Identifikasi jenis tikus dan studi perilaku tikus pada areal persawahan Pembuatan Zat Atractan Tikus Rancang bangun alat perangkap bubu tikus

BAB IV. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada skala laboratorium dan skala lapangan. Beberapa Laboratorium yang terlibat dalam penelitian ini adalah : Lab. Vertebrata Hama Jurusam Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan, Fak. Pertanian UNPAD; Lab. Alat mesin dan Tenaga Pertanian, Fakultas Teknik Industri dan Alat Mesin Pertanian UNPAD. Lab. Produksi Ternak Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan UNPAD. Lab. Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan UNPAD. Serta pada lahan persawahan milik petani di Sumedang., Tasik dan Banjaran. Kegiatan penelitian meliputi limat kajian pokok yaitu : Identifikasi jenis tikus dan studi perilakunya, Pembuatan atractan bagi tikus, Pembuatan rancang bangun perangkap bubu tikus, Pemanfaatan tubuh tikus sebagai bahan yang memiliki arti ekonomi dan penerapannya di lapangan.

4.1. Identifikasi jenis tikus dan studi perilaku tikus pada areal persawahan

Penelitian diawali dengan penentuan daerah endemik tikus pada areal persawahan di beberapa lokasi di wilayah Sumedang, Tasik dan Banjaran.. Pada lokasi terpilih diadakan penangkapan tikus dengan menggunakan perangkap life trap untuk mengetahui jenis tikus yang dominan pada areal persawahan tersebut. Identifikasi jenis tikus dilakukan secara sederhana dengan menggunakan metode karakter morfologi dan non morfologi. Baik spesies tikus yang dominan maupun yang tidak, dilakukan studi perilaku tikus terutama : daya loncat horizontal dan vertikal, kelincahan, daya cengkram, daya ingat, kemampuan memanjat pada bidang datar dengan kemiringan tertentu, dll. Identifikasi jenis tikus dan kajian perilaku tikus dilakukan sebagai penelitian penunjang untuk keberhasilan alat perangkap bubu model baru yang telah dibuat.

4.2. Pembuatan Zat Atractan Tikus

Zat atractan tikus adalah suatu zat yang mempunyai aroma tertentu yang sangat disukai oleh tikus, sehingga mengundang datangnya tikus ke tempat tertentu. Untuk memperoleh zat atractan tersebut, pertama-tama dilakukan analisa 11 lambung tikus dari sejumlah tikus secara random untuk menentukan jenis makanan yang disukai oleh tikus. Jenis makanan yang teridentifikasi dikelompok- kelompokkan antara jenis makanan yang dapat menimbulkan aroma dan tidak. Jenis makanan yang menimbulkan aroma tertentu diuji preferensinya terhadap tikus di laporatorium dengan menggunakan rancangan acak kelompok dan diuji secara statistik. Jenis makanan yang menimbulkan aroma tertentu sebagai zat atractan tikus dapat digunakan sebagai umpan untuk menarik tikus datang ke perangkap bubu tikus.

4.3. Rancang bangun alat perangkap bubu tikus

Pada penelitian ini telah dirancang suatu model alat perangkap bubu tikus yang lebih canggih dari yang pernah ada. Perangkap bubu ini memanfaatkan sistem grafitasi bumi dengan per harus automatis tanpa penggunaan listrik. Penelitian pendahuluan menggunakan metode analisis survey deskriptif dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan alat perangkap tikus dan kemungkinan model alat yang dapat dikembangkan. Dalam kegiatan ini juga mencangkup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan alat perangkap hewan vertebrata yang sudah pernah dikembangkan. Pada gilirannya desain yang ada tersebut turut pula dianalisis tingkat keberhasilannya dan tingkat efisiensi biaya penggunaannya. Analisis didasarkan atas : a. Faktor penentu pemilihan alternatif alat yang diperlukan pemakai secara umum. b. Peningkatan fungsi kegunaan alat dan struktur desain perangkap tikus yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai fungsi yang tinggi dengan biaya pembuatan yang serendah mungkin. Tahap selanjutnya adalah membuat dan menganalisis alat perangkap tikus dengan skala pilot plan yang efektif, praktis dan ergonomis dengan biaya pembuatan yang seefisien mungkin. Beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan dalam memilih dan mengembangkan desain model alat perangkap bubu tikus adalah sebagai berikut : Tahap informasi, yaitu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan produk yang dipilih dan dikembangkan atau yang dibuat. Tahap kreatif, yaitu tahap pengembangan alternatif desain yang dapat dibuat dan dikembangkan. Tahap Analisis, yaitu mengembangkan ide-ide kreatif untuk melihat kelebihan dan kekurangan disain yang ada yang dibuat. Dengan demikian pada tahapan ini dapat dibangkitkan serangkaian alternatif disain yang mungkin diwujudkan. Tahap Pengembangan, yaitu memilih dan mengembangkan alternatif disain yang paling baik ditinjau dari beberapa faktor, seperti : teknis, ergonomi, lingkungan, sosial dan ekonomi serta berbagai faktor lainnya. Tahap Presentasi dan Rekomendasi, yaitu mengimplementasikan disain yang dihasilkan serta merekomendasikan penggunaannya dengan mengacu pada standarisasi pemakaian yang ada.

4.4. Pemanfaatan kulit tikus sebagai bahan yang mempunyai arti ekomomi