1. Hemat kabel.

2. Layout kabel sederhana.

3. Tidak membutuhkan kendali pusat. 4. Penambahan atau pengurangan stasiun

dapat dilakukan tanpa mengganggu operasi yang berjalan.

1. Deteksi dan isolasi kesalahan sangat kecil. 2. Kepadatan lalu lintas transmisi data tinggi

akan mengurangi kinerja jaringan. 3. Keamanan data kurang terjamin jika

terjadi tabrakan.

4. Kecepatan data akan menurun jika pemakai bertambah banyak. STAR 1. Paling fleksibel karena pemasangan

kabel mudah.

2. Penambahan atau pengurangan stasiun tidak mengganggu bagian lain. 3. Kontrol terpusat akan memudahkan

deteksi dan isolasi kesalahan.

4. Hub juga berfungsi sebagai multiplexer.

1. Membutuhkan banyak kabel. 2. Perlu penanganan khusus. 3. Hub merupakan elemen kritis.

RING 1. Hemat kabel.

2. Penataan kabel sederhana.

3. Dapat melayani lalu lintas yang padat.

1. Peka terhadap kesalahan.

2. Pengembangan jaringan lebih kaku. 3. Kerusakan pada media pengirim dapat

melumpuhkan kerja seluruh sistem. MESH 1. Konfigurasi jaringan menggunakan

sistem point to point.

2. Privasi dan keamanan data sangat terjaga.

3. Jika terdapat gangguan diantara dua jalur maka hanya jalur yang

bersangkutan yang akan terkena dampaknya, sedangkan jaringan secara keseluruhan tidak terpengaruh.

1. Biaya mahal karena banyak kabel yang dibutuhkan.

2. Instalasi lebih rumit dan ruang yang dibutuhkan lebih besar.

2.5 Local Area Network (LAN)

LAN merupakan jaringan komputer lokal yang menghubungkan beberapa komputer dan terminal dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Biasanya LAN diimplementasikan dalam satu gedung baik satu lantai maupun bertingkat. Media


(28)

transmisi yang dipakai secara umum adalah kabel, baik kabel dua kawat maupun koaksial. Tetapi pada perkembangan terakhir sudah mulai dikembangkan wireless LAN dengan biaya implementasi yang tidak terlalu mahal seperti halnya dengan kabel [1].

Ada dua jenis arsitektur jaringan komputer lokal dilihat dari hak akses yang diberikan, yaitu jaringan client server dan jaringan peer to peer.

2.5.1 Jaringan Client Server

Pada model jaringan client server ini dapat diberlakukan hak akses yang bertingkat pada setiap stasiunnya. Sistem ini menggunakan satu atau lebih komputer yang khusus digunakan sebagai server yang bertugas melayani kebutuhan komputer-komputer lain yang berperan sebagai client/workstation. Jaringan client server ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Jaringan Client Server

Komputer server menyediakan fasilitas data dan sumber daya seperti harddisk, printer, CD drive dan sebagainya yang dapat diakses oleh komputer-komputer lain sebagai workstation. Keunggulan model client server adalah kemampuan dalam menjalankan database multiuser dan adanya hak akses bertingkat yang akan lebih


(29)

menjamin keamanan data dari setiap stasiunnya. Model client server ini banyak digunakan untuk menangani data yang memiliki kapasitas besar dan relatif lebih aman. 2.5.2 Jaringan Peer to Peer

Jaringan peer to peer merupakan salah satu model jaringan komputer lokal dimana setiap stasiun atau terminal yang terdapat didalam lingkungan jaringan tersebut bisa saling berbagi. Setiap PC dapat mengakses semua peripheral yang tersambung dengan LAN, seperti halnya printer, disk drive, CD drive dan semua PC yang lain dapat menggunakan setiap peripheral yang tersambung dengan PC tersebut.

Setiap PC pada jaringan peer to peer dilengkapi dengan software yang memungkinkan PC itu bertindak sebagai non-dedicated server. Dalam hal ini setiap komputer berlaku sebagai PC untuk pemakainya dan sebagai server yang bisa diakses oleh komputer lain. Keuntungan dari jaringan peer to peer ini adalah tidak dibutuhkannya

administrator khusus yang mengelola jaringan dan tidak dibutuhkannya komputer yang khusus diberlakukan sebagai server.

Jadi jika salah satu komputer mati atau down, maka tidak akan mengganggu kinerja komputer yang lain. Keuntungan lain dari model tersebut adalah biaya implementasi model jaringan ini bisa dikatakan cukup murah dibandingkan dengan model yang lain. Kelemahan sistem ini adalah pemakaian bersama yang dapat mempengaruhi kestabilan kinerja komputer yang sedang diakses secara bersama-sama tersebut. Sebagai contoh, jika pemakai lokal sedang menggunakan komputer tertentu dan kemudian pada saat yang sama komputer tersebut diakses oleh beberapa pemakai lain untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan memori besar, maka pemakai lokal tersebut akan dapat merasakan bahwa kemampuan kinerja komputernya menurun. Kelemahan lain yang dapat


(30)

dirasakan adalah adanya keamanan data yang kurang terjamin karena pada model ini tidak dapat dibuat hak akses yang bertingkat terhadap satu jenis stasiun. Jaringan peer to peer ini lebih banyak digunakan untuk pemakaian ringan dan dibatasi pada LAN skala kecil yang jumlah simpulnya terbatas. Jaringan peer to peer ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Jaringan Peer to Peer

2.6 Perangkat LAN

Untuk membangun jaringan lokal, ada dua jenis perangkat yang dibutuhkan, yaitu perangkat lunak (sistem operasi jaringan) dan perangkat keras. Perangkat keras standar untuk membangun LAN sederhana adalah server, stasiun (station), Network Interface Card (NIC), hub, kabel dan konektor. Sedangkan untuk LAN yang skalanya lebih luas, biasanya dibutuhkan perangkat tambahan untuk menghubungkan segmen-segmen jaringannya yaitu bridge, switch, dan router [1].


