PANDUAN WAWANCARA
STUDI KASUS PENANGGULANGAN BANJIR KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010
1. Bagaimana BPBD Kota Bandar Lampung melakukan identifikasi terhadap
daerah rawan bencana banjir? 2.
Bagaimana pemetaan jalur evakuasi titik evakuasi dilakukan sebagai tempat perlindungan dan penghunian korban saat terjadi bencana banjir?
3. Mengapa daerah tersebut ditempatkan sebagai jalur evakuasi?
4. Pendidikan dan pelatihan seperti apa yang dilakukan dan diberikan BPBD
kepada para anggota Satgas dan Tim Reaksi Cepat dalam penanggulangan bencana banjir?
5. Kegiatan apa yang dilakukan dalam penyelamatan korban bencana banjir?
6. Pemenuhan kebutuahan dasar seperti apa yang diberikan untuk korban
bencana banjir? 7.
Mengapa perlindungan terhadap kelompok rentan harus diprioritaskan atau diutamakan?
8. Rehabilitasi dan Rekonstruksi seperti apa yang dilakukan BPBD pasca
terjadi bencana banjir?
`
`
`
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan daerah rawan bencana alam karena berada pada posisi
pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yaitu lempeng Eurasia, India Australia dan Samudra Pasifik sehingga berpotensi terjadinya gempa bumi dan
tsunami. Indonesia juga berada pada pertemuan tiga sistem pegunungan Alpine Sunda, Circum Pasific dan Circum Australia dengan jumlah pegunungan yang
tersebar sebanyak 500 gunung api dan 128 diantaranya merupakan gunung api yang aktif sehingga berpotensi terjadi bencana alam letusan gunung api yang
tersebar di daratan Indonesia dan kepulauan yang dua pertiga diantaranya merupakan wilayah perairan www.depsos.go.id, diakses 21 Februari 2010.
Selain kondisi alam seperti tersebut diatas, yang perlu diperhatikan adalah tata
ruang kota yang belum tertib dan belum berorientasi pada penataan lingkungan berbasis bencana. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia sangat rawan terhadap
bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung merapi, gelombang pasang, banjir, angin topan dan puting beliung. Bencana terjadi tidak jauh dari ulah
manusia sendiri. Bencana terjadi karena manusia kurang memperhatikan dan
menyayangi alam semesta, hal ini menyebabkan sering terjadinya bencana. Indonesia memiliki hutan yang begitu banyak akan tetapi manusia salah
memanfaatkannya. Banyak manusia yang menjadikan kekayaan hutan menjadi lahan usaha atau bisnis, tetapi banyak diantara mereka yang menggunakan cara-
cara yang tidak baik seperti menebang pohon-pohon yang ada di hutan secara ilegal tanpa perizinan dari Badan Kehutanan. Hal ini berakibat banyaknya hutan
yang gundul dan terjadi pembakaran hutan secara besar-besaran yang akhirnya menyebabkan tanah mudah longsor.
Bencana alam merupakan rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia atau keduanya yang mengakibatkan terjadinya korban jiwa, kerugian harta benda, penderitaan, kerusakan sarana dan prasarana lingkungan dan
ekosistemnya serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Badan Koordinasi Nasional, Rekapitulasi Kejadian Bencana yang terjadi
pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Kejadian Bencana
NO
Kejadian Bencana
Total Kejadian
Jumlah Korban Yang
Meninggal Jumlah
Korban Yang
Menderita Jumlah
Rumah Yang
Rusak 1
Banjir 495
162 5.481.035
55.896 2
Tanah longsor 112
102 4980
956 3
Gempa bumi 10
14 24.302
8616 4
Gelombang pasang
34 11
5880 1813
5 Letusan gunung
berapi 8
- 9708
- 6
Angin topan 166
20 10.379
6399 7
Banjir dan tanah Longsor
39 67
20.320 1553
Sumber : www.bnpb.go.id
Berdasarkan data kejadian bencana diatas, dapat dilihat dari sekian banyak kejadian bencana tahun 2010, total kejadian bencana yang paling banyak adalah
bencana banjir. Bencana banjir telah menjadi bencana rutin setiap tahunnya. Setiap tahun hampir sebagian besar wilayah di Indonesia dilanda bencana banjir,
dari Pulau Sumatera Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Riau, dan Lampung , Pulau Jawa Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,
Nusa Tenggara,
Bali, Sulawesi
Sulawesi Utara,
hingga Papua
http:kjpl.wordpress.com, diakses 28 Mei 2010.
