Analisis Persepsi Pelaku UMKM Di Kota Medan Terhadap Kebijakan Redenominasi Rupiah

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERSEPSI PELAKU UMKM DI KOTA MEDAN

TERHADAP KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH

OLEH

ANGGIA RAMADHAN

100523043

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI PELAKU UMKM DI KOTA MEDAN TERHADAP KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH

Pecahan mata uang yang terlalu besar berdampak pada ketidak efisienan dalam sistem pembayaran. Penyederhanaan angka nol pada mata uang membuat proses transaksi dan sistem akuntansi lebih sederhana. Redenominasi tidak akan mengurangi daya beli masyarakat. Rencana redenominasi harus dilakukan dengan perencanaan sebaik mungkin dari Bank Indonesia. Ketidaksiapan kebijaksanaan tersebut akan berdampak pada terjadinya gejolak ekonomi dan kepanikan masyarakat. Sosialisasi sangat diperlukan karena masih banyaknya masyarakat kita yang belum memahami makna redenominasi. Sukses redenominasi bisa dilakukan ketika perekonomian suatu negara relatif stabil.


(3)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF BUSINESSES PERCEPTION ABOUT REDENOMINATION IN MEDAN

Fractional currency that is too big an impact on inefficiencies in the payment system. Simplification of zeros on the currency makes transaction processing and accounting system simpler. Redenomination will not reduce purchasing power. Redenomination plan to do with the best possible plan of Bank Indonesia. Unpreparedness of the policy will have an impact on the economic turmoil and public panic. Socialization is very necessary because there are many people we do not understand the meaning of redenomination. Successful redenomination can be done when a country's economy is relatively stable. Keywords: Redenomination, Bank Of Indonesia.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirohiim.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapakan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Persepsi Pelaku UMKM Di Kota Medan Terhadap Kebijakan Redenominasi Rupiah”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Selama proses studi dan pengerjaan penelitian ini penulis telah banyak menerima saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kepada kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah mendidik dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc.Sc., Ph.D selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dan selalu memberikan arahan dan motivasi bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan masukan, petunjuk serta nasehat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi yang telah mendidik mahasiswa/i dengan penuh dedikasi, loyalitas, dan profesionalitas.

8. Seluruh Staff dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara untuk semua jasa-jasa nya dalam memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Kepada Pelaku UMKM di Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan kegiatan observasi dalam pengerjaan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkenan untuk membacanya dan penulis menyadari skripsi ini belum sempurna sehingga masih memiliki keterbatasan dan kekurangan, penulis dengan kerendahan hati menerima saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan di masa depan.


(6)

Medan, Juni 2014 Penulis

Anggia Ramadhan NIM. 100523043


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Definisi Uang ... 8

2.1.2 Kriteria Uang ... 8

2.1.3 Fungsi Uang ... 10

2.1.4 Jenis-jenis Uang ... 11

2.2 Definisi Redenominasi ... 12

2.3 Sanering ... 15

2.4 Dampak Redenominasi ... 18

2.4.1 Dampak Positif Redenominasi ... 19

2.4.2 Dampak Negatif Redenominasi ... 19

2.5 Tahap-tahap Redenominasi ... 20

2.6 Pro dan Kontra Redenominasi ... 21

2.7 Penelitian Terdahulu ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 27

3.2 Penentuan Lokasi dan Sampel ... 27

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Pengolahan Data ... 29

3.6 Model Analisis Data ... 29

3.7 Definisi Operasional ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 32

4.2 Pengetahuan Pelaku UMKM Terhadap Redenominasi Rupiah ... 38


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 55

5.2 Saran ... 56

5.2.1 Bank Indonesia ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

KUISIONER ... 58


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 2.1 Perbedaan Redenominasi dengan Sanering ... 17

4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Pelaku

UMKM di Kota Medan, 2014 ... 33 4.2 Hubungan antara Umur dan Tingkat Pendidikan Pelaku

UMKM di Kota Medan ... 36 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelaku UMKM

Terhadap Redenominasi ... 43 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pelaku


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ilustrasi Tahapan dan Kegiatan Redenominasi ... 14 4.1 Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan

berdasarkan umur ... 34 4.2 Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan

berdasarkan jenis kelamin ... 34 4.3 Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan

berdasarkan agama ... 35 4.4 Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan

berdasarkan tingkat pendidikan ... 35 4.5 Hubungan antara Umur dan Tingkat Pendidikan Pelaku


(11)

ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI PELAKU UMKM DI KOTA MEDAN TERHADAP KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH

Pecahan mata uang yang terlalu besar berdampak pada ketidak efisienan dalam sistem pembayaran. Penyederhanaan angka nol pada mata uang membuat proses transaksi dan sistem akuntansi lebih sederhana. Redenominasi tidak akan mengurangi daya beli masyarakat. Rencana redenominasi harus dilakukan dengan perencanaan sebaik mungkin dari Bank Indonesia. Ketidaksiapan kebijaksanaan tersebut akan berdampak pada terjadinya gejolak ekonomi dan kepanikan masyarakat. Sosialisasi sangat diperlukan karena masih banyaknya masyarakat kita yang belum memahami makna redenominasi. Sukses redenominasi bisa dilakukan ketika perekonomian suatu negara relatif stabil.


(12)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF BUSINESSES PERCEPTION ABOUT REDENOMINATION IN MEDAN

Fractional currency that is too big an impact on inefficiencies in the payment system. Simplification of zeros on the currency makes transaction processing and accounting system simpler. Redenomination will not reduce purchasing power. Redenomination plan to do with the best possible plan of Bank Indonesia. Unpreparedness of the policy will have an impact on the economic turmoil and public panic. Socialization is very necessary because there are many people we do not understand the meaning of redenomination. Successful redenomination can be done when a country's economy is relatively stable. Keywords: Redenomination, Bank Of Indonesia.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar akhir-akhir ini terus merosot tajam. Pada Nopember 2013, nilai rupiah mencapai Rp. 11.550,- per US Dollar. Semakin melemahnya nilai tukar rupiah tersebut dikhawatirkan akan mempengaruhi inflasi yang tinggi sehingga kenaikan harga yang dikonsumsi masyarakat semakin meningkat.

Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp 100.000. Uang rupiah tersebut mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia setelah pecahan mata uang Vietnam. Vietnam mencetak pecahan 500.000 Dong sebagai pecahan mata uang terbesar di dunia. Namun hal itu tidak memperhitungkan negara Zimbabwe, yang mana negara tersebut pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.

Uang merupakan alat pembayaran yang sah dimana didalam perekonomian modern, penggunaan sesuatu benda sebagai uang dikuatkan berdasarkan keputusan hukum atau undang-undang. Keberadaan uang yang diterbitkan harus dijamin oleh pemerintah agar memperoleh kepercayaan dari masyarakat luas. Untuk melancarkan proses transaksi ataupun jual beli maka uang dibagi ke dalam satuan unit tertentu dengan berbagai nominal, dari nominal terkecil hingga nominal terbesar.


(14)

barang dan jasa yang tercermin dalam tingkat inflasi yang rendah dan nilai mata uang negara lain yang tercermin dari stablilitas kurs valuta asing. Oleh karena itu, nilai rupiah harus dijaga agar tidak menimbulkan dampak negatif seperti terjadinya inflasi yang tinggi sehingga merugikan masyarakat.

Untuk mencapai tujuannya, Bank Indonesia mempunyai beberapa tugas dalam mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 antara lain adalah sebagai berikut :

1. Dalam rangka pelaksanaan tugas, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk menetapkan macam, harga dari uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah, mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.

2. Satuan mata uang negara Republik Indonesia adalah rupiah dengan singkatan Rp.

3. Uang rupiah adalah alat pembayaran yang sah di wilayah negara Republik Indonesia.

4. Setiap perbuatan yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia wajib menggunakan uang rupiah.

5. Setiap orang atau badan yang berada di wilayah negara Indonesia dilarang menolak untuk menerima uang rupiah.


(15)

6. Uang rupiah dalam jumlah tertentu dilarang dibawa ke luar atau masuk wilayah pabean Republik Indonesia kecuali dengan izin Bank Indonesia. 7. Dalam rangka mengatur dan menjaga sistem pembayaran Bank

Indonesia berwenang :

i. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.

ii. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya.

iii. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

iv. Mengatur sistem Kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan valuta asing.

v. Bank Indonesia meyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran (Setelman) antarbank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing.

vi. Penyelenggaraan kegiatan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia (Kesumajaya, 2001:131).

Sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal memerlukan sistem perbankan yang sehat. Sistem perbankan yang sehat selain mendukung kinerja sistem pembayaran, juga mendukung pengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter dan efektifitasnya mempengaruhi kegiatan ekonomi dan mencapai kestabilan nilai rupiah (Ekonomi, 2011).


