Asai Viabilitas Bakteri Kitinolitik dalam Formulasi Tablet Penghambatan Serangan Fusarium oxysporum pada Benih Cabai

3.7 Enkapsulasi Bakteri Kitinolitik dengan Tapioka dan Pembuatan Tablet

Metode enkapsulasi bakteri yang digunakan merupakan modifikasi dari Sulistiani 2009 dan Medeiros et al. 2005. Sebanyak 10 ml suspensi spora Bacillus sp. BK17 dengan kerapatan sel ~10 8 CFUml ditambahkan dengan 20 gram pati tapioka, 0,5 ml koloidal kitin, gliserol 12 ml, NaCl 9,5 ml semua bahan dicampur, dikeringanginkan selama 10 menit sampai terbentuk granulat hasil enkapsulasi. Granulat hasil enkapsulasi ditambahkan Avicel dengan perbandingan 1,5:1 selanjutnya dikeringanginkan dengan cara menyebarkannya pada loyang yang dilapisi alumunium foil. Pengeringan ini dilakukan di dalam oven pada suhu 60 C selama 21 jam. Tablet dicetak menggunakan alat cetak langsung dengan ukuran masing-masing 500 mg dengan diameter setiap tablet 13 mm. Tablet yang sudah dicetak disimpan dalam botol plastik putih, untuk menjaga kelembaban tetap rendah digunakan silica gel dalam kemasan sachet kemudian disimpan pada suhu ambien Lampiran 4, halaman 39.

3.8 Asai Viabilitas Bakteri Kitinolitik dalam Formulasi Tablet

Jumlah koloni kultur bakteri kitinolitik ditentukan dengan menggunakan metode Standard Plate Count. Sebanyak 5 tablet digerus lalu ditumbuhkan pada media MGMK Suryantoet al., 2011. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh kemudian dihitung, ditandai dengan memiliki zona bening di sekitar koloni pada media MGMK. Perhitungan jumlah koloni dilakukan pada tablet masa simpan 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 hari dengan penyimpanan pada suhu ambien.

3.9 Penghambatan Serangan Fusarium oxysporum pada Benih Cabai

Metode ini merupakan modifikasi Suryanto et al. 2010. Biakan F. oxysporum yang telah diremajakan pada cawan petri selama 7 hari diinokulasikan pada 100 ml media Glucose Yeast Broth GYB di dalam erlenmeyer 250 ml dan diinkubasi pada suhu 30°C selama 10 hari. Sebanyak 100 ml suspensi biakan F. oxysporum~10 7 konidiaml dicampur dengan 500 g campuran tanah dan kompos steril dengan perbandingan 3:1 di dalam nampan plastik berukuran 30 cm x 22 cm Universitas Sumatera Utara x 10 cm. Tiga puluh benih cabai direndam selama satu malam kemudian ditanam di dalam nampan plastik yang berisi biakan F. oxysporum tersebut, diamati selama 30 hari digunakan sebagai F. oxysporum. Sebanyak 10 tablet bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK17 berukuran 500 mg dilarutkan dalam 20 ml akuades steril larutan tablet dan 30 benih cabai direndam dalam larutan tersebut selama satu malam. Benih cabai ditanam dalam nampan plastik berisi tanah dan kompos steril dengan biakan F. oxysporum ditutup dengan plastik lalu diamati selama 30 hari digunakan sebagai F. oxysporum + Bacillus sp. BK17. Tiga puluh benih cabai direndam dalam 20 ml larutan tablet dan ditanam di dalam nampan plastik berisi tanah dan kompos steril tanpa biakan F. oxysporum, diamati selama 30 hari digunakan sebagai Bacillus sp. BK17. Sebanyak tiga puluh benih direndam tanpa larutan tablet selama satu malam dan ditanam didalam nampan plastik berisi tanah dan kompos steril tanpa biakan F. oxysporum, perlakuan ini untuk mengetahui viabilitas benih sebagai kontrol. Pengujian dengan perlakuan yang sama dilakukan untuk tablet masa simpan 15 hari. Ulangan dilakukan sebanyak 5 kali. Peubah yang diamati adalah tanaman yang terserang layu Fusarium, tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering benih cabai selama persemaian 30 hari Lampiran 3, halaman 37-38. Pengurangan persentase layu Fusarium dihitung dari jumlah benih yang tumbuh dan bertahan hidup, berdasarkan rumus: Pengurangan layu Fusarium= – } } } x 100 Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN