15
pengetahuan itu direpresentasikan diwujudkan dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkrit atau situasi konkrit
yang terdapat pada tahap enaktif tersebut diatas. c tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol abstrak, yaitu symbol-simbol arbiter yang dipakai kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal
misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat, lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya Bruner dalam Slameto, 2003: 15. Jadi
dapat disimpulkan bahwa proses belajar akan berlangsung secara optimal jika tahap-tahap mulai dari enaktif, ikonik,dan simbolik berjalan dengan baik.
Selanjutnya Bruner dalam mengembangkan teorinya mendasarkan atas dua
asumsi yaitu pertama, perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif, artinya orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, perubahan
terjadi pada diri individu dan lingkungannya. Kedua, seseorang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi
yang telah dimilikinya Asikin, 2004: 8-10.
2.2.1 Teori Belajar Behavior
Teori belajar behaviorisme tingkah laku menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Seseorang telah dianggap telah belajar sesuatu bila
ia mampu menunjukkan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukaninput yang berupa masukan dan keluaranoutput yang berupa respons.
Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa di amati. Selanjutnya, teori belajar
16
kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman Uno, dkk., 2008: 5659. Untuk teori belajar konstruktivisme dan
teori belajar modern tidak diraikan dalam tulisan demi menghindari kebingunan dalam penafsiran pembaca. Merujuk pada teori-teori belajar di atas, Burton dalam
Usman dan Setiawati 2001: 4 mengemukakan hal senada dengan teori behaviorisme di mana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada
diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Kemudian Witherington dalam Usman dan Setiawati 2001: 5 menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”. Selanjutnya, Gagne dalam Slameto
2003: 13 memberikan dua definisi belajar, yakni: 1 belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku; dan 2 belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
dipahamai bahwa pada dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu melalui memberian pengetahuan,
latihan maupun pengalaman. Belajar dengan pengalaman akan membawa pada perubahan diri dan cara merespons lingkungan.
2.2.2 Teori Belajar Kontruktivisme
Lebih dua dasawarsa terakhir ini, dunia pendidikan mendapat sumbangan pemikiran dari teori konstruktivisme sehingga banyak negara mengadakan
perubahan-perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan
17
mereka, termaksut kurikulum. Herpratiwi 2009: 71 mengatakan bahwa dalam teori konstruktivisme siswa harus menemukan sendiri dari mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agak benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya.
Prinsip-prinsip kontruktivisme adalah pengetahuan dibina secara aktif oleh siswa, siswa bukan menerima pasif pengetahuan, siswa pembina aktif struktur
pengetahuan, siswa mencoba membuat pemahaman tentang pengalaman baru mereka dan fenomena dengan cara membentukmembina makna tentang perkara
tersebut. Prinsip konstruktivisme memandang bahwa pembelajaran dilihat sebagai pengubah ide, pembinaan dan penerimaan ide baru dan penstrukturan semula ide
yang sudah tersedia. Pandangan konstruktivisme melihat bahwa siswa membina dan bukan menerima ide tersebut siswa menjalankan secara aktif makna dari pada
setiap satu pengalaman yang dilalui. 2.3
Hasil Belajar
Menurut Anni 2005: 20 hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek
perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku
yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta didik dalam
kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui