Pemekaran Kecamatan Kajian Pustaka

Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam Wahab,1997;3 bahwa kebijakan adalah a standing decision characterized by behavioural consistency and revetitiveness on the part of both those who work make it and who abide by it . Dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dikenal penggunaannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Karena itu sangat mudah dipahami kebijakan seringkali juga diberi makna sebagai tindakan politik. Makna kebijakan yang tadi dikemukakan akan makin jelas bila kita perhatikan pendapat seorang ilmuwan politik Carl J Friedrich dalam Wahab, 1973.yang menyatakan “Kebijakan ialah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan- hambatan tertentu seraya mencari peluang- peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang di inginkan”. Kemudian Anderson 1984:3 merumuskan kebijakan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi. Menurut Wahab 1997;3, konsep yang dikemukakan oleh Anderson secara tegas membedakan antara kebijakan policy dan keputusan decision, yang mengandung arti pemilihan diantara sejumlah alternatif yang tersedia. Sedangkan Amara Raksasataya dalam Islamy,1997;17” mengemukakan Kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu suatu kebijakan memuat 3 tiga elemen yaitu: 1 Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai; 2 Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan; 3 penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pengertian kebijakan adalah pedoman garis besar suatu aktivitas dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan, termasuk dalam hal kebijakan pamekaran kecamatan, yang harus merupakan kebijakan pemerintah dalam hal ini pemrintah daerah yang ditempuh dalam rangka efektivitas penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan serta keterjangkauan pelayanan publik.

