Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

menukar atupun menambah komponen yang ada di dalamnya. Contoh penggunaanya yang tidak sesuai, “螳臂 车”táng bì dāng chē diubah menjadi“螳 螂捕蝉 ”táng láng bǔ chán . Ketiga, chéngyǔ atau peribahasa Mandarin mempunyai bentuk huruf dan pelafalan yang pasti , harus dibedakan dengan jelas, tidak boleh salah dalam penulisan dan pelafalan. Misalnya,“ 病入膏肓”bìng rù gāo huāng , penulisan 肓 huāng tidak boleh diubah menjadi 盲 máng atau 育 yù. Contoh dalam pelafalan “ 好 逸 恶 劳 ”hào yì wù láo 釐 恶 金 dibaca wù bukan è, keduanya memiliki persamaan dalam penulisan huruf China Hànzì, tetapi memiliki pelafalan dan arti yang berbeda. Kesalahan-kesalahan tersebut tidak boleh dilakukan agar makna chéngyǔ dapat tersampaikan dengan baik. 2.2.4.4 Fungsi Chéngyǔ Chéngyǔ atau peribahasa Mandarin berfungsi sebagai satu leksem dalam ungkapan penuh atau kalimat. Chéngyǔ bersifat lebih jelas dan simbolis dibandingkan sinonimnya yang bersifat lebih umum. Peribahasa Mandarin atau Chéngyǔ dapat berfungsi sebagai subjek, objek, kata kerja, kata keterangan, frase keterangan serta pelengkap kata kerja dalam kalimat Chu Hsia Wu, 1995:65. Peribahasa Mandarin c héngyǔ juga bisa berfungsi sebagai nasihat ataupun sindiran, bergantung dalam situasi apa peribahasa itu digunakan.

2.3 Kerangka Berpikir

Analisis tentang makna konotasi c héngyǔ dilakukan karena kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap makna yang terkandung dalam c héngyǔ dan sulitnya menentukan makna konotasi karena sifatnya tersirat. Ada beberapa c héngyǔ yang dapat dengan mudah dipahami maknanya melalui konstituen pembentuknya, sedangkan ada pula beberapa makna c héngyǔ yang maknanya tidak langsung bisa dipahami melalui konstituen pembentuknya. Untuk memahami c héngyǔ semacam ini diperlukan adanya suatu sumber peristiwa sejarah ataupun dengan cara mengetahui latar belakang c héngyǔ tersebut melalui beberapa sumber berupa dongeng, fabel, kutipan dalam puisi, pepatah lisan yang mencerminkan sejarah dan kebudayaan China. Penulis akan menganalisis makna konotasi c héngyǔ yang menggunakan unsur binatang melalui dongeng, fabel, kutipan dalam puisi, pepatah lisan serta cerita sejarah yang terdapat dalam buku kumpulan c héngyǔ kemudian menggolongkannya ke dalam tiga makna konotasi yaitu makna konotasi positif, makna konotasi negatif dan makna konotasi netral. Dari ketiga makna konotasi tersebut kemudian akan diketahui fungsi dari masing-masing c héngyǔ, berfungsi sebagai nasihat, sebagai sindiran ataupun memiliki dua fungsi sekaligus dalam satu c héngyǔ. Melalui penelitian ini diharapkan agar para pembelajar bahasa Mandarin dapat mengetahui makna konotasi yang terkandung dalam chéngyǔ yang menggunakan unsur binatang dan mengetahui fungsinya, kemudian untuk memudahkan pembelajar bahasa Mandarin dalam memahami makna chéngyǔ, dalam situasi apa saja chéngyǔ tersebut digunakan, serta mengetahui penggunaannya secara tepat baik dalam bahasa lisan maupun tertulis. Berdasarkan pemaparan di atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Pembelajaran bahasa Mandarin Kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap makna konotasi yang terkandung dalam chéngyǔ karena sifatnya tersirat Analisis makna konotasi chéngyǔ Latar belakang terbentuknya chéngyǔ : a. Cerita sejarah b. Dongeng atau fabel c. Kutipan yang terdapat dalam puisi d. Pepatah lisan Berfungsi sebagai nasihat atau sindiran Memudahkan pembelajar bahasa Mandarin dalam memahami makna chéngyǔ dan mengetahui penggunaannya secara tepat 1. Makna konotasi positif 2. Makna konotasi negatif 3. Makna konotasi netral 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari permasalahan yang diteliti yaitu analisis makna chéngyǔ yang menggunakan unsur binatang berdasarkan konotasi dan fungsinya, maka bentuk penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif. Penelitan kualitatif menurut Moleong, 2011:6 adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya, sedangkan menurut Bogdan dan Biklen 1982 dalam Sugiyono, 2013:21 disebutkan bahwa salah satu karakteristik penelitian kualitatif yaitu penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal, tidak menggunakan angka dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik. Penelitian kualitatif yang diterapkan oleh peneliti adalah menganalisis makna chéngyǔ yang menggunakan unsur binatang berdasarkan makna konotasi dan fungsinya.

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah chéngyǔ atau peribahasa mandarin yang menggunakan unsur binatang. Sumber data yang digunakan diambil dari buku dan media elektronik.