rupiah tanpa mengurangi nilai rupiah itu sendiri. Namun demikian, rencana redenominasi ini harus melalui pengkajian yang matang dan dilakukan dengan
hati-hati. Penyiapan infrastruktur berupa penyediaan mata uang dalam pecahan kecil sangat diperlukan untuk meredam terjadinya lonjakan inflasi akibat
pembulatan-pembulatan pecahan kecil rupiah. Tentunya sosialisasi yang menjangkau seluruh kalangan masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan
serta daerah terpencil dan perbatasan Indonesia harus dilakukan untuk memberikan pemahaman redenominasi yang jelas agar tidak menimbulkan
keraguan dan keresahan Alhusain, 2012:15-16.
2.6 Penelitian Terdahulu
Menurut Budilaksono 2013, terdapat banyak alasan mengapa sebuah negara melakukan redenominasi mata uang mereka, mulai dari tujuan kredibilitas
serta identitas terhadap politik dalam negeri dan internasional. Tekanan inflasi, efek psikologis, pengendalian terhadap mata uang dan kondisi politik dalam
negeri juga merupakan alasan utama terjadinya redenominasi. Negara yang melakukan redenominasi dimana reformasi ekonominya tidak berjalan efektif atau
kebijakannya tidak stabil, maka redenominasi tidak akan menyingkirkan seluruh masalah ekonomi negara tersebut. Redenominasi dapat meningkatkan penanaman
modal di suatu negara. Investor asing akan menaruh kepercayaan terhadap iklim investasi dalam negeri dan akan lebih berani untuk menaruh uangnya di pasar
modal dengan asumsi rendahnya tingkat inflasi dan adanya peningkatan kinerja dibidang kebijakan makro ekonomi. Di bidang akuntansi, redenominasi akan
mempersingkat waktu dalam menginput data keuangan dan mereviewnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kesumajaya 2011, redenominasi dapat menirnbulkan dampak postif rnaupun negatif. Darnpak positif dari redenominasi dapat terlihat
dari frekuensi pencetakan uang menjadi lebih jarang karena uang logam lebih tahan lama. Selain hal tersebut, redenominasi dapat mengatasi masalah inefisiensi waktu
dan biaya transaksi dan salah hitung karena jumlah nol yang terlaiu banyak. Redenominasi juga akan menyederhanakan penulisan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing sehingga rupiah terlihat merniliki kekuatan karena nilainya mendekati nilai Dollar Amerika Serikat.
Dampak negatif dari redenominasi terlihat dari bertambah besamya biaya operasional perusahaan karena harus mengganti sistem pembukuan, pencetakan,
dan sistem teknologi inforrnasi. Bank Indonesia juga akan mengeluarkan biaya yang besar untuk mencetak uang baru hasil redenomiasi. Selain itu tirnbulnya
dampak sosial berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap rupiah. Bahkan redenominasi dapat menjadi bumerang karena masyarakat akan membeli
Dollar Amerika Serikat karena mereka mengira redenominasi sama dengan sanering jika tidak dilakukan sosialisasi dengan baik.
Menurut Mahardika, Susianto, dan Narhetali 2013, sebagai konsumen, masyarakat setuju dengan redenominasi rupiah, namun menurut mereka kebijakan
ini tidak akan mengubah citra rupiah. Persepsi terhadap murah-mahal, kekayaan dan potongan harga tidak berubah pasca redenominasi. Selain dari pada itu,
ditemukan indikasi bahwa konsumen cenderung mengabaikan akurasi konversi harga dari rupiah lama ke rupiah baru untuk produk kebutuhan sehari-hari yang
Universitas Sumatera Utara
berharga murah seperti misalnya sabun deterjen. Hal ini tidak ditemui pada barang- barang yang berharga mahal seperti sepeda motor.
Sedangkan menurut Alhusain 2012, redenominasi merupakan kebijakan strategis untuk menyederhanakan rupiah dalam pengadministrasian dan salah satu
upaya menyetarakan harga rupiah dengan mata uang asing. Upaya penyederhanaan
rupiah harus
dilakukan secara
matang dengan
mempertimbangkan stabilitas ekonomi, sehingga tidak merugikan masyarakat. Pemerintah harus mempersiapkan infrastruktur redenominasi rupiah dan
melakukan sosialisasi kepada seluruh mansyarakat. DPR perlu dengan seksama mencermati apa yang telah dirumuskan dan diusulkan pemerintah dalam RUU
Perubahan Harga Rupiah. Sosialisasi kebijakan ini hendaknya tidak hanya dilakukan pemerintah saja, namun DPR mendampinginya, untuk mengetahui
secara pasti respon masyarakat akan kebijakan ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan pelaku UMKM di Kota Medan terhadap rencana redonominasi, menganalisis bagaimana
sosialisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap redenominasi, dan menganalisis pengaruh sosialisasi dan pengetahuan pelaku UMKM terhadap
Redenominasi.
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UMKM di Kota Medan yang berjumlah 242.890. Sampel adalah sebagian
himpunan bagian dari unit populasi yang mewakili seluruh objek penelitian.
Dalam menentukan sampel menggunakan metode pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling yaitu proses pemilihan beberapa objek atau unsur dalam
populasi untuk digunakan sebagai sampel yang akan diteliti sifat-sifatnya. Sampel yang diambil merupakan bagian dari populasi dan harus dapat mewakili
populasinya sehingga dapat menggambarkan karakteristik atau sifat-sifat populasi yang bersangkutan Suparmoko, 1999:33. Dimana dalam menentukan ukuran
sampel minimum, penulis menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut : n =
Dimana : n = ukuran sampel
N = ukuran populasi e = nilai kritis batas kesalahan yang diinginkan
N 1 + Ne
2
Universitas Sumatera Utara