Banjir merupakan peristiwa tergenangya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul
jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat
curah hujan yang tinggi. Akan tetapi, terkadang banjir juga terjadi karena ulah manusia sendiri yang kurang menjaga dan menyayangi alam semesta. Seperti
penebangan hutan secara liar, serta pembuangan sampah tidak pada tempatnya, dialiran sungai atau kali. Sehingga menyebabkan sampah-sampah tersebut
menjadi menumpuk, membuat aliran sungai menjadi tidak lancar akhirnya menyebabkan banjir.
Di Bandar Lampung sendiri, banjir telah menjadi hal yang rutin, apalagi pada saat
musim penghujan. Tidak saja di Bandar Lampung yang selalu menjadi rutinitas, tetapi juga hampir merata di seluruh wilayah Provinsi Lampung. Disaat hujan
datang, hampir setiap sudut kota nyaris tidak ada yang bebas dari genangan air, misalnya seperti daerah Kemiling, Tanjungkarang Pusat, Telukbetung Selatan,
Panjang, Telukbetung Barat, dan daerah Kedaton. Jika dilihat dari letak kota
Bandar Lampung, seharusnya Bandar Lampung merupakan daerah yang jauh dari bencana banjir, karena Bandar Lampung terletak pada ketinggian kurang lebih
110 meter dari permukaan laut. Namun pada kenyataannya cukup banyak faktor penyebab banjir di Bandar Lampung, yaitu curah hujan yang cukup tinggi, sistem
drainase kota, berkurangnya luas bantaran sungai, kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan, dan berkurangnya daerah terbuka hijau.
http:lamppost.coberitapenanganan-banjir-harus-terpadu Kondisi drainase yang sempit, dangkal, dan sesak dengan tumpukan sampah
diindikasi menjadi faktor utama di balik peristiwa banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kota Bandar Lampung. Jika itu diselesaikan, Kota Bandar
Lampung seharusnya jauh dari banjir karena topografinya miring ke laut. Dengan bentuk permukaan tanah yang miring tersebut, air akan langsung mengalir ke laut
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika BMKG Lampung, sebenarnya letak geografis Lampung di antara daerah basah Sumatera dan daerah
kering Jawalah yang membuat provinsi ini rentan terjadi bencana alam dan membuat Lampung sering mengalami cuaca ekstrim seperti hujan lebat, petir
bercampur angin kencang dan menimbulkan angin puting beliung. Sehingga tidak mengherankan jika Bandar Lampung menjadi salah satu daerah yang langganan
banjir. http:lamppost.coberitapenanganan-banjir-harus-terpadu Banyaknya korban dan kerugian materi yang dialami akibat adanya bencana yang
terjadi hampir setiap tahun, menyebabkan pemerintah sebagai perangkat yang mengatur jalannya sistem kenegaraan, merasa bertanggung jawab dalam
menangani penanggulangan bencana. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana tersebut ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB di tingkat Pusat dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah BPBD di tingkat Daerah. Maka melalui Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2010
dibentuklah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung, yang bertugas merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi serta melakukan pengordinasiaan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana.