(31)

2.6.1 Server

Server merupakan komputer yang berfungsi sebagai penyedia layanan untuk seluruh pemakai (user). Komputer ini memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dari pada komputer workstation yang terhubung adanya. Berikut adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam memilih komputer server :

a. Tempat penyimpanan yang besar. Tempat yang besar bukan hanya dibutuhkan untuk menampung data berbagai aplikasi yang hendak disimpan tetapi juga untuk menampung data aplikasi antarmuka jaringan.

b. Random Access Memory (RAM) yang besar. RAM dalam jumlah besar dibutuhkan untuk menyimpan instruksi pemrosesan data dalam jumlah besar. c. Kecepatan yang tinggi. Banyaknya tugas yang harus dilaksanakan oleh server,

maka dibutuhkan kecepatan pemrosesan yang tinggi agar tetap diperoleh waktu tanggap yang memadai.

2.6.2 Stasiun (Station)

Dalam suatu jaringan terdapat beberapa komputer yang berfungsi sebagai stasiun atau terminal akses (workstation). Komputer-komputer ini digunakan oleh pemakai (user) untuk mengirim dan menerima data dari jaringan.

2.6.3 Kartu Jaringan (Network Interface Card)

Agar sebuah komputer dapat terhubung ke suatu jaringan, komputer tersebut harus dilengkapi dengan sebuah perangkat berupa kartu jaringan atau Network Interface Card

(NIC). Kartu ini berupa sebuah kartu ekspansi yang dipasang pada salah satu slot ekspansi pada mainboard komputer. Jenis kartu yang dipasang harus sesuai dengan jaringan yang akan dihubungkan.


(32)

2.6.4 Kabel dan Konektor

Kabel dan konektor merupakan komponen penting dalam jaringan. Kabel berfungsi sebagai media transmisi yang menghubungkan komputer dengan komputer atau periferal lainnya. Ada tiga jenis kabel yaitu twisted pair, koaksial dan serat optik. Pada implementasi saat ini, kabel serat optik sering digunakan pada biasanya jaringan

backbone. Konektor berfungsi untuk menghubungkan kabel dengan periferal lain seperti

switch dan kartu jaringan. Konektor harus disesuaikan dengan jenis kabel. Beberapa jenis konektor untuk kabel serat optik adalah media interface connector (MIC), straight tip

(ST), dan stick and click (SC). Sementara jenis konektor untuk kabel twisted pair adalah konektor RJ-45.

2.6.5 Perangkat Tambahan LAN

Perangkat tambahan LAN bekerja pada lapisan OSI yang berbeda-beda, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Router

Bridge Swittch

Hub


(33)

Perangkat tambahan LAN merupakan perangkat penghubung yang digunakan dalam instalasi jaringan LAN, seperti hub, bridge, switch dan router.

a. Hub

Hub merupakan perangkat keras yang sangat penting dalam jaringan komputer.

Hub sangat mempengaruhi proses koneksi antar komputer sehingga jika hub

mengalami kerusakan maka seluruh jaringan komputer akan terputus dan terganggu. Hub bekerja pada lapisan 1 OSI (Physical Layer). Sehingga dia hanya bekerja tak lebih sebagai penyambung atau concentrator saja, dan hanya menguatkan sinyal di kabel UTP. Hub tidak mengenal MAC Addressing / Physical Addressing sehingga tidak bisa memilih data yang harus ditransmisikan sehingga tabrakan tidak bisa dihindari. Hub dilambangkan dengan Gambar 2.12 [3].

Gambar 2.12 Simbol Hub

Berdasarkan fungsinya Hub dibedakan menjadi 2 macam yakni [4] :

Hub pasif merupakan hub yang berfungsi sebagai pemisah atau pembagi jaringan, akan tetapi tidak melakukan penguatan sinyal sehingga hub ini tidak membutuhkan tenaga listrik tambahan.

Hub aktif berfungsi sebagai penghubung jalur secara fisik dan penguat sinyal dalam jaringan, akan tetapi hub aktif membutuhkan tenaga listrik tambahan untuk bisa bekerja.


(34)

b. Bridge

Bridge merupakan perangkat jaringan yang digunakan untuk memperluas atau memecah jaringan. Bridge berfungsi menghubungkan dan menggabungkan segmen jaringan-jaringan di lapisan kedua OSI (data link). Bridge berbeda fungsinya dengan hub dimana bridge tidak menyalin trafik dan mencampurnya ke semua port, bridge akan mengetahui MAC Address yang dapat dijangkau melalui port-port tertentu. Setelah bridge mengetahui port dan alamat yang dituju, bridge

akan mengirimkan trafik ke alamat tersebut hanya ke port yang dituju. Bridge

tidak mengirimkan data ke semua port, kecuali port yang berhak menerima data tersebut [5].

Bridge dapat menghubungkan jenis jaringan yang sama, misalnya menghubungkan dua jaringan Ethernet seperti terlihat pada Gambar 2.13, dan jenis jaringan yang berbeda, misalnya menghubungkan jaringan Ethernet dengan

token ring seperti yang terlihat pada Gambar 2.14.


(35)

Gambar 2.14 Bridge menghubungkan tipe jaringan yang berbeda Beberapa alasan penggunaan bridge sebagai penghubung LAN yaitu :

• Keterbatasan LAN baik jumlah stasiun, panjang segmen maksimum, maupun rentang jaringan.

• Memiliki kehandalan dan keamanan lalu lintas data karena bridge dapat menyaring lalu lintas data antar dua segmen jaringan.

• Mempertahankan unjuk kerja jaringan yang sudah baik.

• Menyatukan keterpisahan geografis.

c. Switch

Switch merupakan perangkat jaringan yang bekerja pada lapisan 2 OSI (Data Link). Switch bekerja sebagai penyambung dalam jaringan. Switch mengenal MAC Addresing sehingga bisa memilih paket data yang akan diteruskan. Switch

juga digunakan sebagai repeater/ penguat serta berfungsi menghubungkan kabel-kabel UTP komputer yang satu dengan komputer yang lainnya [6].

Switch merupakan pengembangan dari konsep bridge. Ada dua jenis switch

berdasarkan arsitektur dasarnya, yaitu cut-through switch dan store-and-forwatd switch. Cut-through switch memiliki kelebihan disisi kecepatan karena ketika


(36)

sebuah paket datang, switch hanya memperhatikan alamat tujuannya sebelum meneruskan paket ke segmen tujuan. Sedangkan store-and-forward switch adalah

switch yang menerima paket dan menganalisa isi paket terlebih dahulu sebelum meneruskannya ke alamat tujuan. Untuk memeriksa paket butuh waktu, tapi hal ini memungkinkan switch untuk mengetahui adanya kerusakan pada paket dan mencegahnya agar tidak mengganggu kerja jaringan. Switch dilambangkan dengan Gambar 2.15 [7].