(16)

Untuk menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal inilah Bank Indonesia melakukan suatu kebijakan yang disebut redenominasi. Redenominasi mata uang rupiah merupakan suatu kewenangan Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga sistem pembayaran di Indonesia. Kebijakan tersebut tidak boleh diintervensi oleh pihak-pihak lain.

Bank Indonesia melakukan kebijakan redenominasi mata uang rupiah karena adanya ketidak efisienan dan ketidak nyamanan dalam melakukan transaksi karena pecahan uang rupiah yang terlalu besar sehingga diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat, menghitung, dan membawa uang. Selain daripada itu, redenominasi juga untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN dalam memasuki era ASEAN Economic Community pada tahun 2015.

Bank Indonesia juga menegaskan, pelaksanaan redenominasi mata uang rupiah membutuhkan waktu yang panjang dan payung hukum yang kuat. Oleh karena itu, Bank Indonesia dan pemerintah telah mengusulkan RUU tentang Perubahan Harga Rupiah. Usulan RUU tersebut telah disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan pada waktu itu, Agus Martowardojo kepada unsur Pimpinan DPR dan Badan Legislasi (Baleg) dan telah menjadi prioritas Prolegnas tahun 2013. Redenominasi perlu dilakukan untuk memperkuat kurs rupiah terhadap mata uang asing. Redenominasi juga dimaksudkan untuk menyederhanakan mata uang dan bukan untuk memotong nilai mata uang. Redenominasi juga diperlukan oleh negara yang sedang menuju level negara maju. Namun sebelum pembahasan, Baleg meminta pemerintah menyosialisasikan secara penuh kepada kepada


(17)

masyarakat untuk menghindari kekeliruan masyarakat dalam menafsirkan redenominasi sebagai pemotongan nilai mata uang.

Namun dalam pelaksanaannya, kebijakan redenominasi tidaklah semudah yang diperkirakan. Redenominasi bisa dilakukan ketika kondisi ekonomi suatu negara relatif stabil dan laju inflasi tidak tinggi. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat karena ketidakpahaman tentang kebijakan tersebut akan menimbulkan gejolak ekonomi yang timbul di masyarakat. Sebagian kalangan khawatir akan ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi rencana redenominasi atau pemotongan angka rupiah. Redenominasi jelas sangat berbeda dengan sanering yaitu pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Redenominasi tidak akan merugikan masyarakat karena nilai uang terhadap barang tidak akan berubah, yang terjadi hanya penyederhanaan dalam nilai nominalnya berupa penghilangan beberapa digit nol.

Medan merupakan Ibukota Propinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki populasi cukup besar. Luasnya sekitar 265,10 km2 dan populasinya sebanyak 2.109.330.Medan juga merupakan kota industri di Sumatera Utara. Perbedaan latar belakang budaya menyebabkan masyarakatnya mempunyai pola pikir yang berbeda, tidak terkecuali dalam menyikapi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah menyangkut tatanan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.

Redenominasi yang dilakukan akan menimbulkan beberapa dampak di masyarakat Kota Medan terutama bagi pelaku UMKM. Terdapat tanggapan


(18)

memahami konsep redenominasi dan bagaimana nantinya masyarakat menggunakan mata uang baru di masa transisi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas persoalan redenominasi untuk dijadikan skripsi dan skripsi ini diberi judul “Analisis Persepsi Pelaku UMKM di Kota Medan Terhadap Kebijakan Redenominasi Rupiah”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pelaku UMKM di Kota Medan terhadap redenominasi?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan Bank Indonesia agar redenominasi berhasil?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis seberapa besar persentase pelaku UMKM di Kota Medan memahami redenominasi.

2. Untuk menganalisis bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap redenominasi.

3. Untuk menganalisis dampak sosialisasi Bank Indonesia terhadap pemahaman pelaku UMKM tntang redenominasi mata uang rupiah.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Bank Indonesia yang akan melaksanakan kebijakan redenominasi.

2. Sebagai bahan studi dan wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa departemen ekonomi pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non-ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara kontekstual dan tekstual.

4. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik membahas redenominasi di Indonesia.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Uang

Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Dengan kata lain, bahwa uang merupakan alat yang dapat digunakan dalam melakukan pertukaran baik barang maupun jasa dalam suatu wilayah tertentu (Kasmir, 2011:13).

2.1.2 Kriteria Uang

Menurut Kasmir (2011), agar diterima dimasyarakat, uang harus mempunyai beberapa kriteria uang. Kriteria uang haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Ada jaminan

Setiap uang harus dijamin oleh pemerintah Negara tertentu agar mendapat kepercayaan oleh masyarakat luas.

2. Disukai umum

Uang harus dapat diterima secara umum penggunaannya apakah sebagai alat tukar, atau sebagai standar pencicilan utang.


(21)

3. Nilai yang stabil

Nilai uang harus memiliki kestabilan dan ketetapan serta diusahakan fluktuasinya sekecil mungkin. Apabila sering terjadi ketidakstabilan, maka akan sulit untuk dipercaya oleh yang menggunakannya.

4. Mudah disimpan

Uang harus mudah disimpan di berbagai tempat termasuk dalam tempat yang kecil namun dalam jumlah yang besar. Artinya uang harus memiliki fleksibilitas.

5. Mudah dibawa

Uang harus mudah dibawa ke mana pun dengan kata lain mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

6. Tidak mudah rusak

Uang hendaknya tidak mudah rusak dalam berbagai kondisi, seperti robek atau luntur terutama kondisi fisiknya mengingat frekuensi pemindahan uang dari satu tangan ke tangan lainnya sangatlah besar.

7. Mudah dibagi

Uang mudah dibagi ke dalam satuan unit tertentu dengan berbagai nominal yang ada guna kelancaran dalam melakukan transaksi, mulai dari nominal kecil sampai dengan nominal yang besar.

8. Suplai harus elastis

Agar perdagangan dan usaha menjadi lancer jumlah uang yang beredar di masyarakat haruslah mencukupi. Tersedianya uang dalam jumlah yang


(22)

cukup disesuaikan dengan kondisi usaha atau kondisi perekonomian di suatu wilayah.

2.1.3 Fungsi Uang

Pada awalnya fungsi uang hanyalah sebagai alat guna memperlancar pertukaran. Namun, seiring dengan perkembangan zaman fungsi uang pun sudah beralih ke fungsi yang lebih luas.

Fungsi-fungsi dari uang secara umum adalah sebagai berikut. 1. Alat tukar-menukar

Uang digunakan sebagai alat untuk membeli atau menjual suatu barang maupun jasa. Dengan kata lain, uang dapat digunakan untuk membayar terhadap barang yang akan dibeli atau diterima sebagai dari penjualan barang dan jasa.

2. Satuan hitung

Fungsi uang sebagai satuan hitung menunjukkan nilai dari barang dan jasa yang dijual atau dibeli. Besar kecilnya nilai yang dijadikan sebagai satuan hitung dalam menentukan harga barang dan jasa secara mudah.

3. Penimbun kekayaan

Uang yang disimpan menjadi kekayaan dapat berupa uang tunai atau uang yang disimpan di bank dalam bentuk rekening.

4. Standar pencicilan utang

Dengan adanya uang akan mempermudah menentukan standar pencicilan uatang piutang secara tepat dan cepat, baik secara tunai maupun secara angsuran.


(23)

2.1.4 Jenis-jenis Uang

Adapun jenis-jenis uang yang dapat dilihat dari berbagai sisi adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan bahan

Jika dilihat dari bahan untuk membuat uang, makan jenis uang terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Uang logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam. Biasanya uang logam mempunyai nominal yang kecil.

b. Uang kertas, merupkan uang yang bahannya terbuat dari kertas. Uang kertas biasanya mempunyai nominal yang besar. Uang jenis ini terbuat dari kertas yang berkualitas tinggi, yaitu tahan air, tidak mudah robek atau luntur.

2. Berdasarkan nilai

Jenis uang ini dilihat dari nilai yang terkandung pada uang tersebut, apakah nilai intrinsiknya (bahan uang) atau nilai nominalnya (nilai yang tertera dalam uang tersebut). Uang jeni ini terbagi dua, yaitu :

a. Bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya.

b. Tidak bernilai penuh (representative full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Kadangkala nilai intrinsiknya jauh lebih rendah dari nilai nominal yang terkandung di dalamnya.


(24)

3. Berdasarkan lembaga

Berdasarkan lembaga maksudnya adalah badan atau lembaga yang menerbitkan atau mengeluarkan uang. Jenis uang yang diterbitkan berdasarkan lembaga terdiri dari ;

a. Uang kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral baik uang logam maupun uang kertas.

b. Uang giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum seperti cek, bilyet giro, traveller cheque, dan credit card.

