1.3 Sasaran dan Manfaat
Sasaran penelitian ini adalah terpetakannya potensi yang ada di wilayah Kecamatan Rancaekek
Kabupaten Bandung sehingga akan dapat diketahui kelayakan pemekaran wilayah baik di tinjau dari aspek
teknis, aspek administratif, dan aspek fisik kewilayahan.
Manfaat penelitian
ini adalah
dapat dipergunakan sebagai bahan bagi para pengambi
kebijakan di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam merumuskan kebijakan tentang pemekaran
wilayah di Kecamatan Rancaekek.
2. Kajian Pustaka
2.1 Otonomi Daerah
Sesuai dengan semangat pasal 18 UUD 1945, NKRI memiliki daerah-daerah otonom yang memiliki
kewenangan yang sangat luas untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri dengan melaksanakan asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Secara umum, otonomi diartikan sebagai kebebasan
untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukum
sendiri dan pemerintahan sendiri Wajong, 1975:5 dalam Darumurti, 2003:18. Daerah-daerah otonom
tersebut meliputi propinsi yang terdiri dari kabupaten dan kota. Selanjutnya pembentukan dan pelaksanaan
asas desentralisasi dalam kerangka otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah.
Asas desentralisasi diartikan secara sederhana sebagai peralihan wewenang dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah, seperti yang dikemukakan oleh Rondinelli bahwa the terms decentralization refers to
the transfer of authority and responsibility for public functions from the central government to subordinate
Rondinelli, 1999:1. Hal senada dikemukakan oleh Hoogerwerf sebagai berikut:
Desentralisasi adalah
pengakuan atau
penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih tinggi kepada badan-badan umum
yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri
mengambil
keputusan pengaturan
dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang
menjadi dari hal itu Sarundajang, 2000:46 dalam Darumurti, 2003:11.
Sedangkan desentralisasi dalam arti luas dapat
diartikan sebagai the transfer of planning, decision- making, or administrative authority from the central
government to
its filed
organizations, local
administrative units, semi-autonomous and parastatal organizations, local government, or nongovernmental
organizations’ Rondinelli dan Cheema dalam Darumurti, 2003:11.
Terbentuknya daerah-daerah otonom sangat penting bagi NKRI, seperti yang dikemukakan oleh
Prawirohardjo dan Pamudji sebagai berikut: 1.
to realize and implement the democratic philosophy;
2. to realize national freedom and to create a
sense of freedom to the regions; 3.
to train the region to achieve the maturity and be able to manage their own affairs and
interests effectively as soon as possible; 4.
to provide political schooling for the whole people;
5. to provide channels for regional aspiration
and participation; 6.
to make the government in general optimally efficient and effective
Lay 1999: 227 dalam Darumurti, 2003:14. Hal serupa juga dikemukakan oleh The Liang
Gie 1968:35 bahwa pembentukan daerah otonom yang berwenang mengatur dan mengurus urusannya sendiri
diperlukan dengan alasan-alasan berikut ini: 1
guna mencegah
penumpukan kekuasaan yang bisa membuka ruang bagi
terjadinya tirani;
2 sebagai
upaya pendemokrasian; 3 untuk memungkinkan
tercapainya pemerintahan yang efisien; 4 guna dapat
memberikan perhatian
terhadap kekhususan-kekhususan yang menyertai setiap
daerah; dan 5 agar Pemerintah daerah dapat lebih langsung membantu penyelenggaraan
pembangunan dalam Darumurti, 2003:15.
John Halligan dan Cris Aulich dalam Husein, 2000 juga mengemukakan dua model pemerintahan
daerah the local democracy sebagai salah satu model dari dua model pemerintahan disamping the structural
efficiency model. Model local democracy ini memiliki ciri sebagai berikut:
The local democracy model values local differences and system diversity because local
authority has both the capacity and the legitimacy for local choice and local voice. This
means that local authority can and will make choices that differ from those made by others.
Nugraha dalam Sobandi, 2005:158-159.