Gambar 2.15 Simbol Switch d. Router

Router adalah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan beberapa jaringan, baik jaringan yang sama maupun berbeda dari segi teknologinya. Router

adalah sebuah alat yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 OSI (Network). Router berfungsi sebagai penghubung antara dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router sangat banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi protokol TCP/IP dan router jenis itu disebut juga dengan IP

Router. Router dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke sebuah jaringan yang lebih besar, yang disebut dengan internetwork atau untuk membagi sebuah jaringan besar ke dalam beberapa subnetwork untuk


(37)

meningkatkan kinerja dan juga mempermudah manajemennya. Biasanya router

digunakan pada jaringan berskala luas seperti Metropolitan Area Network (MAN),

Wide Area Network (WAN), ataupun jaringan publik internet. Simbol router

ditunjukkan pada Gambar 2.16 [8].

Gambar 2.16 Simbol Router

2.7 Media Transmisi

Media transmisi dalam hal ini kabel merupakan komponen pokok dalam sebuah jaringan karena tanpa adanya media ini sebuah jaringan tidak bisa beroperasi dan tidak bisa disebut sebagai sebuah jaringan. Kabel merupakan komponen fisik jaringan yang paling rentan sehingga instalasinya harus dilakukan secara cermat dan teliti. Bila jaringan mengalami suatu masalah maka kabel merupakan komponen pertama yang diperiksa, karena kemungkinan besar masalah yang timbul adalah pada komponen ini. Dengan memahami kabel secara garis besar, diharapkan permasalahan yang timbul dapat diidentifikasi dan diatasi. Secara mendasar, kabel dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Kabel Baseband (Base), yang hanya dapat mengirim satu sinyal.

b. Kabel Broadband yang dapat mengirim beberapa sinyal sekaligus dengan frekuensi yang berbeda.

Kabel juga dijelaskan dengan menggunakan angka kecepatan maksimum yang dapat ditanganinya. Kecepatan transmisi dinyatakan dengan banyaknya bit yang dikirim


(38)

per detik melalui kabel tersebut. Misalnya kabel yang digunakan adalah kabel dengan spesifikasi 100 Base-T, berarti kabel ini adalah kabel golongan baseband berjenis twisted pair berkecepatan 100 Mbps.

Pemilihan jenis kabel sangat terkait erat dengan topologi jaringan yang digunakan. Sebagai contoh untuk jenis topologi ring umumnya menggunakan kabel fiber optik (walaupun ada juga yang menggunaakan twisted pair). Topologi bus banyak menggunakan kabel coaxial. Kesulitan utama dari penggunaan kabel coaxial adalah sulit untuk mengukur apakah kabel coaxial yang dipergunakan benar-benar matching atau tidak. Karena kalau tidak sungguh-sungguh diukur secara benar akan merusak NIC (Network Interface Card) yang dipergunakan dan kinerja jaringan menjadi terhambat, tidak mencapai kemampuan maksimalnya. Topologi jaringan star banyak menggunakan jenis kabel UTP. Topologi jaringan dan jenis kabel yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Topologi jaringan dan jenis kabel yang sering digunakan Topologi Jaringan Jenis Kabel yang Umum Digunakan Topologi Bus Coaxial, Twisted Pair, Fiber

Topologi Star Twisted Pair, Fiber Topologi Ring Twisted Pair, Fiber

Setiap jenis kabel mempunyai kemampuan dan spesifikasi yang berbeda, oleh karena itu dibuatlah pengenalan tipe kabel. Ada tiga jenis kabel yang dikenal secara umum, yaitu Coaxial cable, Fiber optik, Twisted pair (UTP unshielded twisted pair dan


(39)

2.7.1 Kabel Coaxial

Kabel coaxial terdiri dari dua konduktor, yaitu kawat tembaga keras dan kaku sebagai inti dan konduktor silindris yang berbentuk jalinan anyaman. Konduktor bagian luar kabel ditutup dengan pelindung plastik yang aman. Kabel coaxial memiliki jarak jangkau yang relatif jauh, yaitu 200 meter dengan kecepatan 10 Mbps. Kabel ini hampir tidak terpengaruh oleh noise. Penggunaan kabel ini tidak aman, karena konektor-T dapat digunakan untuk membuat percabangan pada kabel. Terdapat dua jenis kabel coaxial,

yaitu coaxial baseband dengan impedansi karakteristik 50 Ohm yang digunakan untuk transmisi digital dan broadband dengan impedansi 75 Ohm untuk transmisi analog.

2.7.2 Kabel Serat Optik

Salah satu terobosan terbesar dalam transmisi data adalah pengembangan sistem komunikasi serat optik. Serat optik merupakan media transmisi yang dapat menyalurkan informasi berkapasitas besar dengan kehandalan yang tinggi, sehingga serat optik sangat baik jika digunakan sebagai media transmisi pada LAN khususnya jaringan tulang punggung (backbone). Berikut adalah beberapa kelebihan yang dimiliki oleh serat optik :

a. Redaman transmisi yang kecil. b. Bidang frekuensi yang lebar. c. Ukurannya kecil dan ringan.

d. Kebal terhadap interferensi elektromagnetik.

e. Tidak ada hubungan elektrik antara pengirim dan penerima. f. Tingkat keamanannya tinggi.


(40)

2.7.3 Kabel Twisted Pair

Kabel twisted pair banyak digunakan kabel telepon. Kabel ini terdiri dari pasangan kawat tembaga terisolasi yang dipilin menjadi satu dengan ketebalan rata-rata 1 mm. Keuntungan penggunaan twisted pair adalah kemudahan dalm membangun instalasi. Namun jarak jangkau datanya relatif terbatas dan sangat terpengaruh noise. Kabel twisted pair terdiri atas dua jenis, yaitu shielded twisted pair (STP) yaitu twisted pair yang memiliki lapisan pelindung pada setiap pasangnya dan unshielded twisted pair (UTP) yaitu kabel twisted pair yang tidak memiliki lapisan pelindung pada setiap pasangnya.