Penulis memilih BPBD Kota Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian, karena
seperti yang dijelaskan diatas BPBD Kota Bandar Lampung merupakan pusat yang
mengkoordinir seluruh
perangkat daerah
atau lembaga
dalam menanggulangi bencana sehingga memudahkan penulis dalam mencari informasi
secara lengkap dan cepat. Upaya pemerintah dalam penanggulangan bencana alam membawa harapan besar
bagi masyarakat korban bencana dan kewajiban dari BPBD selaku perpanjangan tangan dari pemerintah untuk melayani masyarakatnya dan memberikan respon
yang cepat. Dengan manajemen penanggulangan bencana masyarakat harus sejak dini melakukan mitigasi dan adaptasi bencana. Masyarakat harus paham mengenai
jalur-jalur evakuasi dan upaya apa yang harus dilakukan ketika bencana seperti banjir, gempa, gunung meletus dan tsunami datang.
Kemampuan baik pemerintah maupun masyarakat saat ini dalam penanganan atau penanggulangan terhadap bencana di Kota Bandar Lampung masih belum
optimal. Padahal Pemerintah sebenarnya menyadari bahwa isu bencana ini adalah bagian dari isu global perubahan iklim. Hanya saja mungkin masalahnya, belum
menjadi bagian dari kebijakan strategis dari pemerintah Kota Bandar Lampung. Kondisi ini menunjukkan suatu realitas, adanya keterbatasan pemerintah dan
ketidakberdayaan masyarakat dalam menghadapi bencana, yang sebenarnya mereka tinggal di daerah rawan bencana yang dapat terjadi setiap saat.
Selain karena kurang sigapnya pemerintah Kota Bandar Lampung dalam menanggulangi bencana, masalah diatas juga terjadi kurang terjalinnya
komunikasi diantara masyarakat dengan pemerintah terutama Badan atau Lembaga yang menangani bencana alam dalam menginformasikan bahaya banjir
sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya banjir tersebut. Padahal untuk mengatasi masalah bencana banjir yang terus-menerus
seperti ini, tidak hanya pemerintah yang dituntut untuk bertanggung jawab dalam menanggulanginya, akan tetapi faktor terbesar adalah dari masyarakat sendiri.
Perlu kesadaran yang besar dari setiap individu dalam menjaga dan menyayangi lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penanggulangan bencana banjir di Kota Bandar Lampung
Tahun 2010? 2.
Kendala apa sajakah yang dihadapai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan penanggulangan
bencana banjir di Kota Bandar Lampung? C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penanggulangan bencana banjir
yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan bencana banjir serta,
3. Menciptakan budaya ketahanan dan keselamatan terhadap bencana.
D. Kegunaan penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
pengembangan Ilmu Administrasi Publik, khususnya dalam bidang kajian
penanggulangan bencana alam sebagai kewajiban yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.
2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan mengenai banjir, faktor penyebab, serta cara penanggulangan banjir kepada masyarakat pada umumnya dan masyarakat intelektual atau
mahasiswa pada khususnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat sadar bahwa kebersihan
lingkungan itu dibutuhkan dan perlu dijaga kelestariannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana Alam
1. Pengertian Bencana Alam
Bencana alam sering terjadi di Indonesia. Untuk itu diperlukan pengetahuan serta pemahaman terhadap bencana-bencana alam yang mungkin akan tejadi di masa
mendatang. Bencana alam juga menjadi pusat perhatian yang besar dalam menarik dan mengundang respon dari berbagai pihak terhadap para korban bencana.
Belajar dari sejumlah bencana yang terjadi di Indonesia, sudah semestinya masyarakat dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang bencana, agar
mampu menghadapinya ketika diterpa bencana dan turut berperan dalam upaya penanggulangan bencana itu sendiri. Karena bagaimanapun juga disadari bahwa
penanggulangan bencana tidak hanya melibatkan pemerintah dan pihak-pihak lain, namun peran masyarakat di dalamnya sangat penting. Setiap orang memiliki
definisi sendiri-sendiri dari kata bencana alam. Ada Beberapa pendapat para ahli yang mengungkapkan pengertian tentang bencana alam.