Selain alasan-alasan di atas, pemberian otonomi yang luas kepada Daerah juga merupakan salah satu
faktor penting dalam menjaga stabilitas politik, seperti yang telah dipraktikkan di beberapa negara. Stabilitas
politik dapat diciptakan, karena pemberian otonomi dapat mengakomodasi sharing of power, sharing of
revenue, empowering localities serta pengakuan dan
penghormatan terhadap identitas kedaerahan Lay dalam Karim dkk, 2003:17.
Secara umum, pemberian otonomi kepada Daerah dapat dilakukan dengan beberapa sistem.
Pertama, dengan sistem otonomi materiil, yaitu pembagian tugas wewenang dan tanggung jawab
secara eksplisit diperinci dengan tegas dalam undang- undang pembentukan daerah. Kedua, dengan sistem
otonomi formil, yaitu dengan pembagian tugas antara pusat Daerah dengan pertimbangan-pertimbangan yang
praktis dan rasional, seperti efisiensi penyelenggaraan tugas pelayanan publik. Kewenangan Daerah ditentukan
rumusan-rumusan umumnya saja dalam undang-undang pembentukan daerah dan pengaturan lebih lanjut
diserahkan kepada Daerah. Ketiga, dengan sistem otonomi riil atau nyata, yaitu penyerahan wewenang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang riil dari daerah maupun pemerintah pusat serta pertumbuhan
masyarakat yang terjadi, yaitu dengan mengabungkan sistem otonomi materiil dan formil. Daerah selain dapat
menjalankan urusan pangkal yang ditetapkan pada saat pembentukan daerah otonom, Daerah juga dapat
melaksanakan urusan pemerintahan yang menurut pertimbangan adalah penting bagi Daerah sepanjang
belum diatur atau diurus oleh Pemerintah Pusat atau daerah tingkat atas Darumurti, 2003: 20-23.
2.2
Pemekaran Daerah
Kebijakan pemekaran daerah adalah bentuk dari kebijakan publik yang mempunyai dampak yang luas
kepada masyarakat. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintahan adalah dengan cara memekarkan daerah Kabupaten Kota tentunya bagi setiap daerah yang
akan dimekarkan harus dapat memenuhi persyaratan untuk dimekarkan. Selain itu, tujuan dari pemekaran
daerah adalah upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan
masyarakat, serta
peningkatan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.
Sejalan dengan itu Ndraha 2000 :191, menyatakan bahwa “beban pemerintah menjadi lebih ringan, jika
unit kerja pemerintah yang terdekat dengan masyarakat berdaya.”
Dari adanya pemekaran daerah Kabupaten dan Kota diharapkan dapat membuka peluang-peluang baru
bagi upaya
pemberdayan masyarakat,
dan meningkatkan
intasitas pembangunan
guna mensejahterakan masyarakat. Disamping itu dengan
adanya pemekaran daerah maka tuntutanakan mutu dari pelayanan yang diberikan pemerintah makin meningkat.
Pemekaran daerah dalam arti pembentukan kabupaten dan kota hendaknya ditujukan untuk memacu
terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang akan membawa dampak pada peningkatan
pendapatan
dan kesjahteraan
masyarakat, memperpendek jalur birokrasi, memperpendek rentang
kendali juga memberikan kemungkinan terbukanya isolasi-isolasi daerah terpencil. Pemekaran wilayan
pemerintahan merupakan suatu strategi yang dapat dilakukan tatkala wilayah pelayanan telah menjadi
terlalu luas sehingga pemerintahs-ta tidak secara optimal melaksanakan tugas-tugasnya termasuk dalam
rangka pelayanan publik kepada masyarakat secara baik. Hal senada dikemukakan oleh Rasyid 1997:129,
bahwa:
“…pertimbangan bahwa wilayah pelayanan telah menjadi luas untuk dapat menjamin
penuaian tugas-tugas yang memadai dalam melaksanakan
fungsi-fungsi pelayanan,
pemberdayaan dan pembangunan”. Dari segi pengembangan organisasi pemekaran
daerah dapat diartikan oleh Warren G. Bernis bahwa: ”Pengembangan organisasi adalah suatu jawaban
terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang komplek yang diharapkan untuk merubah
kepercayaan, sikap, nilai dan susunan organisasi, sehingga dapat lebih baik dalam menyesuaikan
dengan teknologi pasar, dan tantangan baru serta
putaran yang cepat dari perubahan itu sendiri” Bernis dalam Sutarto, 2000:245.