4. Berdasarkan kawasan

Uang jenis ini dilihat dari daerah atau wilayah berlakunya suatu uang. Jenis uang berdasarkan kawasan adalah sebagai berikut.

a. Uang lokal, merupakan uang yang berlaku di suatu Negara tertentu, seperti Rupiah di Indonesia.

b. Uang regional, merupkan uang yuang berlaku di kawasan tertentu yang lebih luas dari uang lokal, seperti mata uang tunggal Eropa, yaitu EURO.

c. Uang internasional, merupakan uang yang berlaku antar Negara seperti US Dollar dan menjadi standar pembayaran internasional.

2.2 Definisi Redenominasi

Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi angka nol tanpa memangkas nilai mata uang tersebut (Kesumajaya, 2001:131). Pengurangan angka nol ini berlaku menyeluruh terhadap harga barang atau jasa di suatu negara.


(25)

Redenominasi bukanlah sanering. Sanering adalah pemotongan daya beli rnasyarakat melalui pemotongan nilai uang. Sanering adalah pernotongan uang dalarn kondisi perekonomian yang tidak sehat, dimana yang dipotong hanya nilai uangnya, sedangkan harga barang tetap tinggi (Kesumajaya, 2001:131).

Tujuan redenominasi adalah sebagai efisiensi penghitungan dalam sistem pembayaran. Sukses redenominasi hanya bisa dilakukan pada saat inflasi dan ekspektasi inflasi stabil dan rendah. Intinya adalah penyederhanaan akunting dan sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak bagi ekonomi. Syarat keberhasilan redominisasi lainnya adalah persepsi dan pemahaman masyarakat yang mendukung yang didasarkan akan kebutuhan riil masyarakat, Penerapan redenominasi itu butuh waktu transisi sedikitnya lima tahun dan selama itu pedagang wajib mencantumkan label dalam dua jenis mata uang yakni uang lama yang belum dipotong dan uang baru (angka nol berkurang) sehingga tercipta kontrol publik. Selain itu, untuk melakukan redenominasi nilai tukar juga dibutuhkan penarikan uang yang beredar di masyarakat secara bertahap. Hal yang paling sulit dilakukan dengan cepat dan mudah adalah sosialisai kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mencapai ratusan juta jiwa.

Ada tiga alasan Bank Indonesia menerapkan redenominasi, yaitu : 1. Inflasi di Indonesia terkendali, yaitu di bawah 10 persen.

2. Utang pemerintah dari persentase Produk Domestik Bruto (PDB) terus turun. Menurut hitungannya, utang Indonesia sekira 20 persen dari PDB. 3. Kondisi perekonomian yang stabil.


(26)

Gambar 2.1

Ilustrasi Tahapan dan Kegiatan Redenominasi (Sumber : Bank Indonesia)

Penerapan redenominasi membutuhkan waktu yang sangat panjang. Dibutuhkan waktu transisi sedikitnya lima tahun dan selama itu pedagang wajib mencantumkan label dalam dua jenis mata uang, yaitu uang lama dan uang baru (redenominasi) sehingga kontrol publik dapat tercipta. Redenominasi di Indonesia akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, pada 2013-2015 diberlakukan dua denominasi, yakni uang lama dan uang baru. Uang lama dengan digit tiga nol, dan uang baru dengan menghilangkan tiga digit nolnya dengan memberikan tulisan “rupiah baru”. Tahap berikutnya, pada 2016-2018, secara berangsur-angsur dalam tiga tahun uang lama akan habis. Selanjutnya, pada 2019-2020, pemerintah menghilangkan tulisan “baru” pada uang yang beredar, sehingga seluruh uang yang beredar di masyarakat adalah uang baru setelah diredenominasi. Namun, pemerintah memberikan waktu 3 (tiga) tahun hingga tahun 2023 untuk menukarkan uang lama menjadi uang baru.


(27)

2.3 Sanering

Redenominasi jelas berbeda dengan sanering. Sanering merupakan upaya memotong rupiah karena tingginya angka inflasi yang tak kunjung turun atau inflasi tidak terkendali. Indonesia memiliki pengalaman tiga kali melakukan sanering. Pertama, sanering dilakukan pada 19 Maret 1950 dengan memangkas Rp 5 menjadi Rp 2. Kedua, dilakukan pada 25 Agustus 1959 dengan memangkas Rp 1000 menjadi Rp 100. Ketiga, sanering terakhir terjadi pada 13 Desember 1965 dengan memotong Rp 1000 menjadi Rp 1. Pengalaman pahit masa lalu itu jelas merugikan masyarakat Indonesia. Sanering dilakukan saat angka inflasi tinggi, sedangkan redenominasi diterapkan saat angka inflasi rendah. Sanering dilakukan saat kinerja ekonomi memburuk, sedangkan redenominasi dijalankan saat kinerja ekonomi prima. Perbedaan itulah yang perlu dipahami masyarakat Indonesia.

Jika pemerintah melakukan sanering, biasanya dikarenakan pemerintah memiliki utang yang sangat banyak dan dalam jumlah yang besar. Untuk memangkas utang tersebut, pemerintah menerbitkan uang baru. Hal inilah yang terjadi pada Indonesia tahun 1965. Pada kurun waktu tersebut keadaan perekonomian di Indonesia sangat buruk dan inflasi menjulang tinggi. Utang pemerintah melonjak dan salah satu yang dilakukan pemerintah untuk membayar utang adalah melakukan sanering yaitu menerbitkan uang baru. Kemudian uang lama dianggap tidak bernilai lagi dan dengan sendirinya utang pemerintah dalam nilai uang lama menyusut tajam.


(28)

Ada pandangan yang rancu dalam masyarakat mengenai perbedaan antara redenominasi dengan sanering. Untuk mencegah salah pengertian ini, Bank Indonesia menjelaskan perbedaannya secara rinci pada Tabel 2.1 berikut ini :


(29)

Tabel 2.1

Perbedaan Redenominasi dengan Sanering

Aspek Redenominasi Sanering

Pengertian Menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang terse- but. Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah.

Pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun.

Dampak bagi

Masyarakat

Tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama.

Menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis.

Tujuan  Menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi.

 Mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia den- gan negara regional.

Mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga. Dilakukan karena terjadi hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi).

Nilai uang terhadap barang

Nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan.

Nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena yang dipotong adalah nilainya.

Kondisi saat dilakukan

 Dilakukans saat kondisi makro ekonomi stabil.

 Ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali.

 Dilakukan dalam kondisii makro ekonomi tidak sehat.

 Inflasi sangat tinggii (hiperinflasi).

Masa transisi

Dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak.

Tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba. Contoh

untuk harga 1 liter bensin seharga Rp

Bila terjadi redenominasi tiga digit, maka dengan uang sebanyak Rp 4,5 tetap dapat membeli 1 liter bensin. Karena harga 1 liter bensin juga

Bila terjadi sanering per seribu rupiah, maka dengan Rp 4,5 hanya dapat membeli


(30)

2.3 Dampak Redenominasi

Rencana redenominasi rupiah memakan biaya yang sangat tinggi. Setidaknya, perbankan harus berinvestasi lagi di bidang teknologi informasi (TI). Teknologi informasi tersebut perlu penyesuaian terhadap berapa banyak angka nol uang tersebut. Bank Indonesia juga harus mengeluarkan dana yang besar untuk mengganti dan mencetak uang baru.

Redenominasi rupiah harus dibarengi dengan pembangunan persepsi masyarakat terhadap kebijakan tersebut. Masyarakat harus paham bahwa redenominasi bukanlah pemotongan nilai mata uang, karena persepsi tersebut membuat masyarakat menarik dana mereka dari bank dan melakukan investasi ke luar negeri. Redenominasi dilakukan dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community. Pada saat itu, Indonesia bisa menyetarakan nilai rupiah dengan mata uang negara-negara ASEAN.

Pada dasarnya, redenominasi sangatlah baik, tetapi harus dipahami jika kesiapan masyarakat menjadi hal utama sehingga Bank Indonesia harus melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Kesiapan masyarakat menjadi poin terpenting bagi Bank Indonesia. Bank Indonesia bisa mensosialisasikan kebijakan tersebut melalui seminar dan pemberitahuan terlebih dahulu ke masyarakat. Apabila masyarakat belum siap namun Bank Indonesia tetap menjalankan kebijakan tersebut, maka akan timbul gejolak ekonomi seperti meningkatnya laju inflasi sehingga berdampak pada terhambatnya pembangunan.

Sebelum melakukan redenominasi, Bank Indonesia harus meyakinkan semua infrastruktur terkait agar disesuaikan sedemikian rupa dengan mata uang


(31)

baru yang nolnya sedikit. Seluruh sistem penghitungan komputer di Indonesia, termasuk akuntansi, elektronik data processing, cash flow, dan sebagainya harus diubah, dan perubahan tersebut mengakomodasi hasil tahun-tahun sebelumnya. Tanpa persiapan yang matang, perdagangan di pasar saham akan kacau karena tidak akan jelas perusahaan mana yang sehat dari segi keuangan, tidak jelas mana yang untung dan mana yang rugi (Mahardika, 2013).