2.4 Pemekaran Kecamatan

Pemekaran sebuah wilayah merupakan fenomena yang mengiringi penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. Sebagian besar daerah yang mengalami pemekaran berada di wilayah luar Pulau Jawa. Sejak awal reformasi hingga akhir Oktober 2008, pertambahan daerah otonom di Indonesia sudah mencapai 203 buah. Jumlah itu terdiri dari 7 provinsi, 163 kabupaten dan 33 kota. Bahkan dalam triwulan akhir tahun 2008, telah disetujui 12 daerah otonom baru. Sehingga, jumlah daerah otonom di Indonesia menjadi 522 buah, yang terdiri dari 33 provinsi, 297 kabupaten dan 92 kota. Begitu pula dengan pamekaran di level pemerintah kecamatan, seiring dengan munculnya daerah otonom baru terus terjadi dengan argumentasi keterjangkauan pelayanan; jumlah desa yang terlalu banyak; dan pemerataan pembangunan serta efekivitas penyelenggaraan pemerintah. Terkait dengan pemekaran kecamatan seiring dengan semangat otonomi daerah telah terbit Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang pemerintah kecamatan, dimana dijelaskan dalam regulsai tersebut bahwa : a. Pembentukan kecamatan adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai kecamatan di kabupatenkota. b. Penghapusan kecamatan adalah pencabutan status sebagai kecamatan di wilayah kabupatenkota. c. Penggabungan kecamatan adalah penyatuan kecamatan yang dihapus kepada kecamatan lain. d. CAMAT atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari BupariWalikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Pembentukan kecamatan menurut Peraturan pemerintah ini dapat berupa: Pemekaran satu kecamatan menjadi dua kecamatan atau lebih; danatau penyatuan wilayah desa danatau kelurahan dari beberapa kecamatan. Pasal 2 ayat 2. Dengan demikian pamekaran kecamatan merupakan bagian dari pengertian pembentukan kecamatan karena dari satu kecamatan dapat membentuk satu atau lebih kecamatan baru. Namun demikian untuk membentuk kecamatan baru atau pamekaran kecamatan tersebut harus memenuhi beberapa syarat seperti dijelaskan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yaitu: a. Syarat Administratif 1. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 lima tahun; 2. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa danatau kelurahan yang akan dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 lima tahun; 3. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa BPD atau nama lain untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan. 4. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk Desa dan Keputusan Lurah atau nama lain untuk Kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan. 5. Rekomendasi Gubernur. Pasal 4. b. Syarat Fisik Kewilayahan 1. Cakupan wilayah sebuah kecamatan untuk daerah kabupaten paling sedikit terdiri atas 10 sepuluh desakelurahan dan untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5 lima desakelurahan. Pasal 6 ayat 1. 2. Lokasi calon ibukota memperhatikan aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya. Pasal 6 ayat 2. 3. Sarana dan prasarana pemerintahan meliputi bangunan dan lahan untuk kantor camat yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pasal 6 ayat 3. c. Syarat Teknis  jumlah penduduk;  luas wilayah;  rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan;  aktivitas perekonomian;  ketersediaan sarana dan prasarana. Pasal 7 ayat 1. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinilai berdasarkan hasil kajian yang dilakukan pemerintah kabupaten kota sesuai indikator sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PP ini. Pasal 7 ayat 2. Pemerintah kabupatenkota dapat membentuk kecamatan di wilayah yang mencakup satu atau lebih pulau, yang persyaratannya dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dengan pertimbangan untuk efektivitas pelayanan dan pemberdayaan masyarakat di pulau-pulau terpencil danatau terluar. Pasal 8 ayat 1. Pembentukan kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 HARUS terlebih dahulu mendapat persetujuan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah. Pasal 8 ayat 2. Pemerintah dapat menugaskan kepada pemerintah kabupatenkota tertentu melalui gubernur selaku wakil Pemerintah untuk membentuk kecamatan dengan mengecualikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Pasal 9 ayat 1. Pembentukan kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, atas pertimbangan kepentingan nasional dan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan. Pasal 9 ayat 2. Peraturan Daerah kabupatenkota tentang Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 paling sedikit memuat: a. nama kecamatan; b. nama ibukota kecamatan; c. batas wilayah kecamatan, dan d. nama desa danatau kelurahan. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisis Kelayakan Administratif Dalam pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan dinyatakan secara tegas bahwa syarat administratif pembentukan kecamatan meliputi: 1. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 lima tahun; 2. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa danatau kelurahan yang akan dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 lima tahun; 3. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa BPD atau nama lain untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamata baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan; 4. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan; 5. Rekomendasi Gubernur. Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat dikatakan bahwa Kecamatan Rancaekek telah memenuhi syarat administratif untuk dimekarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan, antara lain : 1. Usia penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan Rancaekek yang telah berjalan selama puluhan tahun, padahal syarat usia penyelenggaraan pemerintahan atas kecamatan yang akan dimekarkan adalah minimal 5 tahun. Kecamatan Rancaekek berdiri sejak tahun 1925, sehingga sampai dengan saat ini, usia penyelenggaraan pemerintahan mencapai kurang lebih 84 tahun. 2. Usia penyelenggaraan pemerintahan desa yang ada di Kecamatan Rancaekek telah berjalan selama puluhan tahun. 13 kecamatan yang ada di wilayah Kecamatan Rancaekek semuanya telah berada di atas 5 tahun usia penyelenggaraan pemerintahan. di wilayah kecamatan Rancaekek tidak semuanya berada di atas 5 tahun usia penyelenggaraan pemerintahan ada 1 desa yang masih berumur sangat muda. Berikut ini adalah daftar usia penyelenggaraan desa di wilayah kecamatan Rancaekek. NO DESA USIA DLM TAHUN 1 Rancaekek Wetan 84 2 Rancaekek Kulon 27 3 Tegal Sumedang 25 4 Sukamanah 32 5 Bojongloa 84 6 Jelegong 84 7 Linggar 21 8 Sukamulya 27 9 Cangkuang 2,5 10 Haurpugur 84 11 Bojong salam 65 12 Sangiang 25 13 Nanjung Mekar 25 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota BPD dan Kepala Desa di seluruh wilayah Kecamatan Rancaekek, menunjukkan bahwa semuanya telah menyetujui adanya rencana pemekaran kecamatan Rancaekek, dengan harapan pemekaran kecamatan Rancaekek akan dapat meningkatkan pelayanan masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat.

3.2 Analisis Kelayakan Fisik Kewilayahan