Definisi di atas dapat difahami bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi pasar dan tantangan
baru dari suatu perubahan maka pengembangan organisasi
yang dilakukan
merupakan strategi
penyesuaian guna merubah kepercyaaan, sikap, nilaidan susunan organisasi.
Senada dengan pendapat tersebut, Richard Bechad mengartikan pengembangan organisasi:
”adalah suatu usaha 1 berencana; 2 meliput organisasi keseluruhan dan ;3 diurus dari atas
untuk meningkatkan efektifitas dan kesehatan organisasi melalui; 4 pendekatan berencana
dalam proses organisasi dengan memakai pengetahuan, ilmu perilak
u” Bechad dalam Sutarto, 2000:245.
Lebih lanjut bahwa proses pengembangan organisasi dapat juga dilihat sebagai proses yang
direncanakan, dimana Theodore T. Herbet mengatakan bahwa:
”pengembangan orgnisasi sebagai suatu proses yan direncanakan, proses yang sistematis yang
menerapkan asas-asas dan praktek ilmu perilaku yang dikenalkan dalam kegiatan organisasi
secara terus menerus untuk mencapai tujuan penyempurnaan
organisasi secara
efektif, wewenang organisasi yang lebih besar serta
efektifitas organisa
si yang lebih besar” Herbet,1981:472.
Pemekaran organisasi pemerintahan melalui pemekaran daerah seyogyanya memberikan jaminan
bagi optimalisasi
pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintahan dan efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks organisasi pemerintahan daerah sebagai
organisasi yang memberikan pelayanan publik menurut Robins 1994:175 memberikan penjelasan sebagai
berikut : ”adalah bijaksana untuk menyatakan bahwa tidak mungkin mengontrol orgnisasi yang besar dari atas
: karena lebih banyak hal terjadi daripada yang dapat dihayati oleh seseorang atau sekelompok orang maka
mau tidak mau harus ada pendelegasian”. Dapat dipahami bahwa semakin besar organisasi akan
memiliki masalah yang semakin komplek dan belum tentu efektif dari segi pengendalian, sehingga perlu ada
pendelegasian,
demikian pula
halnya dengan
pemerintah daerah sebagai suatu organisasi, apabila wilayahnya terlampau luas, rentang kendali terlampau
panjang maka perlu ada pendelegsian melalui pemekaran daerah otonom.
Daerah yang wilayahnya terlampau luas, sehingga menyulitkan jangkauan bagi pemerintah untuk
melaksanakan fungsi-fungsi pemerntahan dipandang perlu untuk dimekarkan sebagaimana yang disebutkan
dalam pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang menyatakan bahwa : Pemekaran Daerah
dibentuk
berdasarkan pertimbangan
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, jumlah
penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Pemekaran daerah tidak lain bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan di daerah, terutama dalam peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan serta upaya pemberdayaan masyarakat.
Sejalan dengan hal itu Rasyid menyatakan: ”selain historis, akar dari usaha-usaha
pengembangan wilayah
dan organisasi
pemerintahan adalah pertimbangan bahwa wilayah pelayanan telah menjadi terlalu luas
untuk dapat menjamin penunaian tugas-tugas yang memadai dalam melaksanakan fungsi-
fungsi
pelayanan, pemberdayaaan
dan pemban
gunan” Rasyid 1997:129. Perlunya jangkauan pelayanan diperdalam dan
ukuran organisasi diperbesar agar pelaksanaan fungsi- fungsi itu bisa dioptimalkan seyogyanya didasarkan
pada pertimbangan :
1. Pengembangan wilayah pemerintahan pemekaran
daerah harus selaras dengan konsep-konsep lingkungan kerja yang ideal, dengan ukuran
organisasi dan jumlah instansi yang sesuai, sehingga
efektifitas penyelenggaraan
pemerintahan tetap terjamin. 2.
pengembangan wilayahpemekaran
daerah hendaknya bertolak dari pertimbangan atas
prospek pengembangan eonomi yang layak dilakukan berdasarkan kewenangan yang akan
diletakkan pada pemerintahan yang baru itu.