2.3.1 Dampak Positif Redenominasi

Dari segi Inefesiensi Perekonomian, redenominasi akan membuat perekonomian menjadi lebih efisien. Ekspektasi inflasi akan lebih rendah. Penghematan biaya pengadaan uang dalam jangka panjang.

Apabila rupiah dipersepsikan bernilai sangat rendah, maka redenominasi akan meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap Rupiah. Selain itu, redenominasi akan memfasilitasi ASEAN Economic Community 2015 mendatang.

Kendala teknis akibat semakin sedikitnya digit angka akan berdampak pada tidak perlunya penyesuaian infrastruktur dan aplikasi dari waktu ke waktu. Selain hal terebut, redenominasi akan mengurangi risiko human error.

2.3.2 Dampak Negatif Redenominasi

Dari segi Inefesiensi Perekonomian, redenominasi akan memakan waktu dan biaya transisi cukup besar. Kebutuhan pengembangan infrastruktur untuk sistem pembayaran non-tunai di masa mendatang dengan biaya yang cukup signifikan. Meningkatnya biaya pengadaan uang baru dengan pecahan yang lebih besar sehingga untuk mengakomodasi kebutuhan pembayaran tunai yang semakin


(32)

Kendala teknis akibat semakin banyaknya digit angka menyebabkan keterbatasan alat transaksi sehari-hari lainnya (argo taxi, pompa bensin, mesin kasir). Keterbatasan beban penyimpanan, pengolahan data statistik. Keterbatasan kapasitas penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai, antara lain sistem ATM, sistem kartu kredit, sistem Real Time Gross Setlement (RTGS) sehingga apabila redenominasi dilaksanakan maka akan membutuhkan biaya yang besar untuk mengganti infrastruktur tersebut.

2.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Redenominasi

Rencana redenominasi di Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama. Berikut adalah tahapan rencana redenominasi rupiah.

1. Tahun 2011-2012, pada tahun-tahun tersebut dilakukan sosialisasi.

2. Tahun 2013-2015, periode ini merupakan masa transisi. Pada masa transisi digunakan dua mata uang rupiah, yakni memakai istilah rupiah lama dan rupiah baru. Pada masa transisi ini masyarakat juga menggunakan dua jenis mata uang. Pada masa transisi itu juga, Bank Indonesia akan mencetak uang baru yang diredenominasi.

3. Tahun 2016-2018, pada periode ini, pemerintah menargetkan uang saat ini (rupiah lama) akan benar-benar tidak beredar lagi. Bank Indonesia akan melakukan penarikan uang lama secara perlahan pada masa transisi.

4. Tahun 2019-2020, redenominasi dilaksanakan. Bank Indonesia akan mengedarkan mata uang baru sebagai pengganti uang lama dan saat itu semua masyarakat akan melakukan transaksi jual beli dengan uang baru yang telah diredenominasi.


(33)

2.5. Pro dan Kontra

Redenominasi rupiah disambut positif oleh beberapa kalangan. Menurut Ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chaudhuri, redenominasi membuktikan Indonesia dalam kondisi lebih baik sehingga lebih siap untuk menerima tantangan baru. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito menilai, redenominasi dapat membuat operasi IT dan penyimpanan data perdagangan saham lebih sederhana. Redenominasi juga dapat mempercepat proses settlement perdagangan saham di BEI karena redenominasi akan memperkecil jumlah angka dari setiap transaksi yang dilakukan investor.

Transaksi yang dilakukan oleh investor asing juga dapat meningkat karena mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan satuan nilai rupiah yang lebih sederhana. Undang-undang redenominasi harus dapat mencakup seluruh aspek pelaku ekonomi dan industri. Kendati demikian, diperlukan persiapan dan sosialisasi yang baik, dan masa transisi yang cukup panjang.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik, Djamal mengharapkan pemerintah dapat melakukan sosialisasi redenominasi hingga ke pelosok tanah air. Hal ini penting demi mencegah spekulan mengambil keuntungan dari masyarakat yang tidak mendapatkan informasi. Pemahaman redenominasi tidak bisa hanya sekedar di tingkat masyarakat kota, kalangan perbankan, dan pegawai perkantoran tetapi masyarakat daerah pun harus tahu apa itu redenominasi. Sebaliknya, menurut Pelaksana Tugas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, redenominasi bisa


(34)

mengakibatkan inflasi, karena kemungkinan terjadi pembulatan harga barang ke atas seiring redenominasi.

Resiko inflasi harus diwaspadai sedini mungkin dari pemberlakuan redenominasi. Menurut Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, kesiapan infrastruktur penentu kelangsungan penerapan redenominasi harus diperhatikan: Pertama, kesiapan mata uang baru dalam pecahan sen. Hal ini untuk menghindari terjadinya lonjakan inflasi. Contoh, harga barang senilai Rp. 1.100 akan menjadi Rp. 1,1 setelah redenominasi. Apabila, tidak ada ketersediaan mata uang baru satuan sen, harga barang akan mengalami pembulatan menjadi Rp. 2 sehingga mengalami kenaikan hampir 100%. Kedua, Bank Indonesia harus menyiapkan infrastruktur penyalur pecahan mata uang baru, misalnya kantor cabang Bank Indonesia di daerah.

Pemerintah juga harus menyosialisasikan redenominasi secara benar ke masyarakat, karena saat ini terdapat kebingungan masyarakat antara redenominasi dengan senering. Lana juga mengingatkan, pencapaian tingkat inflasi yang saat ini mencapai 4,32% masih dibantu subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan harga komoditas yang turun. Jika ke depan subsidi BBM dinaikkan atau dicabut, akan sangat menentukan jumlah inflasi. Oleh karena itu, pelaksanaan redenominasi harus diperhitungkan kembali.

Meskipun redenominasi belum penting untuk diterapkan saat ini, tetapi dia mengakui beberapa keuntungan yang didapat dari redenominasi. Upaya ini akan sangat memudahkan pencatatan nominal harga dalam neraca keuangan dan mendukung persaingan dalam Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 mendatang


(35)

sehingga nantinya satu dolar AS itu bukan Rp. 9.000 melainkan Rp. 9. Akan tetapi, nilainya semu karena fundamentalnya tidak berubah, hanya penghilangan nol saja. Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto menilai Indonesia belum tepat menerapkan kebijakan redenominasi. Sebab, perekonomian Indonesia masih didominasi oleh masyarakat miskin yang berjumlah 70 juta jiwa. Masyarakat miskin belum siap dengan penyederhanaan angka rupiah yang menghilangkan tiga angka nol.

Dampak redenominasi bagi masyarakat miskin akan menimbulkan persepsi nilai uang berkurang. Redenominasi hanya akan memicu kenaikan inflasi. Sementara tingkat inflasi indonesia masih terkendali. Redominasi hanya cocok untuk negara- negara yang mengalami hiperinflasi. Airlangga menjelaskan, pemerintah baru bisa melakukan redenominasi saat masyarakat Indonesia sudah mampu keluar dari middle income trap (jebakan negara berkembang), dan jumlah masyarakat miskin menurun signifikan.

Direktur Eksekutif Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menjelaskan, untuk mengurangi resiko Inflasi yang berlebihan, Bank Indonesia akan mengeluarkan mata uang rupiah baru hingga ke satuan sen. Sedang Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, dalam pelaksanaan redenominasi, pemerintah dan BI akan mewajibkan pencantuman harga di toko-toko dan pasar. Pencantuman harga dalam dua bentuk, yakni dalam rupiah lama dan baru (dual price tagging). Dengan mempertimbangkan beberapa pendapat di atas, maka


(36)

rupiah tanpa mengurangi nilai rupiah itu sendiri. Namun demikian, rencana redenominasi ini harus melalui pengkajian yang matang dan dilakukan dengan hati-hati. Penyiapan infrastruktur berupa penyediaan mata uang dalam pecahan kecil sangat diperlukan untuk meredam terjadinya lonjakan inflasi akibat pembulatan-pembulatan pecahan kecil rupiah. Tentunya sosialisasi yang menjangkau seluruh kalangan masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan serta daerah terpencil dan perbatasan Indonesia harus dilakukan untuk memberikan pemahaman redenominasi yang jelas agar tidak menimbulkan keraguan dan keresahan (Alhusain, 2012:15-16).