Kecepatan kabel UTP sekarang ini sudah semakin meningkat. Berdasarkan kecepatan transfer data, kabel UTP dibagi atas 7 kategori, yaitu :

a. Kategori 1 yaitu kabel UTP yang digunakan untuk komunikasi suara (voice) dan digunakan untuk kabel telepon dirumah-rumah.

b. Kategori 2 terdiri dari empat pasang kabel UTP dan digunakan untuk komunikasi data sampai kecepatan 4 Mbps.

c. Kategori 3 digunakan untuk transmisi data dengan kecepatan sampai 10 Mbps dan digunakan untuk protokol Ethernet.

d. Kategori 4 digunakan untuk transmisi data mencapai 16 Mbps.

e. Kategori 5 yaitu kabel UTP yang dapat menangani transmisi data dengan kecepatan hingga 100 Mbps.

f. Kategori 6 memiliki kecepatan transfer data mencapai 1 Gbps. g. Kategori 7 adalah kabel UTP yang dengan kecepatan 10 Gbps.


(41)

2.8 Protokol

Protokol merupakan sekumpulan aturan yang mendefenisikan beberapa fungsi seperti pembuatan hubungan, mengirim pesan atau file, serta memecahkan berbagai masalah khusus yang berhubungan dengan komunikasi data antara alat-alat komunikasi tersebut supaya komunikasi dapat berjalan dan dilakukan dengan benar. Konsep dasar protokol adalah handshaking. Dengan adanya handshaking, maka masing-masing ujung pada jalur komunikasi akan terlihat oleh ujung yang lain. Ujung pemberi informasi akan terlihat oleh ujung yang akan mengirimkan informasi. Hal itu berarti bahwa data akan dikirim ketika penerima siap untuk menerima informasi sehingga pada saat pengiriman komunikasi akan terjadi dengan sukses. Secara umum, protokol komunikasi melaksanakan dua fungsi yaitu :

a. Membuat hubungan antara pengirim (sumber data) dengan penerima (receiver).

b. Menyalurkan informasi dengan tingkat kehandalan yang tinggi. 2.8.1 Standarisasi Protokol

Beragamnya berbagai komponen dan perangkat komputer dalam suatu jaringan, membutuhkan suatu standar protokol yang dapat digunakan oleh beragam perangkat tersebut. Salah satu standar protokol yang dikembangkan ISO (International Standard Organization) adalah model referensi OSI (Open System Interconnection). Protokol model referensi OSI ini dibentuk dengan beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Menjadi pedoman dalam pengembangan prosedur komunikasi pada masa mendatang.


(42)

b. Mengatasi hubungan yang timbul antar pemakai dengan cara memberikan fasilitas yang sama dan memenuhi kebutuhan pemakai kini dan mendatang (berorientasi ke pengembangan masa depan).

c. Membagi permasalahan prosedur penyambungan menjadi substruktur.

d. Open system dengan tujuan agar dapat terjalin kerjasama antar terminal dan peralatan dari berbagai produk dan produsen yang berbeda.

2.8.2 OSI dan TCP/IP

Didunia ini dikenal dua standar penting dalam komunikasi data, yaitu OSI (Open System Interconnection) yang dikembangkan oleh ISO (International Organization for Standardization), dan TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) yang dikembangkan oleh DARPA (Defense Advanced Research Project Agency). Standar TCP/IP merupakan standar defacto jaringan internet saat ini.

2.8.2.1 Open System Interconnection (OSI)

Model OSI dikembangkan oleh ISO (International Organization for Standardization) sebagai model untuk arsitektur komunikasi komputer, serta sebagai kerangka kerja bagi pengembangan standar-standar protokol. Model ini memberikan gambaran tentang fungsi, tujuan dan kerangka kerja suatu struktur model referensi untuk proses yang bersifat logis dalam sistem komunikasi. Open System Interconnection

merupakan suatu sistem yang terbuka untuk berkomunikasi dengan sistem-sistem yang lainnya. Model referensi OSI memiliki tujuh lapisan seperti terlihat pada Gambar 2.17 [1].


(43)

Gambar 2.17 Lapisan OSI Fungsi masing-masing lapisan pada Gambar 2.17 diatas adalah :

a. Lapisan 7 : Lapisan Aplikasi, bertanggungjawab dalam menyediakan pelayanan jaringan untuk proses aplikasi.

b. Lapisan 6 : Lapisan Presentasi, memastikan bahwa suatu data dapat terbaca oleh suatu sistem.

c. Lapisan 5 : Lapisan Session, bertanggungjawab dalam membuka, mengatur dan menutup suatu hubungan komunikasi antar end-system.

d. Lapisan 4 : Lapisan Transport, bertanggungjawab memastikan transportasi data dilakukan dengan baik dalam koneksi end-system.

e. Lapisan 3 : Lapisan Network, bertanggungjawab dalam pengalamatan dan routing

antar end-system.

f. Lapisan 2 : Lapisan Data Link, bertanggungjawab memberikan transfer data yang terjamin bebas dari kesalahan.

g. Lapisan 1 : Lapisan Fisik, bertanggungjawab transmisi data dalam bit secara elektrik.


(44)

2.8.2.2 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)

Pada TCP/IP tidak ada model protokol yang resmi sebagaimana yang ada dalam OSI. Pada saat ini, TCP/IP memiliki keunggulan sehubungan dengan kompabilitasnya dengan berbagai perangkat keras dan sistem operasi. Bila didasarkan pada standar-standar protokol yang telah dikembangkan, lapisan TCP/IP terdiri dari empat lapisan seperti terlihat pada Gambar 2.18 [1].

Application Transport

Internet Network Access

Layer

Gambar 2.18 Lapisan TCP/IP

Fungsi lapisan-lapisan yang terlihat pada Gambar 2.18 di atas yaitu : a. Lapisan Aplikasi (Application Layer)

Lapisan ini berisi bermacam-macam protokol tingkat tinggi. Protokol-protokol terdahulu terdiri dari terminal virtual (TELNET), transfer file (FTP), surat elektronik (SMTP). Pada lapisan ini berisikan logik yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai aplikasi user.

b. Lapisan Host to Host atau Transport

Pada lapisan ini menyediakan layanan transfer data ujung ke ujung, lapisan ini meliputi mekanisme kehandalan, menyembunyikan detail-detail jaringan dari lapisan aplikasi. Pada lapisan ini terdapat dua protokol, yaitu TCP (Transmission Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol).


