57
57
6. Require Learner Parcipation mengembangkan partisipasi peserta didik Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap
materi dan media yang kita tampilkan. Seorang guru pada era teknologi sekarang dituntut untuk memiliki pengalaman dan praktik menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi ketimbang sekedar memahami dan member informasi kepada siswa. Ini sejalan dengan
gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman yang autentik, diman para siswa akan
menerima umpan balik informative untuk mencapai tujuan mereka dalam belajar.
http:homeamanah.blogspot.com201112
2.5 Pengukuran Prestasi Belajar Geografi
Winkel 2004: 109-110 mengemukakan prestasi belajar merupakan suatu kemampuan internal capability siswa yang telah menjadi milik pribadi dan
memungkinkan siswa melakukan sesuatu atau memperoleh prestasi tertentu performance.
Misalnya, siswa yang telah memiliki konsep “pohon” dan “bunga” mampu untuk menunjukkan tanaman yang tergolong “pohon” dan
tanaman yang tergolong “bunga”. Dari prestasi demikian nampak jelas bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang tepat. Dikuasainya motivasi belajar oleh
siswa merupakan kemampuan internal yang tidak langsung nampak, sedangkan pada perbuatan merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan nampak jelas.
Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan
58
58
belajar, dan belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Sedangkan, menurut Romiszowski 1991: 217 prestasi belajar merupakan keluaran outputs dari suatu sistem pemrosesan masukan input. Masukan dari
sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedang keluarannya adalah perbuatan atau kinerja performance.
Menurut Gagne 1992: 43-48 prestasi belajar dapat dikategorikan ke dalam lima jenis, yaitu: 1 keterampilan intelektual, 2 strategi kognitif, 3 informasi verbal,
4 keterampilan motorik; dan satu lagi bersifat afektif, yaitu 5 sikap. Keterampilan intelektual, adalah kemampuan yang memungkinkan seseorang
mampu berinteraksi dengan lingkungannya melalui simbol-simbol atau bahasa. Siswa menggunakan keterampilan intelektualnya pada saat menampilkan
kemampuan untuk memahami sesuatu bidang tertentu. Keterampilan- keterampilan ini meliputi: a diskriminasi, adalah kemampuan seseorang yang
mendasar untuk merespon perbedaan dalam satu atau lebih dimensi fisik; b konsep konkrit, merupakan kemampuan seseorang untuk mengenal sifat atribut
obyek yang bersifat konkrit yang belum pernah ditemui sebelumnya, misalnya warna, bentuk, dan sebagainya; c konsep terdefinisi, merupakan kemampuan
seorang siswa untuk memahami arti suatu objek, kejadian-kejadian atau hubungan yang telah dijumpai sebelumnya, misalnya konsep keluarga, teman, dan
sebagainya; d aturan-aturan, merupakan kemampuan yang diperoleh ketika siswa dapat mengaplikasikan melalui contoh-contoh yang diberikan; dan e
aturan-aturan tingkat tinggi untuk memecahkan masalah.
59
59
Selanjutnya Strategi kognitif menurut Gagne 1992: 46 merupakan kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa yang merupakan proses kontrol yaitu proses
internal yang digunakan untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, mengingat, belajar, dan berpikir. Informasi verbal merupakan
kemampuan seseorang dalam menyerap berbagai informasi atau pengetahuan secara verbal. Informasi tersebut tersimpan dalam memori yang setiap saat dapat
dimunculkan untuk diingat. Keterampilan motorik merupakan suatu keterampilan yang diperoleh melalui belajar yang tidak hanya mencakup kegiatan
fisik melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya menulis, membaca, dan keterampilan memainkan alat musik,
dan sebagainya.
Berkaitan dengan prestasi belajar, Fonanta 1983: 236 mengemukakan bahwa variabel afektif di dalam pendidikan sangatlah penting. Pengalaman
menunjukkan bahwa bukan variabel kognitif semata yang menentukan kemajuan siswa dalam belajar tetapi juga perubahan afektifnya. Variabel-variabel afektif
berinteraksi dengan sikap dan minat, motivasi, dan rentang emosional yang sangat luas. Berkenaan dengan hasil belajar yang terkait dengan aspek afektif, maka
siswa perlu diajarkan bagaimana menghargai pendapat dan menghormati orang lain .