3. Kebijakan pengembangan wilayah pemekaran
daerah harus
menjamin bahwa
aparatur pemerintahan di daerah yang dibentuk memiliki
kemampuan yang cukup untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dan
mendorong lahirnya
kebijakan-kebijakan yang
secara konsisten
mendukung peningkatan
kualitas pelayanan publik.
Suatu daerah dipandang layak dan dapat dimekarkan, yang dalam hal ini dapat dilihat melalui
beberapa faktor antara lain : 1.
sumber daya khususnya ”human” dapat dikelompokkan kedalam faktor manusia pelaksana
Legislatif, ekskutif beserta perangkatnya dan masyarakat sebagai bagian integral dari sistem
pemerintahan daerah, sedangkan ”non human”
dapat dimasukkan ke dalam keuangan dan peralatan.
2. Keuangan , merupakan faktor sensial untuk
mengetahui kemampuan
daerah dalam
melaksanakan otonominya.
Daerah harus
mempunyai sumber keuangan sendiri yang memadai sebagai sumber pendapatan daerah
sumber keuangan daerah terdiri dari PAD dan non- PAD.
3. Peralatan, merupakan alat untuk memperlancar
gerak aktivitas pemerintahan daerah baik berupa barang maupun orang yang dipakai untuk
mencapai tujuan. 4.
aspek geografis, yang dalam hal ini tidak saja luas daerah melainkan juga kondisi alam yang
melingkungi daerah yang akan mempengaruhi rentang kendali pelayanan kepada masyarakat.
5. potensi ekonomi, yang memungkinkan daerah bisa
berkembang dan bisa mendukung pemasukan keuangan daerah dan mengurangi seminimal
mungkin ketergantungan pada subsidi pemerintah atasan.
2.3
Kebijakan Pemerintah
Pemekaran sebuah
daerah atau
wilayah merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah.
Kebijakan disini merupakan terjemahan dari kata policy. Harold D Laswell dan Abraham Kaplan memberi arti
kebijakan sebagai” a projected program of goals, values and practices
” suatu program pencapaian tujuan, nilai- nilai dan praktek-praktek yang terarah. Islamy,1997;17.
Penjelasan tersebut
menurut Wahab
sekaligus menegaskan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan
berpola yang mengarah pada tujuan tertentu dan bukan sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu.
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam Wahab,1997;3 bahwa kebijakan adalah a standing
decision characterized by behavioural consistency and revetitiveness on the part of both those who work make
it and who abide by it . Dewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dikenal penggunaannya
dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Karena itu sangat mudah
dipahami kebijakan seringkali juga diberi makna sebagai tindakan politik. Makna kebijakan yang tadi
dikemukakan akan makin jelas bila kita perhatikan pendapat seorang ilmuwan politik Carl J Friedrich
dalam Wahab, 1973.yang menyatakan “Kebijakan ialah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan- hambatan tertentu seraya mencari peluang- peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
sasaran yang di
inginkan”. Kemudian Anderson 1984:3 merumuskan
kebijakan sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor
berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi. Menurut Wahab 1997;3,
konsep yang dikemukakan oleh Anderson secara tegas membedakan antara kebijakan policy dan keputusan
decision, yang mengandung arti pemilihan diantara sejumlah alternatif yang tersedia.
Sedangkan Amara
Raksasataya dalam
Islamy,1997;17” mengemukakan Kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai
suatu tujuan. Oleh karena itu suatu kebijakan memuat 3 tiga elemen yaitu: 1 Identifikasi dari tujuan yang
ingin dicapai; 2 Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan; 3
penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pengertian kebijakan adalah
pedoman garis besar suatu aktivitas dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan, termasuk dalam
hal kebijakan pamekaran kecamatan, yang harus merupakan kebijakan pemerintah dalam hal ini
pemrintah daerah yang ditempuh dalam rangka efektivitas
penyelanggaraan pemerintahan
dan pembangunan serta keterjangkauan pelayanan publik.
2.4 Pemekaran Kecamatan