(45)

c. Lapisan Internet (Internet Layer)

Lapisan internet berfungsi untuk menghubungkan dua perangkat ke jaringan yang berbeda, diperlukan prosedur-prosedur tertentu agar data dapat melalui yang bermacam-macam. Pada lapisan ini dipergunakan Internet Protocol (IP) untuk menyediakan fungsi routing melintasi jaringan yang bermacam-macam. Protokol ini diterapkan tidak hanya pada ujung sistem namun juga pada jalur-jalurnya. Tugas lapisan internet adalah untuk mengirimkan paket-paket IP ke tempat tujuan seharusnya.

d. Lapisan Akses Jaringan (Network Access Layer)

Lapisan ini bertanggungjawab untuk menyediakan akses ke jaringan komunikasi. Lapisan ini juga bertanggungjawab untuk mengirimkan data ke node-node yang terletak pada jaringan yang sama.

2.9 IP Address

Alamat IP (Internet Protocol Address) atau sering disingkat IP adalah deretan angka biner antara 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4) dan 128-bit (untuk IPv6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan internet berbasis TCP/IP. Internet Assigned Numbers Authority (IANA) yang mengelola alokasi alamat IP global.

Dalam pengertian lain, IP address dapat diartikan alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan


(46)

Perbedaannya terletak pada ukuran dan jumlah.

B digunakan untuk

pembagia

sedikit

diperuntukan bagimulticast dan E untuk eksperimental [10].

Pembagian kelas-kelasNetwork ID dan

Host ID. Host ID dari masing-masing komputer/router di suatu jaringan harus berbeda dengan komputer yang lain.

Gambar 2.19 Kelas-Kelas IP Address

Bit (Binary Digit) adalah bilangan biner yang terdiri dari dua angka 0 dan 1 oktet , 1 oktet = 8 bit = nilainya antara 0 - 255 desimal.

a. Kelas A

Format = 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID) Bit Pertama = 0


(47)

Panjang Host ID = 24 bit (3 oktet) Oktet pertama = 0 – 127

Range IP address = 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx (0 dan 127 dicadangkan)

Jumlah Network = 126

Jumlah

b. Kelas B

Format = 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID) 2 bit pertama = 10

Panjang Net ID = 16 bit (2 oktet) Panjang Host ID = 16 bit (2 oktet) Oktet pertama = 128 – 191

Range

Jumlah Network = 16.384

Jumlah

c. Kelas C

Format = 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID) 3 bit pertama = 110

Panjang Net ID = 24 bit (3 oktet) Panjang Host ID = 8 bit (1 oktet) Oktet pertama = 192 – 223

Range


(48)

Jumlah

d. Kelas D

Format = 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm 4 Bit pertama = 1110

Bit multicast = 28 bit Bit inisial = 224 - 247

Deskripsi = Kelas D adalah ruang alamat multicast

e. Kelas E

Format = 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr 4 bit pertama = 1111

Bit cadangan = 28 bit Byte inisial = 248 - 255

Deskripsi = Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan eksperimental.

2.10 Subnet Mask

Subnet Mask merupakan istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar [9].


(49)

RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit

subnet mask yang didefinisikan adalah sebagai berikut :

• Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1. • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.

Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Baik itu subnet maskdefault (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah

subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.

2.11 Default Gateway

Gateway adalah komputer yang memiliki minimal dua buah network interface

untuk menghubungkan dua buah jaringan atau lebih. Di internet, suatu alamat bisa ditempuh lewat gateway-gateway yang memberikan jalan/rute ke arah mana yang harus dilalui supaya paket data sampai ke tujuan [9].

Kebanyakan gateway menjalankan routing daemon (program yang mengupdate

secara dinamis tabel routing). Karena itu gateway juga biasanya berfungsi sebagai router.

Gateway/router bisa berbentuk Router Box seperti yang di produksi Cisco, 3COM, dan lain-lain atau bisa juga berupa komputer yang menjalankan Network Operating System

plus routing daemon. Misalkan PC yang dipasang Unix FreeBSD dan menjalankan program Routed atau Gated. Namun dalam pemakaian Natd, routing daemon tidak perlu


(50)

dijalankan, jadi cukup dipasang gateway saja. Karena gateway/router mengatur lalu lintas paket data antar jaringan, maka di dalamnya bisa dipasang mekanisme pembatasan atau pengamanan (filtering) paket-paket data. Mekanisme ini disebut firewall.

Sebenarnya firewall adalah suatu program yang dijalankan di gateway/router yang bertugas memeriksa setiap paket data yang lewat, kemudian membandingkannya dengan rule yang diterapkan dan akhirnya memutuskan apakah paket data tersebut boleh diteruskan atau ditolak. Tujuan dasarnya adalah sebagai security yang melindungi jaringan internal dari ancaman luar. Namun dalam tulisan ini Firewall digunakan sebagai basis untuk menjalankan Network Address Translation (NAT).

Dalam FreeBSD, program yang dijalankan sebagai Firewall adalah ipfw. Sebelum dapat menjalankan ipfw, kernel generic harus dimodifikasi supaya mendukung fungsi

firewall. Ipfw mengatur lalu lintas paket data berdasarkan IP asal, IP tujuan, nomor port, dan jenis protokol. Untuk menjalankan NAT, option IPDIVERT harus diaktifkan dalam kernel.

Alamat ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu jaringan. Seperti diketahui, setiap paket IP memiliki header alamat tujuan berupa IP address dari host yang akan dituju oleh paket tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses paket tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim paket kepada seluruh host yang ada pada jaringannya? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi paket sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth/jalur akan meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi paket-paket tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host cukup mengirim


(51)

ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima paket tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada jaringan yang sama harus memiliki

broadcast address yang sama dan alamat tersebut tidak boleh digunakan sebagai nomor IP untuk host tertentu.

Jadi, sebenarnya setiap host memiliki dua alamat untuk menerima paket, pertama adalah nomor IP yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada jaringan tempat host tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan membuat seluruh bit

host pada nomor IP menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP

address tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing.


