1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar masyarakat terutama para guru mengalami banyak kendala atau kesulitan untuk dapat mengikuti program pemerintah tentang
sertifikasi untuk guru dalam jabatan Kompas 17 september 2007. Para guru yang telah terdaftar sebagai peserta sertifikasi ternyata pesimistis dan
putus harapan dapat lolos seleksi dengan portofolio sebagai pemenuhan persyaratan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Pemberlakuan sertifikasi guru menjadi topik pembicaraan para praktisi pendidikan. Penilaian portofolio yang telah ditetapkan oleh pemerintah
MENDIKNAS jelas dirasakan tidak relevan untuk diterapkan. Berdasarkan PP No 18 Tahun 2007, proses sertifikasi bagi para
guru dalam jabatan dilakukan dengan penilaian terhadap portofolio dengan memberikan skor berdasarkan standar kompetensi. Fakta menunjukkan
berbagai kemungkinan terjadi “ permainan dalam sertifikasi dilakukan antara guru peserta sertifikasi dengan tim asesor atau atasannya, atau
dengan pihak – pihak lain yang kemungkinan terkait kepentingan guru peserta sertifikasi. Kristi Poerwandari Kompas, 16 Mei 2007
menyatakan bahwa masyarakat khususnya para guru ‘sedang dilanda fatalisme’. Akibat sikap mental fatalistik tersebut para guru emoh kerja
keras dan bersungguh – sungguh untuk menghadapi program sertifikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mereka lebih suka ambil jalan pintas melalui berbagai permainan”. Sebagai pembuktian, para guru berusaha agar anak – anaknya bisa lulus
Ujian Nasional UN 100 dengan menyerahkan tugas pengajaran pada lembaga “Bimbel” dan mencurangi pelaksanaan Ujian Nasional UN. Ada
indikasi bahwa terjadi pemalsuan portofolio pada tahap kedua untuk wilayah rayon 11 yang meliputi lima daerah di Yogyakarta dan 9 daerah di
Jawa Tengah. Pemalsuan portofolio serupa juga sempat terjadi pada tahap 1 yang telah meluluskan 1.247 guru kompas, 15 Oktober 2007. Berkait
dengan hal ini para guru atau peserta uji sertifikasi guru yang terbukti memalsukan portofolio akan gugur demi hukum karena tidak memenuhi
persyaratan. Dari sekitar 2,7 juta guru di Indonesia hanya 900.000 guru yang sudah mengenyam pendidikan S-1 Kompas, 15 oktober 2007.
Tinggi atau rendahnya kualitas lulusan berhubungan dengan kualitas guru. Dalam PP No.19 Th.2005 pasal 28 1 dinyatakan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi, sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Meskipun dalam peraturan pemerintah telah dinyatakan demikian, fakta menunjukkan bahwa masih
banyak guru yang hanya lulusan D2 D3 bahkan hanya berpendidikan SMA, terutama di daerah – daerah terpencil. Mereka para guru tidak
mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 dikarenakan banyak faktor, salah satunya faktor ekonomi dan faktor usia, kebanyakan para
guru seperti itu hanya bisa pasrah. Padahal banyak guru yang telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengabdi selama lebih dari 30 tahun semenjak PP No. 19 Th 2005 dikeluarkan mereka tidak dianggap profesional. Hal ini mengindikasikan
pemerintah kurang adil dalam memberlakukan sertifikasi guru khususnya bagi para guru yang telah lama mengabdi, hendaknya sistem sertifikasi
guru dilaksanakan dengan mengedepankan semangat keadilan dan bijaksana.
Makalah ini dimaksudkan untuk menimbang kembali kelayakan sertifikasi guru sebagai penentu upaya serius meningkatkan kualitas dan
pelayanan pendidikan di Indonesia. Perspektif yang di gunakan dalam makalah ini adalah upah, kompetensi guru, penilaian portofolio, hakekat
pendidikan.
B. Rumusan Masalah