2.6 Penelitian Terdahulu

Menurut Budilaksono (2013), terdapat banyak alasan mengapa sebuah negara melakukan redenominasi mata uang mereka, mulai dari tujuan kredibilitas serta identitas terhadap politik dalam negeri dan internasional. Tekanan inflasi, efek psikologis, pengendalian terhadap mata uang dan kondisi politik dalam negeri juga merupakan alasan utama terjadinya redenominasi. Negara yang melakukan redenominasi dimana reformasi ekonominya tidak berjalan efektif atau kebijakannya tidak stabil, maka redenominasi tidak akan menyingkirkan seluruh masalah ekonomi negara tersebut. Redenominasi dapat meningkatkan penanaman modal di suatu negara. Investor asing akan menaruh kepercayaan terhadap iklim investasi dalam negeri dan akan lebih berani untuk menaruh uangnya di pasar modal (dengan asumsi rendahnya tingkat inflasi dan adanya peningkatan kinerja dibidang kebijakan makro ekonomi). Di bidang akuntansi, redenominasi akan mempersingkat waktu dalam menginput data keuangan dan mereviewnya.


(37)

Menurut Kesumajaya (2011), redenominasi dapat menirnbulkan dampak postif rnaupun negatif. Darnpak positif dari redenominasi dapat terlihat dari frekuensi pencetakan uang menjadi lebih jarang karena uang logam lebih tahan lama. Selain hal tersebut, redenominasi dapat mengatasi masalah inefisiensi waktu dan biaya transaksi dan salah hitung karena jumlah nol yang terlaiu banyak. Redenominasi juga akan menyederhanakan penulisan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sehingga rupiah terlihat merniliki kekuatan karena nilainya mendekati nilai Dollar Amerika Serikat.

Dampak negatif dari redenominasi terlihat dari bertambah besamya biaya operasional perusahaan karena harus mengganti sistem pembukuan, pencetakan, dan sistem teknologi inforrnasi. Bank Indonesia juga akan mengeluarkan biaya yang besar untuk mencetak uang baru hasil redenomiasi. Selain itu tirnbulnya dampak sosial berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap rupiah. Bahkan redenominasi dapat menjadi bumerang karena masyarakat akan membeli Dollar Amerika Serikat karena mereka mengira redenominasi sama dengan sanering jika tidak dilakukan sosialisasi dengan baik.

Menurut Mahardika, Susianto, dan Narhetali (2013), sebagai konsumen, masyarakat setuju dengan redenominasi rupiah, namun menurut mereka kebijakan ini tidak akan mengubah citra rupiah. Persepsi terhadap murah-mahal, kekayaan dan potongan harga tidak berubah pasca redenominasi. Selain dari pada itu, ditemukan indikasi bahwa konsumen cenderung mengabaikan akurasi konversi harga dari rupiah lama ke rupiah baru untuk produk kebutuhan sehari-hari yang


(38)

berharga murah seperti misalnya sabun deterjen. Hal ini tidak ditemui pada barang- barang yang berharga mahal seperti sepeda motor.

Sedangkan menurut Alhusain (2012), redenominasi merupakan kebijakan strategis untuk menyederhanakan rupiah dalam pengadministrasian dan salah satu upaya menyetarakan harga rupiah dengan mata uang asing. Upaya penyederhanaan rupiah harus dilakukan secara matang dengan mempertimbangkan stabilitas ekonomi, sehingga tidak merugikan masyarakat.

Pemerintah harus mempersiapkan infrastruktur redenominasi rupiah dan melakukan sosialisasi kepada seluruh mansyarakat. DPR perlu dengan seksama mencermati apa yang telah dirumuskan dan diusulkan pemerintah dalam RUU Perubahan Harga Rupiah. Sosialisasi kebijakan ini hendaknya tidak hanya dilakukan pemerintah saja, namun DPR mendampinginya, untuk mengetahui secara pasti respon masyarakat akan kebijakan ini.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan pelaku UMKM di Kota Medan terhadap rencana redonominasi, menganalisis bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap redenominasi, dan menganalisis pengaruh sosialisasi dan pengetahuan pelaku UMKM terhadap Redenominasi.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UMKM di Kota Medan yang berjumlah 242.890. Sampel adalah sebagian/ himpunan bagian dari unit populasi yang mewakili seluruh objek penelitian. Dalam menentukan sampel menggunakan metode pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling yaitu proses pemilihan beberapa objek atau unsur dalam populasi untuk digunakan sebagai sampel yang akan diteliti sifat-sifatnya. Sampel yang diambil merupakan bagian dari populasi dan harus dapat mewakili populasinya sehingga dapat menggambarkan karakteristik atau sifat-sifat populasi yang bersangkutan (Suparmoko, 1999:33). Dimana dalam menentukan ukuran sampel minimum, penulis menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut :

n = N


(40)

n =

n = n = 99,9

Dari rumus di atas, jumlah sampel minimum dalam penelitian ini adalah berjumlah 99 orang. Berdasarkan rumus tersebut, maka penulis menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan (kuesioner) kepada pada pelaku UMKM di Kota Medan.

2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui buku-buku referensi, media internet serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara dengan menggunakan Kuesioner, yaitu penulis melakukan wawancara dan membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Wawancara dan Kuesioner ini ditujukan kepada pelaku UMKM yang ada di Kota Medan.

242.890 1 + 242.890 (10%)2

242.890 1 + 2428,9


(41)

3.5 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan metode statistika menggunakan program computer IBM SPSS Statistic 19.0 untuk mengolah data. Disamping itu penulis juga menggunakan program Microsoft Office Word 2010 dalam penulisan data dan Microsoft Excel 2013 sebagai program pembantu, dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data.

2.6 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah analisis deskripstif. Metode Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang; siapa, apa, kapan, dimana dan bagaiman yang berkaitan dengan karakteristik populasi atau fenomena tersebut (Erlina, 2011:20).

Metode analisis deskriptif terbagi dua, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka


(42)

sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Teknik pengumpulan data kualitatif diantaranya adalah interview (wawancara), quesionere (pertanyaan-pertanyaan/kuesioner), schedules (daftar pertanyaan), dan observasi (pengamatan, participant observer technique), penyelidikan sejarah hidup (life historical investigation), dan analisis konten (content analysis).

Menurut Sri dan Mulya dalam Erlina (2011), metode kualitatif ada 4 macam, yaitu :

1. Metode Historis, yaitu metode yang menggunakan analisa atau peristiwa-peristiwa dalam masa silam kemudian dijadikan sebagai prinsip-prinsip yang bersifat umum.

2. Metode Komparatif/ Metode Perbandingan, yaitu metode yang mempergunakan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dalam persamaan-persamaan, kemudian untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perikelakuan manusia dalam masyarakat.

3. Metode Historis Komparatif, yaitu metode yang dipergunakan untuk meneliti masyarakat pada masa silam dan masa sekarang.

4. Metode Case Study/ Studi Kasus, yaitu metode yang dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata


(43)

dalam kehidupan bermasyarakat. Obyeknya adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat.

2.7 Defenisi Operasional

Redenominasi adalah penyederhanaan jumlah digit pada denominasi atau pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai tukar rupiah terhadap harga barang dan/ atau jasa.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis persepsi pelaku UMKM di Kota Medan terhadap kebijakan redenominasi rupiah. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1-8 Maret 2014 di Pajus Jalan Jamin Ginting, Pasar Sukaramai, Jalan Dr. Mansyur, dan Jalan Palangkaraya dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Responden adalah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dimana diantara mereka mempunyai berbagai macam usaha seperti usaha kuliner, toko komputer, toko pakaian, toko kacamata, kedai kelontong, grosir cendramata dan lain-lain. Responden adalah pelaku usaha yang pernah mendengar atau mengetahui tentang redenominasi melalui berbagai media.

Hasil penelitian ini dibagi dua bagian yaitu hasil mengenai karakteristik responden dan hasil mengenai analisis persepsi pelaku UMKM di Kota Medan terhadap kebijakan redenominasi rupiah yang diidentifikasi melalui kuisioner. 4.1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, mayoritas usia pelaku usaha pada rentang >50 tahun yaitu 24 orang (24%) diikuti rentang 40-44 tahun sebanyak 22 orang (22%), rentang 45-49 tahun sebanyak 17 orang (17%), rentang 30-34 tahun sebanyak 11 orang (11%), rentang 20-24 tahun sebanyak 10 orang (10%), rentang 25-29 tahun sebanyak 9 orang (9%), rentang 35-39 tahun sebanyak 7 orang (7%), dan yang terakhir adalah rentang 15-19 tahun sebanyak 0 orang (0%). Sebagian besar responden adalah laki-laki sebanyak 59 orang (59%) lebih banyak dari perempuan


(45)

yaitu 41 orang (41%). Agama yang dianut responden yaitu Islam sebanyak 52 orang (52%), Protestan sebanyak 19 orang (19%), Katolik sebanyak 18 orang (18%), Budha sebanyak 7 orang (7%), dan Hindu sebanyak 4 orang (4%). Latar belakang pendidikan responden yang paling banyak adalah tamat SMA sebanyak 43 orang (43%), diikuti tamat Perguruan Tinggi sebanyak 29 orang (29%), tamat SMP sebanyak 25 orang (25%), dan tamat SD sebanyak 3 orang (3%).