(52)

BAB III

PENGGUNAAN SOFTWARE DAN PERANCANGAN JARINGAN

3.1 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer

Cisco sebagai

simulator dalam pembelajaran Cisco Networking maupun simulasi dalam mendesain jaringan komputer mengunakan Device Cisco yang dapat di download di pada Cisco Packet Tracer sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar mirip

device Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai pendekatan real

implementasi.

Dalam program ini telah tersedia beberapa komponen-komponen atau alat-alat yang sering dipakai atau digunakan dalam merancang suatu sistem network, sehingga dapat dengan mudah membuat sebuah simulasi jaringan komputer didalam PC. Simulasi ini berfungsi untuk mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat tersebut dan cara pengiriman sebuah pesan dari komputer yang satu ke komputer lain juga dapat disimulasikan.

Software Cisco Packet Tracer yang digunakan pada saat membuat perancangan ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.


(53)

Gambar 3.1 Splash Screen ketika memulai Cisco Packet Tracer

3.2 Item Tools yang Digunakan pada Aplikasi Cisco Packet Tracer

Berikut ini adalah tampilan menu utama (main window) pada saat aplikasi Cisco Packet Tracer dijalankan didalam sebuah komputer, seperti yang terlihat pada Gambar 3.2 [12].

Gambar 3.2 Tampilan menuutama pada aplikasi Cisco Packet Tracer

Dalam program tersebut terdiri beberapa menu yang ditampilkan pada program ini diantaranya :


(54)

a. Kolom 1 (Menu)

Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang sering kita lihat dalam setiap software yang berguna sebagai pilihan menu dari sekelompok perintah, dimana diantaranya adalah menu File, Edit, Options, View, Tools, Extensions dan Help.

b. Kolom 2 (Shortcut)

Pada bagian ini terdapat shortcut seperti New, Open, Save, Print, Activity Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out, Drawing Palette dan

Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga akan ditemukan shortcut Network Information dan Contents. Fungsi kolom ini adalah memudahkan untuk menjalankan suatu perintah yang diinginkan dengan cepat.

c. Kolom 3 (Alat Umum)

Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan workspace.

Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih (Select),

memindahkan tata ruang (Move Layout), menempatkan catatan (Place Note),

menghapus (Delete), memeriksa (Inspect), serta menambahkan PDU sederhana dan kompleks (Resize Shape).

d. Kolom 4 (Logical dan Physical Workspace)

Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan Physical.

Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat sebuah simulasi jaringan komputer. Dan Physical Workspace merupakan tempat untuk member suatu dimensi physical ke topologi jaringan komputer. Hal tersebut bisa


(55)

memberikan pengertian skala dan penempatan suatu jaringan komputer pada suatu lingkungan.

e. Kolom 5 (Tempat Kerja)

Area ini merupakan sebuah tempat dimana akan merencanakan atau membuat sebuah jaringan, mengamati simulasi pada jaringan tersebut serta mengamati beberapa macam informasi dan statistik.

f. Kolom 6 (Realtime / Simulation)

Pada bagian ini tersedia dua item yang diantaranya mode Realtime dan mode

Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device yang nyata dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan. Dalam mode

Simulation, user dapat melihat dan mengendalikan waktu interval, transfer data, serta penyebaran data melalui jaringan yang telah dirancang.

g. Kolom 7 (Network Component Box)

Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan komputer. Dalam bagian ini juga terdapat dua item yaitu pemilihan peralatan dan koneksi serta pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang lebih spesifik, contohnya jenis penghubung dan jenis kabel.

h. Kolom 8 (Kotak Pemilihan Jenis Alat / Koneksi)

Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom tersebut digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan ditempatkan pada


(56)

Device, Connections, End Devices, Wan Emulation, Custom Made Devices dan

Multiuser Connection.

i. Kolom 9 (Kotak Pemilihan Jenis Alat / Koneksi Spesifik)

Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian diatas, dimana alat koneksi yang telah dipilih akan dibagikan menjadi beberapa jenis-jenisnya secara lebih rinci. Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang akan digunakan dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai dengan keinginan.

j. Kolom 10 (Jendela Informasi Status)

Bagian ini merupakan keterangan untuk melihat informasi status dari paket serta untuk mengatur skenario selama berlangsungnya simulasi jaringan yang telah dibuat.

3.3 Parameter Sistem

Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisa kinerja jaringan LAN, yaitu Packet Loss, Delay dan Throughput.

3.3.1 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses yang lama. Persamaan perhitungan Delay [13] :

Delay rata-rata =

Diterima yang

Paket Total

Delay Total


(57)

Tabel 3.1 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON) [13] Kategori Besar Delay

Sangat Bagus <150 ms Bagus 150 s/d 300 ms Sedang 300 s/d 450 ms

Buruk >450 ms

3.3.2 Packet Loss

Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet Loss dapat terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit, kesalahan hardware jaringan [14].

Tabel 3.2 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss [13] Kategori Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 3%

Sedang 15%

Buruk 25%

Persamaan perhitungan Packet Loss [13] :

Packet loss = x 100%

dikirim yang

data Paket

diterima) data

Paket -dikirim data

(Paket


(58)

3.3.3 Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena

throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya.

Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi [14].

Persamaan perhitungan Throughput [14] :

Throughput =

(sec) packet last & first between Time sec Bytes/ Average Data Pengiriman Waktu Dikirim Yang Data Jumlah

= ………... (3.3)

3.4 Perancangan Jaringan dengan Menggunakan Cisco Packet Tracer

Persiapan perancangan jaringan dalam Tugas Akhir ini adalah dengan mengasumsikan menggunakan 4 buah gedung (Gedung A, Gedung B, Gedung C, Gedung D). Masing-masing gedung mempunyai 10 komputer, 1 switch, 1 router. Maka total untuk keempat gedung memiliki 40 komputer, 4 switch dan 4 router. Dalam perancangan ini akan didefinisikan terlebih dahulu berapa IP untuk masing-masing PC yang digunakan pada masing-masing gedung seperti pada Tabel 3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.

