33
33
transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan
datang Sanjaya, 2007:117. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian penelitian yang telah dilakukan, Thorndike dalam Winataputra, 2007:2.10 menyimpulkan
tentang proses belajar tertentu terhadap proses belajar berikutnya, yang dikenal dengan proses transfer of learning atau perampatan proses belajar. Thorndike
mengemukakan bahwa latihan yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi dalam mempelajari suatu konsep akan membantu penguasaan atau proses belajar
seseorang terhadap konsep lain yang sejenis atau mirip associative shifting.
2.3.2 Teori Contiguity-Edwin R. Guthrie
Edwin Guthrie mengemukakan Teori Contiguty yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu.
Selanjutnya Guthrie berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dengan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukan
pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat dan bahkan menjadi kebiasaan apabila respon
tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus Hamzah, 200:8
Dalil Guthrie yang pertama tentang proses belajar adalah kombinasi stimulus yang diikuti dengan suatu gerakan, pada saat pengulangan berikutnya cenderung diikuti
lagi oleh gerakan tersebut. Dalil yang kedua menyatakan bahwa pola stimulus mempunyai korelasi dan atau keterkaitan yang tinggi dengan respons yang
ditimbulkan pertama kali Winataputra, 2007:2.22.
34
34
Guthrie dalam Hamzah 2006: 9 mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Selain itu Guthrie
dalam Winataputra
2006:2.22 menyatakan
bahwa motivasi
mempengaruhi belajar secara tidak langsung, yang terlihat melalui penyebab atau alasan individu melakukan sesuatu merespon. Sedangkan Reward atau
penghargaanpujian menurut Guthrie merupakan prinsip yang sekunder.
2.3.3 Teori Belajar Piaget
Piaget adalah pengembang teori belajar konstruktivistik. Piaget dalam Sanjaya 2007:123 berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil memiliki
kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan menjadi pengetahuan yang
bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan
tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan .
Selanjutnya dalam proses belajar Piaget dalam Hamzah 2006:10 mengemukakan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni
1 asimilasi, 2 akomodasi, dan 3 equilibrasi penyeimbang. Proses asimilasi adalah penyatuan pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke
35
35
dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi
Selanjutnya proses belajar menurut Piaget harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa yang terbagi ke dalam empat tahap, yaitu 1 tahap
sensori-motor ketika anak berumur 1,5 tahun sampai 2 tahun, tahap era pra- operasional 23 sampai 78 tahun, tahap operasional konkret 78 samapi 1214
tahun dan tahap operasional formal 14 tahun atau lebih
2.3.4 Teori Belajar Bruner