Berikut ini merupakan distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (tabel 4.1).

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan, 2014

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Umur

15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40-44 tahun 45-49 tahun >50 tahun 0 10 9 11 7 22 17 24 0 10 9 11 7 22 17 24 2 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 59 41 59 41 3 Agama

Islam Protestan Katolik Hindu Budha 52 19 18 4 7 52 19 18 4 7 4 Pendidikan

SD SMP SMA 3 25 43 3 25 43


(46)

Berikut ini adalah diagram karakteristik responden yang tersaji dalam gambar 4.1, gambar 4.2, gambar 4.3, dan gambar 4.4.

Gambar 4.1

Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan 2014 berdasarkan umur

Gambar 4.2

Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan 2014 berdasarkan jenis kelamin


(47)

Gambar 4.3

Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan 2014 berdasarkan agama

Gambar 4.4

Persentase Karakteristik Pelaku UMKM di Kota Medan 2014 berdasarkan tingkat pendidikan


(48)

Untuk memperluas analisis distribusi diatas, berikut disajikan tabulasi silang antara umur dan latar belakang pendidikan pelaku UMKM sehingga variabel tersebut saling berhubungan.

Hubungan antara umur dan tingkat pendidikan pelaku UMKM di Kota Medan pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hubungan antara Umur dan Tingkat Pendidikan Pelaku UMKM di Kota Medan, 2014 (dalam orang dan persen)

No Umur

Pendidikan

Jumlah Persentase SD SMP SMA Perguruan

Tinggi

1 15 - 19 0 0 0 0 0 0%

2 20 - 24 0 0 5 5 10 10%

3 25 - 29 0 0 6 3 9 9%

4 30 - 34 0 0 9 2 11 11%

5 35 - 39 0 0 4 3 7 7%

6 40 - 44 0 5 7 10 22 22%

7 45 - 49 0 9 5 3 17 17%

8 > 50 3 11 7 3 24 24%

Jumlah 3 25 43 29 100 100%

Berikut adalah grafik hubungan antara umur dan tingkat pendidikan pelaku UMKM di Kota Medan tahun 2014 yang tersaji dalam Gambar 4.5.


(49)

Gambar 4.5

Hubungan antara Umur dan Tingkat Pendidikan Pelaku UMKM di Kota Medan, 2014 (dalam orang)

Berdasarkan tingkat pendidikan dan rentang umur dari tabel diatas, pelaku usaha adalah :

1. Tamat SD sebanyak 3 orang yakni pada rentang >50 tahun.

2. Tamat SMP sebanyak 25 orang yakni pada rentang >50 tahun sebanyak 11 orang, rentang 45-49 tahun sebanyak 9 orang, dan rentang 40-44 tahun sebanyak 5 orang.

3. Tamat SMA sebanyak 43 orang yakni pada rentang 30–34 tahun sebanyak 9 orang, rentang 40–44 tahun sebanyak 7 orang, >50 tahun sebanyak 7 orang, rentang 25-29 tahun sebanyak 6 orang, rentang 20-24 tahun sebanyak 5 orang, rentang 45-49 tahun sebanyak 5 orang, dan rentang 35-39 tahun sebanyak 4 orang.


(50)

4. Tamat Perguruan Tinggi sebanyak 29 orang yaitu pada rentang 40-44 tahun sebanyak 10 orang, rentang 20-24 tahun sebanyak 5 orang, rentang 25-29 tahun sebanyak 3 orang, rentang 35-39 tahun sebanyak 3 orang, rentang 45-49 tahun sebanyak 3 orang, rentang >50 tahun sebanyak 3 orang, dan rentang 30-34 tahun sebanyak 2 orang.

Berdasarkan rentang usia dan latar belakang pendidikan dari keseluruhan responden (n=100), rentang 20-24 tahun sebanyak 10 orang (10%), rentang 25-29 tahun sebanyak 9 orang (9%), rentang 30-34 tahun sebanyak 11 orang (11%), rentang 35-39 tahun sebanyak 7 orang (7%), rentang 40-44 tahun sebanyak 22 orang (22%), rentang 45-49 tahun sebanyak 17 orang (17%), dan rentang >50 tahun sebanyak 24 orang (24%).

4.2. Pengetahuan Pelaku UMKM Terhadap Redenominasi Rupiah

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 49 pelaku UMKM (49%) menyatakan setuju bahwa redenominasi mata uang rupiah adalah proses menyederhanakan penyebutan/ penulisan denominasi (pecahan) rupiah dengan cara menghilangkan sejumlah angka nol tanpa mengurangi daya beli atau nilai mata uang. Terdapat 8 pelaku UMKM (8%) menyatakan sangat setuju, 17 pelaku UMKM (17%) menyatakan netral, 19 pelaku UMKM (19%) menyatakan tidak setuju dan 7 pelaku UMKM (7%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang memilih tidak setuju dan memilih sangat tidak setuju dikarenakan kurangnya pemahaman tentang pengertian redenominasi.


(51)

Sebanyak 38 responden (38%) menyatakan setuju bahwa kebutuhan mata uang berdenominasi lebih besar akan meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin tumbuh dan berkembang. Terdapat 1 pelaku UMKM (1%) menyatakan sangat setuju, dan 23 pelaku UMKM (23%) menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Terdapat 51 pelaku UMKM (51%) menyatakan setuju bahwa redenominasi dilatarbelakangi oleh inefisiensi dalam perekonomian, ketidaknyamanan dalam menggunakan uang rupiah, serta kendala teknis dalam transaksi pembayaran non-tunai dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Responden lainnya, terdapat 4 pelaku UMKM (4%) menyatakan sangat setuju, 10 pelaku UMKM (10%) menyatakan tidak setuju, dan 1 pelaku UMKM (1%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang dimaksud. Pelaku UMKM yang setuju menyatakan bahwa inefisiensi terjadi karena terlalu banyaknya angka nominal dalam uang rupiah sehingga proses penghitungan dalam jual beli tidak sederhana. Pelaku UMKM yang tidak sependapat terhadap pernyataan tersebut karena keberadaan teknologi dalam proses jual beli akan membantu transaksi pembayaran dalam jual beli.

Sebanyak 59 pelaku UMKM (59%) menyatakan setuju bahwa redenominasi akan mengefisienkan pada sistem pembayaran seperti harga-harga yang tercantum lebih sederhana, proses pencatatan, penyimpanan, pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan keuangan/ statistik lebih pendek dan cepat. Responden lainnya, 11 pelaku UMKM (11%) menyatakan sangat setuju, 7 pelaku


(52)

sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang dimaksud. Responden yang menyetujui pernyataan tersebut berpendapat karena redenominasi akan membuat transaksi perdagangan akan lebih cepat karena dengan sederhananya angka rupiah, maka proses penghitungan akan lebih cepat.

Sebanyak 67 pelaku UMKM (67%) menyatakan bahwa redenominasi mengurangi hambatan/ kendala teknis berupa resiko kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau kegiatan statistik lainnya. Responden lainnya, 15 pelaku UMKM (15%) menyatakan sangat setuju, 15 pelaku UMKM (15%) menyatakan netral, 2 pelaku UMKM (2%) menyatakan tidak setuju, dan 1 pelaku UMKM (1%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Sedikitnya jumlah persentase pelaku usaha yang tidak menyetujui pada pernyataan ini yaitu (3%) mengindikasikan bahwa pelaku UMKM memahami bahwa resiko kesalahan dalam pembukuan transaksi semakin kecil karena nominal rupiah yang digunakan lebih sederhana.

Sebanyak 45 pelaku UMKM (45%) menyatakan setuju bahwa kebijakan redenominasi rupiah mendukung kesetaraan ekonomi dengan kawasan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Responden lainnya, 5 pelaku UMKM (5%) menyatakan sangat setuju, 30 pelaku UMKM (30%) menyatakan netral, 16 pelaku UMKM (16%) menyatakan tidak setuju, dan 4 pelaku UMKM (4%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang dimaksud. Responden yang mengetahui bahwa redenominasi mendukung kesetaraan ekonomi di Asia Tenggara adalah dari berbagai media masa, sedangkan responden yang netral dan


(53)

yang tidak menyetujui pernyataan diatas karena pelaku UMKM tidak pernah mendengar informasi yang dimaksud.