Tabel 3.3 IP untuk masing-masing PC pada gedung A dengan Network 192.168.10.0

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

PC1 192.168.10.1 255.255.255.0 192.168.10.11 PC2 192.168.10.2 255.255.255.0 192.168.10.11 PC3 192.168.10.3 255.255.255.0 192.168.10.11 PC4 192.168.10.4 255.255.255.0 192.168.10.11


(59)

Tabel 3.3 Lanjutan

Nama PC IP Address Subnet mask DefaultGateway

PC5 192.168.10.5 255.255.255.0 192.168.10.11 PC6 192.168.10.6 255.255.255.0 192.168.10.11 PC7 192.168.10.7 255.255.255.0 192.168.10.11 PC8 192.168.10.8 255.255.255.0 192.168.10.11 PC9 192.168.10.9 255.255.255.0 192.168.10.11 PC10 192.168.10.10 255.255.255.0 192.168.10.11

Tabel 3.4 IP untuk masing-masing PC pada gedung B dengan Network 192.168.11.0

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

PC1 192.168.11.1 255.255.255.0 192.168.11.11 PC2 192.168.11.2 255.255.255.0 192.168.11.11 PC3 192.168.11.3 255.255.255.0 192.168.11.11 PC4 192.168.11.4 255.255.255.0 192.168.11.11 PC5 192.168.11.5 255.255.255.0 192.168.11.11 PC6 192.168.11.6 255.255.255.0 192.168.11.11 PC7 192.168.11.7 255.255.255.0 192.168.11.11 PC8 192.168.11.8 255.255.255.0 192.168.11.11 PC9 192.168.11.9 255.255.255.0 192.168.11.11 PC10 192.168.11.10 255.255.255.0 192.168.11.11


(60)

Tabel 3.5 IP untuk masing-masing PC pada gedung C dengan Network 192.168.12.0

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

PC1 192.168.12.1 255.255.255.0 192.168.12.11 PC2 192.168.12.2 255.255.255.0 192.168.12.11 PC3 192.168.12.3 255.255.255.0 192.168.12.11 PC4 192.168.12.4 255.255.255.0 192.168.12.11 PC5 192.168.12.5 255.255.255.0 192.168.12.11 PC6 192.168.12.6 255.255.255.0 192.168.12.11 PC7 192.168.12.7 255.255.255.0 192.168.12.11 PC8 192.168.12.8 255.255.255.0 192.168.12.11 PC9 192.168.12.9 255.255.255.0 192.168.12.11 PC10 192.168.12.10 255.255.255.0 192.168.12.11

Tabel 3.6 IP untuk masing-masing PC pada gedung D dengan Network 192.168.13.0

Nama PC IP Address Subnet mask Default Gateway

PC1 192.168.13.1 255.255.255.0 192.168.13.11 PC2 192.168.13.2 255.255.255.0 192.168.13.11 PC3 192.168.13.3 255.255.255.0 192.168.13.11 PC4 192.168.13.4 255.255.255.0 192.168.13.11 PC5 192.168.13.5 255.255.255.0 192.168.13.11 PC6 192.168.13.6 255.255.255.0 192.168.13.11 PC7 192.168.13.7 255.255.255.0 192.168.13.11 PC8 192.168.13.8 255.255.255.0 192.168.13.11 PC9 192.168.13.9 255.255.255.0 192.168.13.11 PC10 192.168.13.10 255.255.255.0 192.168.13.11


(61)

3.4.1 Membuat Model Jaringan

Untuk membuat model dari jaringan komputer yang akan digunakan bisa dilakukan dengan memanfaatkan area kerja dari Cisco Packet Tracer, kemudian memilih

end device untuk menentukan perangkat yang ingin dihubungkan, lalu gunakan

concentrator sesuai dengan kebutuhan, setelah itu hubungkan setiap perangkat end device

ke concentrator dengan menggunakan fasilitas connection. Model jaringan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Model Jaringan

Suatu jaringan komputer pada kenyataannya terdiri dari beberapa komputer yang terhubung, sedangkan pada perancangan ini suatu jaringan komputer akan dihubungkan dengan jaringan komputer yang lain dalam suatu jaringan.

Pada gambar model jaringan sebelumnya, terdapat empat jaringan yang terpisah, dan masing-masing jaringan membentuk jaringan komputer sendiri. Agar antar jaringan satu dengan jaringan yang lain bisa saling berhubungan, maka antar jaringan harus dihubungkan. Jika dalam pemakaian kelas IP address masing-masing jaringan menggunakan kelas yang sama, maka dalam menghubungkan jaringan ini bisa hanya


(62)

menggunakan peralatan berupa switch. Tetapi jika masing-masing jaringan yang akan dihubungkan menggunakan kelas IP address yang berbeda, maka dalam menghubungkan jaringan ini memerlukan suatu perangkat yang lebih dimana perangkat ini bisa mengontrol trafik yang akan dilalui yakni berupa router.

3.4.2 Menentukan IP Address

IP address merupakan identitas sebuah perangkat dalam jaringan komputer. IP

address dapat dibuat dengan cara klik pada perangkat yang ingin diberi IP address, lalu pilih desktop, setelah itu pilih IP configuration, kemudian masukkan nomor IP berdasarkan kelas yang telah ditentukan sesuai dengan Tabel 3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Menentukan alamat IP address

3.4.3 Setting Router

Agar terjadi komunikasi data dalam suatu jaringan diperlukan suatu alat yang bisa untuk mengatur sistem pertukaran data tersebut dan alat inilah yang disebut dengan

router, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 (Perancangan I) dan Gambar 3.6 (Perancangan II).


(63)

Gambar 3.5 Pemakaian router (Perancangan I)

Gambar 3.6 Pemakaian router (Perancangan II)

Dari Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 terlihat perbedaan jalur yang harus dilalui apabila akan dilakukan pengiriman data dari gedung A ke gedung D. Dimana pada Gambar 3.5, data yang dikirimkan akan melalui jalur dengan melewati 2 router (R1 dan R4). Sedangkan pada Gambar 3.6, data yang dikirimkan akan melalui jalur dengan melewati 3 router (R1, R2 dan R4) atau (R1, R3 dan R4).


