BPBD Kota
Bandar Lampung hanya untuk
kalangan satgas
penanggulangan bencana di Kota Bandar
Lampung” hasil
wawancara pada 11 Juni 2012
an bencana
berupa pendidikan
informal.
2. Memperpanjang waktu penelitian Prolonged engagement
Agar sulit mempercayai hasil penelitian kualitatif apabila peneliti hanya datang sekali saja ke lapangan. Walaupun dengan dalih bahwa dalam waktu seharian itu
dipadatkan waktu dan kumpulkan data sebanyaknya. Peneliti mesti memperpanjang pengamatan karena kalau hanya datang sekali sulit memperoleh
link atau chemistry engagement dengan informan. Perpanjangan pengamatan atau penelitian memungkinkan terjadinya hubungan antara peneliti dengan nara
sumber menjadi akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan agi dan peneliti dapat memperoleh data secar
lengkap. Lama perpanjangan pengamatan tau penelitian tergantung pada kedalam,
keluasan, dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali data lebih dalam lagi hingga diperoleh makna dibalik yang nampak dari kasat
mata. Dengan memperpanjang pengamatan atau penelitian diperoleh informasi yang sebenarnya. Untuk kepentingan legal formal peneleitian, peneliti perlu
menunjukkan bukti perpanjangan pengamatan atau penelitian berupa surat keterangan perpanjangan pengamatan atau penelitian yang dilampirkan dalam
laporan penelitian.
b . Keteralihan Transferability
Keteralihan bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan
mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dalam hal ini peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Oleh karena
itu peneliti harus melakukan penelitian untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut dari para informan yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk melakukan
keteralihan, peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama.
c. Kebergantungan Dependability
Kebergantungan merupakan subsitusi reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif. Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas. Dalam penelitian kualitatif, uji
kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke
lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti ini perlu diuji dependability-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian
tersebut tidak dependable. Untuk mengetahui, mengecek serta memastikan hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti mendiskusikannya dengan dosen
pembimbing, serta bertahap, mengenai konsep-konsep yang dihasilkan di lapangan. Setelah hasil penelitian dianggap benar, diadakan seminar hasil
penelitian dengan mengundang teman sejawat, pembimbing dan dosen pembahas.
d. Kepastian Confirmability
Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan. Sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji kepastian
confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dalam penelitian jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada. Kepastian ini
berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan hasil panelitian yang disepakati oleh banyak orang maka hasil penelitian tidak lagi subjektif tetapi sudah objektif.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung
1.
Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung
Sebelum tanggal 18 Maret 1964 Propinsi Lampung merupakan keresidenan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang No. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-undang No.14 tahun 1964, Keresidenan
Lampung ditingkatkan menjadi Propinsi Lampung dengan Ibu Kota nya Tanjungkarang
–Telukbetung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1983. Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang
–Telukbetung diganti namanya menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung
terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983, dan sejak tahun 1999 berubah nama menjadi Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3
Tahun 1982 tentang perubahan wilayah maka Kota Bandar Lampung dimekarkan dari 4 kecamatan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan dengan 58 kelurahan.
Berdasarkan surat keputusan GubernurKDH Tingkat I Lampung Nomor G185.B.111Hk1988 tanggal 6 Juli 1988 serta Surat Persetujuan MENDAGRI
nomor 1401799PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang pemekaran kelurahan