Prestasi belajar Geografi difokuskan terhadap apa yang telah dicapai siswa secara maksimal selama kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan dan kemampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran telah
60
60
dikuasai siswa dilakukan penilaian prestasi belajar pada akhir semester, akhir tahun ajaran, atau akhir suatu satuan pendidikan. Pengukuran terhadap suatu
subyek tertentu dapat digunakan sebagai tolok ukur keakuratan suatu data sepanjang sesuai dengan fungsinya. Jadi pengukuran sebagai suatu alat untuk
mencapai tujuan sehingga memungkinkan dipenuhinya kebutuhan dari penilaian bidang tertentu, misalnya kemampuan dan kemajuan belajar siswa di sekolah.
Pengukuran keberhasilan belajar siswa dapat diartikan sebagai penaksiran atau penilaian terhadap tingkah laku yang bersifat terminal. Pengukuran ini terbatas
pada deskripsi secara kuantitatif yaitu hasil pengukuran selalu dinyatakan dengan angka-angka.
Pengukuran prestasi belajar Geografi dimaksud menyangkut kemampuan individu dalam memahami materi pelajaran Geografi yang telah diajarkan selama kurun
waktu tertentu. Prestasi belajar menunjukkan bahwa siswa memiliki kekuatan dari segi pengetahuan dan keterampilan terhadap materi tertentu. Jadi indikator
keberhasilan dalam belajar adalah jika siswa mampu menunjukkan prestasi dengan baik, berarti pula siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan.
Menurut Sudjana 2002: 35 bahwa tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur prestasi belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan menurut Umar, dkk. 1996: 7 dalam tes prestasi belajar
yang hendak diukur adalah tingkat kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan. Tes dimaksud adalah tes kemampuan power test.
61
61
Tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga
menghasilkan nilai prestasi atau mengenai tingkah laku siswa, maka prestasi dan tingkah laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran
atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah diberikan dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa dalam kelompoknya. Prinsip dasar
penyusunan tes prestasi belajar antara lain harus dapat mengukur apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang
tercantum dalam kurikulum yang berlaku dan hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
Arikunto 2002: 138 lebih lanjut mengartikan tes sebagai serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Bahkan menurut Zainul, dkk. 2001 : 28-29 menyatakan bahwa tes dimaksud
adalah tes hasil belajar yaitu salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar atau untuk
menentukan keberhasilan program pendidikan.
Beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa tes merupakan suatu alat ukur yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan berfungsi untuk menilai suatu subyek
tertentu. Alat ukur yang baik harus mencerminkan kebenaran dan kesesuaian terhadap apa yang hendak diukur. Persyaratan tes alat ukur yang baik harus
62
62
memenuhi tiga kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, dan keterpakaian atau kepraktisan.
Validitas tes menunjuk pada pengertian apakah hasil tes sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan dimana tes tersebut telah mengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada ketepatan atau konsistensi dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan
tes yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep reliabilitas mendasari pada kesalahan ukuran yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu, sehingga
susunan atau urutan daripada kelompok itu mungkin berubah.
Hayat, dkk. 1999: 22 mengemukakan bahwa reliabilitas dan validitas tes adalah suatu hal yang sangat penting pada alat pengukuran yang standar. Reliabilitas
dihubungkan dengan pengertian adanya ketetapan suatu tes dalam pengukurannya. Artinya bahwa terdapat kestabilan skor yang diperoleh siswa ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari suatu pengukuran ke pengukuran lainnya.
Prestasi belajar Geografi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran yang ditunjukkan
dengan perolehan prestasi belajar pada aspek kognitif, meliputi kopentensi dasar mendeskripsikan jagat raya dan tata surya. Aspek psikomotor tidak dibahas
dalam penelitian ini karena tidak semua mata pelajaran dinilai aspek psikomotornya, seperti yang dikemukakan oleh Mardapi 2003: 18 bahwa tidak
63
63
semua mata pelajaran dinilai aspek psikomotornya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
2.6 Pembelajaran Kooperatif