sertifikasi yang telah dijanjikan pemerintah hal belum terealisasi contohnya, di daerah NTB dan NTT para guru yang telah lulus sertifikasi sudah satu tahun
lebih belum mendapatkan tunjangan profesionalnya Suara Merdeka, 25 September 2007. Seharusnya sejak awal pelaksanaan sertifikasi dilakukan
dan hasilnya diketahui pemerintah melakukan keadilan dalam bentuk kemerataan dalam memberikan hak dan kewajiban yang telah dijanjikan. Di
sisi lain masih banyak guru-guru yang telah mengabdi lebih dari 30 tahun tidak bisa mengikuti ujian sertifikasi guru dikarenakan gaji yang tidak cukup
untuk melanjutkan ke tingkat sarjana Kompas, 17 September 2007. Ujian sertifikasi juga menumbuhkan sikap mental atau penurunan moral
karena banyak terjadi manipulasi untuk lolos sertifikasi dan ingin mendapat upah di atas minimum 2 kali gaji upah , sehingga ujian sertifikasi tidak
dapat dipakai sebagai bentuk kesejahteraan saja tetapi sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang berkualitas.
B. Sertifikasi Guru Ditinjau dari Segi Kompetensi Guru
Dalam UUGD Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 menyatakan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki UUGD, yang
merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi S-1 atau
D-4, dan memiliki sertifikasi profesi. Dengan sertifikasi ini pula guru berhak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru. Kebijakan ini pada intinya adalah meningkatkan kualitas kompetensi dengan menghasilkan
lulusan – lulusan yang baik SD sampai SMUSMK seiring dengan peningkatan kesejahteraan guru.
Patut mulai dipertanyakan apakah sertifikasi akan secara otomatis meningkatkan kualitas kompetensi guru, dan kemudian akan meningkatkan
mutu pendidikan?. Adakah jaminan bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru akan lebih bermutu? karena bukti – bukti hasil sertifikasi dalam kaitan dengan
peningkatan mutu guru bervariasi dengan hasil survey terhadap kualitas pendidikan pada 117 negara. Negara Indonesia menempati urutan ke 112 di
atas negara Vietnam Martinis Yamin dalam Profesionalisasi Guru ,2007:75- 76. Di Amerika Serikat kebijakan sertifikasi bagi guru belum berhasil
meningkatkan kualitas kompetensi guru, hal ini antara lain dikarenakan kuatnya resistensi dari kalangan guru sehingga pelaksanaan sertifikasi berjalan
lambat. Sebagai contoh dalam kurun waktu 10 tahun, mulai tahun 1997 – 2006, AS hanya mentargetkan 100.000 guru untuk di sertifikasi. Bandingkan
dengan Indonesia dalam kurun waktu yang sama mentargetkan 2,7 juta guru. Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk meningkatkan kualitas
kompetensi guru. Sertifikasi bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang berkualitas. Kegagalan dalam
mencapai tujuan ini, terutama dikarenakan menjadikan sertifikasi sebagai tujuan itu sendiri.
Bagi bangsa dan pemerintah Indonesia harus senantiasa mewaspadai kecenderungan ini, bahwa jangan sampai sertifikasi menjadi tujuan. Oleh
karenanya semenjak awal harus ditekankan khususnya dikalangan pendidik, guru dan dosen, bahwa tujuan utama adalah kualitas, sedangkan kualifikasi
dan sertifikasi merupakan sarana untuk mencapai kulitas tersebut.
Tabel 2.2 Rata-rata Jumlah Guru Layak Mengajar Tiap Pulau di Indonesia
Tahun pelajaran 20022003-20052006 No Pulau
Tahun Pelajaran
20022003 20032004
20042005 20052006
1 Jawa 21.801,17
29.938,33 27.615
29.250,67 2 Sumatera
6.274,89 6.519,11
7.956,22 8.889,56
3 Kalimantan 2.903,25
3.158 3.855,5
4.175,25 4 Sulawesi
4.020,4 4.251,8
4.716,4 5.568
5 Indonesia Timur
3.172 3.407,33
3.850,83 4.163,17
Jumlah Rata-rata 38.171,71
41.274,57 47.993,95
52.046,65 Sumber: Data Statistik Depdiknas,diolah lampiran 1
Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata jumlah guru layak mengajar di Pulau Jawa pada tahun pelajaran 20052006 sebanyak 29.250,67 guru, Pulau
Sumatera 8.889,56 guru, Pulau Kalimantan 4.175,25 guru, Pulau Sulawesi 5.568 guru, dan rata-rata jumlah guru layak mengajar paling rendah di Pulau
Indonesia Timur 4.163,17 guru. Dari tahun ke tahun jumlah guru layak mengajar bertambah disetiap pulau. Namun jumlah guru layak mengajar di
Pulau Jawa lebih banyak di bandingkan dengan di luar pulau Jawa. Hal ini juga memperlihatkan jumlah guru yang mengajar di pulau Jawa lebih banyak.
Pemerintah seharusnya memperhatikan jumlah guru yang ada di luar pulau Jawa agar lebih terpenuhi sesuai dengan kapasitas sekolah-sekolah yang ada.
Tabel 2.3 Persentase Jumlah Guru Layak Mengajar Tiap Pulau di Indonesia
Tahun pelajaran 20022003-20052006 No Pulau
Tahun Pelajaran
20022003 20032004
20042005 20052006
1 Jawa 54,95
55,97 55,34
54,00 2 Sumatera
23,73 22,86
23,92 24,61
3 Kalimantan 4,88
4,92 5,15
5,13 4 Sulawesi
8,44 8,28
7,87 8,57
5 Indonesia Timur
8,00 7,97
7,72 7,69
Sumber: Data Statistik Depdiknas,diolah lampiran 1
Persentase jumlah guru layak mengajar untuk tiap pulau di Indonesia terhadap jumlah guru layak mengajar keseluruhan dari data tahun pelajaran
20022003-20052006 menunjukkan persentase jumlah guru layak mengajar terbanyak di pulau Jawa. Pada tahun pelajaran 20022003 persentase jumlah
guru layak mengajar di pulau Jawa 54,95, dan pada tahun pelajaran 20052006 persentase jumlah guru layak mengajar di pulau Jawa 54,00. Di
ikuti oleh pulau Sumatera 24,61, pulau Sulawesi 8,57, pulau Indonesia Timur 7,69, dan pulau Kalimantan 5,13.
Dari tabel di atas disimpulkan jumlah guru layak mengajar dipulau Jawa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah guru layak mengajar di luar pulau
Jawa. Dengan melihat tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi tidak relevan diterapkan sebagai program pemerintah untuk meningkatkan kualitas
guru dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia ditinjau dari segi kompetensi profesional.
C. Sertifikasi Guru Ditinjau dari Segi Penilaian Portofolio