(64)

Sesuai dengan Gambar 3.5 dan Gambar 3.6, IP address yang digunakan dalam

interface-interface router adalah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 IP address yang digunakan dalam interface-interface router

Router Interface IP Address Network Netmask

R1

Fast Ethernet 0/0 192.168.10.11 192.168.10.0 255.255.255.0 Serial 0/0/0 192.168.14.1 192.168.14.0 255.255.255.0 Serial 0/1/0 192.168.16.1 192.168.16.0 255.255.255.0 Serial 0/1/1 192.168.18.1 192.168.18.0 255.255.255.0

R2

Fast Ethernet 0/0 192.168.11.11 192.168.11.0 255.255.255.0 Serial 0/0/0 192.168.15.1 192.168.15.0 255.255.255.0 Serial 0/1/0 192.168.16.2 192.168.16.0 255.255.255.0 Serial 0/1/1 192.168.19.1 192.168.19.0 255.255.255.0

R3

Fast Ethernet 0/0 192.168.12.11 192.168.12.0 255.255.255.0 Serial 0/0/0 192.168.14.2 192.168.14.0 255.255.255.0 Serial 0/1/0 192.168.17.1 192.168.17.0 255.255.255.0 Serial 0/1/1 192.168.19.2 192.168.19.0 255.255.255.0

R4

Fast Ethernet 0/0 192.168.13.11 192.168.13.0 255.255.255.0 Serial 0/0/0 192.168.15.2 192.168.15.0 255.255.255.0 Serial 0/1/0 192.168.17.2 192.168.17.0 255.255.255.0 Serial 0/1/1 192.168.18.2 192.168.18.0 255.255.255.0

Cara men-setting router adalah dengan mengklik pada router, setelah masuk ke menu setting pilih perintah CLI (Command Line Interface), kemudian ketik perintah-perintah yang digunakan. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.7.


(65)

Gambar 3.7 Setting Router pada menu CLI

Perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI tersebut adalah sebagai berikut : a. Untuk Fast Ethernet

• Awalnya muncul pertanyaan, ketik saja no

enable

configure terminal

interface fa 0/0  Misal yang akan di setting adalah fast ethernet 0/0.

• ip address 192.168.10.11 255.255.255.0 Setting ip address dan subnetmask

no shutdown

end

b. Untuk Serial

enable

configure terminal

interface serial 0/0/0  Misal yang akan di setting adalah serial 0/0/0.

• ip route 192.168.11.0 255.255.255.0 192.168.15.1  Setting network yang dituju, subnetmask


(66)

no shutdown

end

Setelah tahapan setting router dilaksanakan, maka jaringan komputer yang terhubung dapat melakukan komunikasi data dengan jaringan komputer yang lain. Pada perancangan ini setiap koneksi yang terhubung dan tidak terdapat kesalahan dalam mensetting jaringan akan diindikasikan dengan adanya titik berwarna hijau, sedangkan untuk komputer yang bermasalah akan diindikasikan dengan titik berwarna merah.


(67)

BAB IV

ANALISIS KINERJA JARINGAN YANG DIRANCANG PADA SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

4.1 Umum

Kualitas merupakan tingkat keberhasilan suatu sistem untuk memberikan layanan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dalam hal komunikasi data, kualitas dikatakan maksimal apabila setiap paket data yang terkirim sama persis dengan data yang dikirim dengan nilai waktu tunda seminimal mungkin. Bagi pengguna, kualitas maksimal merupakan tingkat kepuasan dalam mempergunakan suatu layanan.

Pada bab IV ini akan membahas analisis kinerja jaringan yang dirancang pada

software Cisco Packet Tracer sesuai dengan yang ada pada Gambar 3.5 (Perancangan I) dan Gambar 3.6 (Perancangan II) sebelumnya. Parameter yang menjadi bahan analisa adalah berupa delay, packet loss dan throughput yang dihasilkan pada waktu terjadi pengiriman paket data sampai penerimaan paket data. Untuk pengujian parameter yang akan dibahas adalah dengan melakukan 10 kali pengujian dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer, dimana pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali, antara lain :

1. Dari salah satu PC gedung A (yaitu PC1) menuju salah satu PC yang berada pada gedung B (yaitu PC1) sebanyak 10 kali pengujian untuk masing-masing perancangan.

2. Dari salah satu PC gedung A (yaitu PC1) menuju salah satu PC yang berada pada gedung C (yaitu PC1) sebanyak 10 kali pengujian untuk masing-masing perancangan.


(68)

3. Membandingkan hasil dari salah satu PC gedung A (yaitu PC1) menuju salah satu PC yang berada pada gedung D (yaitu PC1) sebanyak 10 kali pengujian, karena pada perancangan I dari gedung A menuju gedung D akan melewati 2 buah

router. Sedangkan pada perancangan II dari gedung A menuju gedung D akan melewati 3 buah router.

4.2 Analisis Perancangan I

Adapun parameter yang dianalisis untuk mengetahui kinerja dari jaringan yang dirancang pada Perancangan I adalah delay, packet loss, serta throughput.

4.2.1 Analisis Delay

Untuk melihat rute-rute jaringan yang dituju antar jaringan pada Perancangan I dapat dilihat pada menu CLI seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tampilan menu CLI untuk melihat rute antar jaringan pada Perancangan I Untuk tampilan delay sebanyak 10 kali pengujian dilakukan pada menu command prompt dan dapat dilihat pada Lampiran A.1, A.2 dan A.3 (hal.80-88). Hasil pengujian


(69)

delay menurut software Cisco Packet Tracer ditunjukkan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

Tabel 4.1 Hasil pengujian delay dari (PC1 gedung A) ke (PC1 gedung B) menurut

software Cisco Packet Tracer pada Perancangan I Banyak

Pengujian IP Tujuan

Total Delay (ms) Total Paket Delay rata-rata (ms)

1. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

410 3 136

2. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

488 4 122

3. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

425 4 106

4. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

559 4 139

5. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

409 4 102

6. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

393 4 98

7. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

378 4 94

8. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

426 4 106

9. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

459 4 114

10. 192.168.10.1 ke 192.168.11.1

498 4 124

Rata-rata delay keseluruhan

) Diterima yang Paket Total Delay Total (

= 114


(1)

B.2 Hasil Pengujian dari (PC1 Gedung A) ke (PC1 Gedung C) Sebanyak 10 Kali pada Perancangan II


(2)


(3)


(4)

B.3 Hasil Pengujian dari (PC1 Gedung A) ke (PC1 Gedung D) Sebanyak 10 Kali pada Perancangan II


(5)


(6)