Sebanyak 50 pelaku UMKM (50%) menyatakan setuju bahwa kunci keberhasilan redenominasi stabilitas makro ekonomi, dukungan yang penuh dari seluruh lapisan masyarakat dan tersedianya landasan hukum yang cukup kuat yang mengatur redenominasi. Responden lainnya, 10 pelaku UMKM (10%) menyatakan sangat setuju, 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan netral, 21 pelaku UMKM (21%) menyatakan tidak setuju, dan 4 pelaku UMKM (4%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Sebanyak 51 pelaku UMKM (51%) menyatakan setuju bahwa pada masa transisi harga-harga akan dinyatakan dalam dua pecahan mata uang rupiah lama dan rupiah baru dan setiap orang dapat menentukan akan membayar dalam uang rupiah lama atau rupiah baru. Responden lainnya, 5 pelaku UMKM (5%) menyatakan sangat setuju, 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan netral, 21 pelaku UMKM (21%) menyatakan tidak setuju, dan 9 pelaku UMKM (9%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Sebanyak 43 pelaku UMKM (43%) menyatakan setuju bahwa secara garis besar, pengalaman beberapa negara yang telah melaksanakan redenominasi menempuh beberapa tahapan yang dibagi dalam 4 (empat) tahapanbesar, yaitu: tahap penyiapan, tahap pemantapan, tahap transisi, dan tahap phasing out. Responden lainnya, 4 pelaku UMKM (4%) menyatakan sangat setuju, 41 pelaku UMKM (41%) menyatakan netral, dan 12 pelaku UMKM (12%) menyatakan


(54)

Sebanyak 50 pelaku UMKM (50%) menyatakan setuju bahwa Pada tahap phasing out penarikan uang lama dan pernyataan tidak berlakunya uang lama serta penggunaan uang baru sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Responden lainnya, 5 pelaku UMKM (5%) menyatakan sangat setuju, 33 pelaku UMKM (33%) menyatakan netral, 11 pelaku UMKM (11%) menyatakan tidak setuju, dan 1 pelaku UMKM (1%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Berikut ini adalah distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pelaku UMKM terhadap redenominasi rupiah di Kota Medan yang tersaji pada Tabel 4.3.


(55)

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pelaku UMKM Terhadap Redenominasi Rupiah di Kota Medan 2014

(n=100)

No

. Pernyataan

Kategori Penilaian

SS S N TS STS

f % f % f % f % f % 1. Redenominasi mata uang

Rupiah adalah proses menyederhanakan penyebutan/ penulisan denominasi (pecahan) Rupiah dengan cara menghilangkan sejumlah angka nol tanpa

mengurangi daya beli atau nilai mata uang tersebut.

8 8 49 49 17 17 19 19 7 7

2. Kebutuhan mata uang berdenominasi lebih besar akan meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin tumbuh dan berkembang.

1 1 38 38 38 38 23 23 0 0

3. Redenominasi dilatarbelakangi oleh inefisiensi dalam perekonomian,

ketidaknyamanan dalam menggunakan uang Rupiah, serta kendala teknis dalam transaksi pembayaran non-tunai dan kegiatan ekonomi pada umumnya.

4 4 51 51 34 34 10 10 1 1

4. Redenominasi akan mengefisienkan pada sistem pembayaran seperti harga-harga yang tercantum lebih

sederhana, proses

pencatatan, penyimpanan,


(56)

statistik lebih pendek dan cepat

5. Redenominasi

mengurangi hambatan/ kendala teknis berupa resiko kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau kegiatan statistik lainnya.

15 15 67 67 15 15 2 2 1 1

6. Kebijakan redenominasi Rupiah mendukung kesetaraan ekonomi dengan kawasan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

5 5 45 45 30 30 16 16 4 4

7. Kunci keberhasilan redenominasi stabilitas makro ekonomi, dukungan yang penuh dari seluruh lapisan masyarakat dan tersedianya landasan hukum yang cukup kuat yang mengatur

redenominasi.

10 10 50 50 26 26 10 10 4 4

8. Pada masa transisi harga-harga akan dinyatakan dalam dua pecahan mata uang Rupiah lama dan Rupiah baru dan setiap orang dapat menentukan akan membayar dalam uang Rupiah lama atau Rupiah baru.

5 5 51 51 14 14 21 21 9 9

9. Secara garis besar, pengalaman beberapa negara yang telah melaksanakan

redenominasi menempuh beberapa tahapan yang dibagi dalam 4 (empat) tahapanbesar, yaitu: tahap penyiapan, tahap

pemantapan, tahap transisi, dan tahap

4 4 43 43 41 41 12 12 0 0 Lanjutan Tabel 4.3 …


(57)

phasing out

10. Pada tahap phasing out penarikan uang lama dan pernyataan tidak

berlakunya uang lama serta penggunaan uang baru sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah.

5 5 50 50 33 33 11 11 1 1

4.3. Persepsi Pelaku UMKM Terhadap Redenominasi Rupiah

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 70 pelaku UMKM (70%) menyatakan setuju bahwa redenominasi tidak sama dengan sanering. Responden setuju karena mereka memahami perbedaan antara redenominasi dengan sanering. Responden lainnya, 19 pelaku UMKM (19%) menyatakan tidak setuju dan 11 pelaku UMKM (11%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa redenominasi adalah sama dengan sanering dimana pemotongan angka nol akan menurunkan nilai uang rupiah.

Sebanyak 88 pelaku UMKM (88%) menyatakan setuju bahwa tujuan redenominasi adalah sebagai efisiensi penghitungan dalam sistem pembayaran. Responden lainnya, 7 pelaku UMKM (7%) menyatakan tidak setuju dan 5 pelaku UMKM (5%) menyatakan kurang setuju. Pelaku UMKM setuju karena redenominasi akan membuat jual beli menjadi mudah karena angka nominal rupiah lebih sederhana. Sedangkan pelaku UMKM yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa redenominasi akan membuat sistem Lanjutan Tabel 4.3 …


(58)

Sebanyak 75 pelaku UMKM (75%) menyatakan setuju bahwa sukses redenominasi hanya bisa dilakukan pada saat inflasi dan ekspektasi inflasi stabil dan rendah. Responden lainnya, 8 pelaku UMKM (8%) menyatakan tidak setuju dan 17 pelaku UMKM (17%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan diatas. Responden yang tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa dengan angka nominal rupiah yang sederhana membuat masyarakat berpotensi semakin konsumtif sehingga Jumlah Uang Beredar meningkat dan berdampak pada meningkatnya laju inflasi.

Sebanyak 75 pelaku UMKM (75%) menyatakan setuju bahwa tidak ada kerugian dalam redenominasi karena daya beli tetap sama. Responden lainnya, 12 pelaku UMKM (12%) menyatakan tidak setuju dan 13 pelaku UMKM (13%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa redenominasi akan membuat daya beli masyarakat menurun atau meningkat. Hal ini dikarenakan dengan adanya redenominasi membuat produsen akan menaikan harga produksinya sehingga daya beli masyarakat menurun. Daya beli masyarakat bisa pula meningkat karena dengan harga yang rendah membuat masyarakat menjadi konsumtif. Peningkatan daya beli masyarakat akan meningkatan Jumlah Uang Beredar sehingga berdampak pada meningkatnya laju inflasi dan harga barang-barang pokok bisa meningkat.

Sebanyak 66 pelaku UMKM (66%) menyatakan setuju bahwa nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan. Responden lainnya, 19 pelaku UMKM


(59)

(19%) menyatakan tidak setuju dan 15 pelaku UMKM (15%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang tidak setuju dan yang kurang setuju berpendapat bahwa nilai uang terhadap barang bisa berubah pada redenominasi karena akan terjadi pergeseran harga barang pasca redenominasi.

Sebanyak 61 pelaku UMKM (61%) menyatakan setuju bahwa pada masa transisi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak. Responden lainnya, 22 pelaku UMKM (22%) menyatakan tidak setuju dan 17 pelaku UMKM (17%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa masa transisi tetap akan menimbulkan gejolak karena kurangnya pemahaman dari masyarakat terhadap redenominasi.

Sebanyak 66 pelaku UMKM (66%) menyatakan setuju bahwa perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat sebelum kebijakan redenominasi dilaksanakan. Responden lainnya, 11 pelaku UMKM (11%) menyatakan tidak setuju dan 23 pelaku UMKM (23%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Menurut bendapat pelaku UMKM yang tidak setuju dan yang kurang setuju sosialisasi redenominasi lebih baik ditiadakan karena hanya akan membuang anggaran negara. Disamping itu mereka menilai bahwa redenominasi belum tepat dilaksanakan pemerintah pada saat ini.

Sebanyak 65 pelaku UMKM (65%) menyatakan setuju bahwa sosialisasi menggunakan berbagai media seperti koran, iklan di TV, spanduk, dll menunjang keberhasilan redenominasi. Responden lainnya, 12 pelaku UMKM (12%)


(60)

terhadap pernyataan tersebut. Responden yang tidak setuju dan yang kurang setuju berpendapat bahwa sosialisasi melalui media masa juga akan membuang biaya yang besar sehingga sebaiknya sosialisasi ditiadakan dan pemerintah harus menunda redenominasi.

