Viabilitas Bakteri Bacillus sp. BK17 Dalam Formulasi Tablet

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian terhadap formulasi tablet bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK17 telah dilakukan. Pengujian dilakukan terhadap viabilitas Bacillus sp. BK17 pada tablet masa simpan 0 hari sampai 40 hari dengan interval 5 hari. Formulasi tablet yang mengandung jumlah bakteri terbanyak tablet masa simpan 0 hari dan 15 hari digunakan untuk menghambat serangan F. oxysporum pada tanaman cabai merah.

4.1 Viabilitas Bakteri Bacillus sp. BK17 Dalam Formulasi Tablet

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap viabilitas Bacillus sp. BK17 dalam formulasi tablet mengalami penurunan sampai masa simpan 40 hari. Pengamatan terhadap viabilitas bakteri telah dilakukan melalui pengujian menggunakan metode standart plate count pada media MGMK. Penghitungan jumlah sel bakteri dilakukan pada bakteri yang tumbuh dan menghasilkan zona bening disekitar koloni. Jumlah sel bakteri tertinggi pada tablet masa simpan 0 hari yaitu 384 x 10 5 CFUg dibandingkan dengan jumlah sel bakteri pada tablet masa simpan 40 hari 5,9 x 10 5 CFUg Gambar 1. Gambar 1. Jumlah logaritmik sel bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK17 dalam formulasi tablet 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5 10 15 20 25 30 35 40 Ju m lah S el B ak te ri log CF Ug Masa Simpan Tablet Hari Ke- Universitas Sumatera Utara Viabilitas sel spora bakteri dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa kelembaban, jenis bahan pembawa formulasi dan lama penyimpanan. Penurunan viabilitas spora dalam formulasi tablet disebabkan karena spora mudah bergerminasi menjadi sel vegetatif. Kondisi kelembaban yang tinggi selama proses pencetakan tablet berlangsung memungkinan terjadinya peningkatan kadar air formulasi sebelum tablet dicetak, jenis bahan pembawa yang digunakan berupa tapioka bersifat higroskopis, mengandung kadar air yang cukup tinggi dan memiliki komposisi nutrisi lebih lengkap Djali Riswanto, 2001 sehingga sel mengambil nutrisi dari bahan pembawa yang mengakibatkan sel spora bergerminasi membentuk sel vegetatifnya. Sel spora yang telah bergerminasi menjadi sel vegetatif kehilangan kemampuannya bertahan dalam cekaman kekeringan, ketersediaan nutrisi dan perubahan kondisi lingkungan lainnya. Persaingan nutrisi antar sel vegetatif seiring dengan lama masa simpan dan perubahan kondisi lingkungan berupa kekeringan mengakibatkan sel mengalami kematian. Berat tablet telah dihitung mengalami penurunan selama masa simpan 40 hari, berat awal 500 mg dan pada akhir masa penyimpanan 40 hari menjadi 492,5 mg. Pada umumnya, lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari jenis mikroorganisme, bahan pembawa yang dipakai, kondisi fisik cahaya, suhu, kelembaban pada organisme yang dikeringkan Pelczar Chan, 2005. Spora memiliki kandungan air rendah yaitu kurang dari 10 dari beratnya, berbeda dengan sel vegetatif mengandung air 70 dari berat keseluruhan Darwis, 2006. Menurut Haryanti et al., 2004 perubahan lingkungan berpengaruh terhadap pertumbuhan di awal masa simpan hingga akhir masa simpan, sehingga bakteri yang tidak mampu beradaptasi mengalami kematian. Devi 2014 melaporkan bahwa penurunan viabilitas sel spora dapat disebabkan oleh suhu lingkungan, lama penyimpanan, perubahan kadar air, jenis dan sifat dari bahan pembawa yang sangat berpengaruh terhadap viabilitas Bacillus sp. BK17 selama 1 bulan penyimpanan. Bahan pembawa tapioka yang digunakan menunjukkan pertumbuhan spora yang kurang baik dan menurun selama penyimpanan empat minggu. Spora Bacillus cereus dapat bertahan pada susu formula bubuk yang memiliki nilai kelembaban 0,44-0,60. Pertumbuhan Universitas Sumatera Utara spora Bacillus cereus pada susu formula juga bergantung pada lama waktu penyimpanan di suhu ruang 28-29  C. Penurunan jumlah spora B. cereus terjadi pada susu formula bubuk yang disimpan selama 4 hari dalam tempat tertutup maupun yang terbuka kelembaban 70, lamanya penyimpanan dalam kondisi tersebut mengakibatkan sel mengalami germinasi Purwanti et al., 2009.

4.2 Penghambatan Serangan Fusarium oxysporum pada Benih Cabai