Menurut Purnomo 2009:9, Bencana adalah situasi yang kedatangannya tidak
terduga oleh kita sebelumnya, dimana dalam kondisi itu bisa terjadi kerusakan, kematian bagi manusia atau benda-benda maupun rumah serta segala perabot
yang kita miliki dan tidak menutup kemungkinan juga hewan dan tumbuh- tumbuhan untuk mati. Sedangkan bencana alam adalah bencana yang disebabkan
oleh kejadian alam. Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang atau situasi tertentu dalam waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-tanda. Bencana
sering menimbulkan kepanikan masyarakat dan menyebabkan penderitaan dan kesedihan yang berkepanjangan, seperti: luka, kematian, tekanan ekonomi akibat
hilangnya usaha atau pekerjaan dan kekayaan harta benda, kehilangan anggota keluarga serta kerusakan infrastruktur dan lingkungan.
Definisi lain menurut International Strategy for Disaster Reduction UN-ISDR-
2000:24 bencana adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan
hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bencana adalah bencana
yang disebabkan karena kondisi alam yang tidak seimbang angin, tanah, air maupun api sehingga menyebabkan kerusakan, gangguan ekonomi, penurunan
kesehatan, penderitaan bahkan sampai dengan kematian, bencana tersebut sifatnya mendadak, sangat cepat dan menimbulkan kepanikan masyarakat.
2. Jenis-jenis Bencana Alam
Bencana alam, jika ditinjau dari penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: bencana alam geologis, klimatologis, dan ekstra-terestrial Buletin
KAMADHIS UGM. 2007:3. Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi. Sedangkan bencana alam
klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca. Bencana alam ekstra-terestrial yaitu bencana alam yang disebabkan
oleh gaya atau energi dari luar bumi, bencana alam geologis dan klimatologis yang sering berdampak terhadap manusia.
Tabel 2. Jenis Bencana Alam
Jenis Penyebab Bencana Alam Contoh Kejadian
Bencana alam geologis Gempa bumi, tsuami, letusan gunung
berapi, longsorgerakan tanah Bencana alam klimatologis
Banjir, banjir banding, badai, angin putting beliung, kekeringan, kebakaran
hutan bukan oleh manusia Bencana alam ekstra-terestrial
Impacthantaman meteor atau benda dari angkasa luar.
Sumber : Buletin KAMADHIS UGM 2007:3
Bencana alam geologis, terutama gempa bumi, sampai sekarang masih sulit untuk diprediksi, sehingga fenomena alam itu sifatnya mendadak. Namun demikian,
peristiwa alam pada dasarnya mempunyai karekteristik umum, yakni gejala awal, gejala utama, dan gejala akhir. Tetapi masalahnya, pada kejadian-kejadian
bencana alam geologis, gejala awal tersebut sering kali berjalan terlalu cepat dan berjangka waktu sangat singkat ke gejala utama sehingga tidak ada waktu untuk
mengantisipasi datangnya gejala utama. Maka, usaha untuk mendeteksi datanganya gejala awal sangat penting dalam mengantisipasi bencana alam.
Tabel 3. Gejala awal bencana alam pada daerah rawan bencan alam
Jenis Bencana Alam Daerah Rawan
Gejala awal Banjir
Dataran banjir, sempadan, sungai bermeander, lekukan-
lekukan di dataran aluvial Curah hujan tinggi,
hujan berlangsung
lama, naiknya muka air sungai di stasiun
pengamatan Banjir bandang
Darah bantaran sungai pada transisi datran ke pegunungan
Daerah pegunungan
gundul, batuan mudah longsor, curah hujan
tinggi, hujan
berlangsung lama,
terjadi pembendungan di hulu sungai.
Longsorgerakan tanah Daerah dengan batuan lepas,
batu lempung, tanah tebal, lereng curam.