Sebanyak 63 pelaku UMKM (63%) menyatakan setuju bahwa Bank Indonesia secara langsung mensosialisasikan redenominasi ke seluruh masyarakat baik di kota maupun di desa. Responden lainnya, 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan tidak setuju dan 23 pelaku UMKM (23%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju berpendapat bahwa sosialisasi yang dilakukan Bank Indonesia kepada masyarakat di kota maupun di desa seakan-akan Bank Indonesia memaksakan kehendak untuk melaksanakan kebijakan redenominasi.

Sebanyak 64 pelaku UMKM (64%) menyatakan setuju bahwa seminar tentang redenominasi dari Bank Indonesia adalah cara terbaik untuk mensosialisasikan redenominasi. Responden lainnya, 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan tidak setuju dan 21 pelaku UMKM (21%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Pelaku UMKM yang tidak setuju dan yang kurang setuju berpendapat bahwa segala sosialisasi tentang redenominasi tidak perlu dilakukan pada saat ini mengingat kondisi sosial, politik, dan perekonomian Indonesia tidak stabil.

Sebanyak 61 pelaku UMKM (61%) menyatakan setuju bahwa sosialisasi redenominasi tidak mutlak harus dilakukan oleh Bank Indonesia. Peran pemerintah dan akademisi juga harus berperan dalam mensosialisasikan kebijakan


(61)

tersebut. Responden lainnya, 16 pelaku UMKM (16%) menyatakan tidak setuju dan 22 pelaku UMKM (22%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut.

Sebanyak 63 pelaku UMKM (63%) menyatakan setuju bahwa sampai pada saat ini, banyak masyarakat khususnya pelaku UMKM di Kota Medan belum mengetahui redenominasi. Responden lainnya, 12 pelaku UMKM (12%) menyatakan tidak setuju dan 25 pelaku UMKM (25%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang kurang setuju dan yang tidak setuju berpendapat bahwa pelaku UMKM yang berpendidikan tinggi pasti mengetahui redenominasi.

Sebanyak 62 pelaku UMKM (62%) menyatakan setuju bahwa sosialisasi redenominasi masih sangat sedikit dilakukan. Reponden lainnya, 13 pelaku UMKM (13%) menyatakan tidak setuju dan 25 pelaku UMKM (25%) menyatakan kurang setuju. Responden yang menyatakan setuju bahwa sosialisasi redenominasi masih sedikit dilakukan beralasan karena masih belum stabilnya kondisi perekonomian di Indonesia sehingga sosialisasi masih sedikit.

Sebanyak 81 pelaku UMKM (81%) menyatakan setuju bahwa rencana redenominasi rupiah memakan biaya yang sangat tinggi. Setidaknya, perbankan harus berinvestasi lagi di bidang teknologi informasi (TI). Responden lainnya, 2 pelaku UMKM (2%) menyatakan tidak setuju dan 17 pelaku UMKM (17%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan setuju bahwa redenominasi rupiah memakan biaya yang tinggi.


(62)

Namun biaya tinggi tersebut akan mendukung kesuksesan terwujudnya redenominasi mata uang rupiah.

Sebanyak 16 pelaku UMKM (16%) menyatakan setuju bahwa redenominasi hanya akan memicu kenaikan inflasi. Responden lainnya, 51 pelaku UMKM (51%) menyatakan tidak setuju dan 33 pelaku UMKM (33%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersbut. Responden yang menyatakan tidak setuju dan yang kurang setuju karena redenominasi akan memicu kenaikan inflasi berpendapat bahwa redenominasi tidak akan mempengaruhi kenaikan inflasi apabila masyarakat tidak konsumtif dan Bank Indonesia mampu menjaga kestabilan Jumlah Uang Beredar.

Sebanyak 84 pelaku UMKM (84%) menyatakan setuju bahwa redenominasi tidak bisa dilakukan dalam kurun waktu yang singkat. Perlu jangka waktu yang panjang dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Responden lainnya, 2 pelaku UMKM (2%) menyatakan tidak setuju dan 14 pelaku UMKM (14%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan setuju bahwa redenominasi tidak bisa dilakukan dalam kurun waktu yang singkat karena diperlukan sosialisasi kepada masyarakat dan tahap penarikan uang rupiah lama ke uang rupiah yang baru.

Sebanyak 66 pelaku UMKM (66%) menyatakan setuju bahwa kontra terhadap redenominasi terjadi karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang miskin. Responden lainnya, 10 pelaku UMKM (10%) menyatakan tidak setuju dan 24 pelaku UMKM (24%) menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Responden yang menyatakan setuju bahwa kontra


(1)

76 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 77 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 78 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 79 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 80 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 81 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 82 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 83 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 84 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 85 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 86 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 87 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 88 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 89 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 90 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 91 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 92 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 93 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 94 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 95 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 96 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 97 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 98 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 99 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 100 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1


(2)

No

TS KS S TS KS S TS KS S TS KS S TS KS S TS KS S TS KS S TS KS S TS KS S TS KS S

1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 2 17 1% 1% 2% 2 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 2 8 0% 1% 1% 3 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 2 1 6 1% 1% 1% 4 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 5 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 8 1% 1% 1% 6 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 5 3 2 4% 2% 0% 7 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 1 5 3% 1% 1% 8 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3 7 0% 2% 1% 9 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4 6 0% 2% 1% 10 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 11 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 9 0% 1% 1% 12 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3 7 0% 2% 1% 13 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 6 0 4 4% 0% 1% 14 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 5 1 4 4% 1% 1% 15 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 1 7 1% 1% 1% 16 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 3 5 1% 2% 1% 17 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 6 3 1% 4% 0% 18 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 9 1% 0% 1% 19 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 2 1 7 1% 1% 1% 20 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 2 7 1% 1% 1% 21 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 8 1% 1% 1% 22 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 4 5 1% 2% 1% 23 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 8 1% 1% 1% 24 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1%


(3)

26 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 8 1% 1% 1% 27 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 2 1 7 1% 1% 1% 28 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 5 0 5 4% 0% 1% 29 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 5 4 1% 3% 1% 30 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 6 4 0% 4% 1% 31 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 2 4 4 1% 2% 1% 32 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 33 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 9 1% 0% 1% 34 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 9 1% 0% 1% 35 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 8 1% 1% 1% 36 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 8 1% 1% 1% 37 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 38 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 2 7 1% 1% 1% 39 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 2 0 8 1% 0% 1% 40 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 2 1 7 1% 1% 1% 41 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 42 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4 2 4 3% 1% 1% 43 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 7 3 0% 4% 0% 44 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 3 4 3 2% 2% 0% 45 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 0 8 1% 0% 1% 46 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 47 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 4 6 0% 2% 1% 48 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 9 0% 1% 1% 49 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 50 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1%


(4)

52 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 6 3 1% 4% 0% 53 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 6 1 3 4% 1% 0% 54 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 2 7 1% 1% 1% 55 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 9 0% 1% 1% 56 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 8 1% 1% 1% 57 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 9 1% 0% 1% 58 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 9 1% 0% 1% 59 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 9 0% 1% 1% 60 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 2 7 1% 1% 1% 61 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 3 6 1% 2% 1% 62 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 8 1% 1% 1% 63 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 2 5 3 1% 3% 0% 64 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 4 5 1% 2% 1% 65 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5 5 0% 3% 1% 66 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 6 0 4 4% 0% 1% 67 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 0 8 1% 0% 1% 68 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 8 1% 1% 1% 69 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 0 8 1% 0% 1% 70 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 9 1% 0% 1% 71 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 5 5 0% 3% 1% 72 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 6 3 1% 4% 0% 73 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 10 0% 0% 1% 74 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 8 1% 1% 1% 75 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 0 8 1% 0% 1%


(5)

76 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 77 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 1 5 3% 1% 1% 78 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 0 6 3% 0% 1% 79 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 3 5 2 2% 3% 0% 80 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 2 5 3 1% 3% 0% 81 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 5 2 3 4% 1% 0% 82 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 0 8 1% 0% 1% 83 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 9 0% 1% 1% 84 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 85 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 86 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 7 2 1% 4% 0% 87 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4 6 0% 2% 1% 88 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 5 0 5 4% 0% 1% 89 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 9 1% 0% 1% 90 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 4 5 1% 2% 1% 91 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 2 0 8 1% 0% 1% 92 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 4 1% 3% 1% 93 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 2 2 6 1% 1% 1% 94 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 9 0% 1% 1% 95 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 0 8 1% 0% 1% 96 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 9 1% 0% 1% 97 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 0 6 3% 0% 1% 98 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 10 0% 0% 1% 99 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1% 100 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0% 0% 1%


(6)