Curah hujan tinggi, hujan
berlangsung lama,
munculnya retak-retak pada tanah
lereng atas,
tiang listrik, pohon, benteng
menjadi miring. Letusan gunung berapi
Lereng dan kaki gunung berapi,
terutama yang
menghadap kea rah kawah sumbing
Naiknya suhu
air kawah,
perubahan komposisi kimiawi air
dan gas di kawasan guguran Kubah lava,
adanya lindulini,
peningkatan tremor
pada seismograf tsunami
Pantai-pantai yang
berhadapan dengan palung tektonik atau gunung api laut
Terjadinya gempa
bumi, air laut surut Gempa bumi
Jalur-jalur tektonik,
sesar patahan aktif
Peningkatan tremor
pada seismograf yang umumnya
sangat singkat
kegejala utama
Sumber : Buletin KAMADHIS UGM 2007:4
B. Manajemen Bencana
1. Pengertian Manajemen Bencana
Banyaknya peristiwa bencana yang terjadi dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta benda yang besar di Indonesia, mengindikasikan bahwa
manajemen bencana di negara Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Selama ini, manajemen bencana dianggap bukan prioritas dan hanya datang sewaktu-
waktu saja, padahal kita hidup di wilayah yang rawan terhadap ancaman bencana. Oleh karena itu pemahaman terhadap manajemen bencana pelu dimengerti dan
dikuasi oleh seluruh kalangan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta.
Manajemen bencana menurut Nurjanah 2012:42 adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bencana beserta segala aspek yang berkaitan dengan bencana,
terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari risiko bencana. Manajemen bencana merupakan proses dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen
yang kita kenal selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan controling. Cara bekerja manajemen bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan
yang ada pada tiap kuadran atau siklus atau bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan. Sedangkan
tujuannya secra umum antara lain untuk melindungi masyarakat beserta harta bendanya dari ancaman bencana.
Format standar atau dasar manajemen bencana sebagaimana dikemukakan oleh
Nick Carter dalam buku The Disaster Management Cycle, digambarkan di bawah ini:
Gambar 1. Gambar Siklus Manajemen Bencana dalam Purnomo Kegiatan manajemen bencana merupakan kegiatan yang tidak berdiri sendiri, akan
tetapi terkait dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan memerlukan
pendekatan yang bersifat multi-disiplin. Peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan pun melingkup peraturan perundang-undangan lintas sektor.
Dengan kalimat lain, sesungguhnya kegiatan manajemen bencana dilaksanakan oleh sektor-sektor, sedangkan kegiatan dari lembaga kebencanaan sebagian besar
adalah mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh sektor. Berbagai pihak yang terlibat dalam manajemen bencana harus saling bekerjasama
dan menyamakan persepsi tentang bencana dan manajemen bencana melalui sebuah sistem atau aturan main yang disepakati taiu sistem manajemen bencana.
Melalui manajemen bencana pula program atau kegiatan dilaksanakan pada tiap kuadran atau siklus atau bidang erja oleh para pemangku kepentingan secara
komprehensif dan terus-menerus. Pelaksanan kegiatan secara periodi atau sebagai reaksi atau respon terhadap kejadian bencana akan menjadi sia-sia karena bencana
akan terus terjadi secara berulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, manajemen bencana sebagai seluruh kegiatan
yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan oleh semua elemen, pemerintah,
masyarakat sipil, dan kalangan bisnis-korporasi untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi kepada masyarakat dan
pihak berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.
2. Proses Manajemen Bencana
Menurut Nurjanah 2012:47, secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga kegiatan utama, yaitu:
a Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini b Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti search and rescue SAR, bantuan daruirat dan pengungsian
c Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
1 Kegiatan pada tahap pra bencana ini sangat penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Pemerintah bersama masyarakat maupun swasta sangat sedikit
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan di dalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak
bencana. 2
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana. Untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan , terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadimya bencana biasanay banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril
maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang
masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan efisien. 3
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikian kondisi masyarakat yang tekena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana