Analisis Makna Simbolik Yang Terkandung Dalam Gambar Tato Tradisional Jepang Yang Bergambar Binatang (Horimono/Irezumi)

(1)

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK YANG TERKANDUNG

DALAM GAMBAR TATO TRADISIONAL JEPANG

BERGAMBAR BINATANG (HORIMONO/IREZUMI)

DOBUTSU NO E NO ARU NAKA NO NIHON NO DENTOTEKINA IREZUMI GAZO NI FUKUMARETE IRU SHOUCHOU TEKINA IMI NO

BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana

Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Disusun Oleh :

ASTIRAWATI NOERMATIAS NIM : 060708007

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK YANG TERKANDUNG

DALAM GAMBAR TATO TRADISIONAL JEPANG YANG

BERGAMBAR BINATANG (HORIMONO/IREZUMI)

DOBUTSU NO E NO ARU NAKA NO NIHON NO DENTOTEKINA IREZUMI GAZO NI FUKUMARETE IRU SHOUCHOU TEKINA IMI NO

BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana

Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Dan Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum Prof.Drs. Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D NIP : 19600919 198803 1 001 NIP : 19580704 1984 12 1 001

.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Disetujui Oleh Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen S-1 Sastra Jepang

Ketua,

NIP : 19600919 198803 1 001 Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..

i

DAFTAR ISI ..………...

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ………

1

1.2

Perumusan Masalah……….

5

1.3

Ruang Lingkup Pembahasan………

6

1.4

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori……….

7

1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….

10

1.6

Metode Penelitian………

11

BAB II TINJAUAN UMUM MAKNA SIMBOLIK PADA TATO

(HORIMONO/IREZUMI) DALAM MASYARAKAT

JEPANG

2.1 Pengertian Tato ………. 14

2.2 Sejarah Tato ……….. 17


(5)

2.4 Pandangan Masyarakat Jepang Tentang

Horimono/Irezumi...

24

BAB III ANALISIS MAKNA SIMBOLIK YANG

TERKANDUNG DALAM GAMBAR TATO

TRADISIONAL JEPANG BERGAMBAR BINATANG

(HORIMONO/ IREZUMI)

3.1 Naga ( Dragon )………...

29

3.2 Singa Anjing ( Lion Dog )..………...

31

3.3 Kura-Kura ( Turtle ) ………....

33

3.4 Harimau ( Tiger ) ………...

35

3.5 Ikan Koi ( Koi Fish ) ………...

37

3.6 Ular ( Snake ) ………..

39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ………..

41


(6)

DAFTAR PUSTAKA……….

45

ABSTRAK


(7)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Cukup banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Karena itulah usaha diiringi doa merupakan dua hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Namun kesulitan-kesulitan yang dihadapi diharapkan juga bisa dijadikan motivasi. Selain itu,bantuan dari berbagai pihak sangat mendukung dalam penulisan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “ Analisis Makna Simbolik Yang Terkandung Dalam Gambar Tato Tradisional Jepang (Horimono/Irezumi)” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra pada jurusan Sastra Jepang Fakultas sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan dan juga selaku Dosen Pembimbing I.

3. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II, yang banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam


(8)

4. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M. Hum selaku Dosen Penasehat Akademik. 5. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Sastra Jepang S-1 Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis. 6. Kepada kedua Orang Tua tercinta penulis, Bapak Asra Noermatias dan

Ibunda Upik, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis selalu sehat dan semangat, serta telah banyak memberikan duku ngan moral dan material yang tidak terhingga sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan menyelesaikan perkuliahan dan mendapat gelar sarjana seperti yang telah dicita-citakan. Dan tanpa kedua Orang Tua penulis, penulis tidak akan mampu untuk menjadi seperti sekarang ini.

7. Kepada adikku Alfian Noermatias dan sepupu tersayang Abrar Muchlis yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman penulis di Departemen Sastra Jepang Stambuk 2006, Andar Beny Prayogi, Andi Pranata Silalahi, Christyani Siregar, Elisabeth Fransisca Sinaga, Friska Mawarni Sagala, Fredy Walis Sembiring, Febri Antoni, Frida Winata Togatorop, Ferdian Pardede, Farah Adibah, Fadiah Sofiani, Harry Eka Pratama, Hartati Sinambela, Jessi Mega, Simanjuntak, Zulvianita, Irwan , Okky Khaeriani, Sari Zulia Peunawa, Ivana Widya Sari, Musfahayati Amelia, Suci, Wulandari Fikri, Surya Ningrum, Octora Hanna Grace, Rizal, Novaria Tampubolon, Randy Simanjuntak, Teddy sumbari, Wilma Prima Yuniza, Hyantes T Pasaribu, Siska Margaret Purba, Victor Julianto.


(9)

9. Kepada senior dan junior di Departemen Sastra Jepang yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

10.Kepada teman-teman IMIB ( Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol ) yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada Ridha Rahmatan Hafiz, Badai Adra Sikumbang, Edo Febrian, Jefri Rahmadhinata, Suci Handayani, Alvia Rahmi.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis sanagat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan khususnya pada pembaca.

Medan, 2011

Penulis

\


(10)

ABSTRAK

Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Kesenian terbagi dalam: seni musik, seni tari, seni pahat/ukir, seni lukis, seni rupa dan lain-lain. Tato merupakan sebuah seni, dan digolongkan kedalam seni lukis. Tato berasal dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti yang konon artinya tanda atau menandakan sesuatu. Tato merupakan adaptasi dari bahasa Inggris, yaitu tattoo yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “rajah”. Dalam bahasa Jepang, tato dikenal dengan istilah horimono. “hor i” yang berarti ukiran atau pahatan. Sedangkan “mono” adalah barang atau benda. Jadi horimono adalah benda yang berukir atau berpahat. Istilah tato dalam Bahasa Jepang sering juga disebut

“irezumi ” yang secara harfiah berarti "memasukkan

Sejak zaman dahulu kala, tato sudah digunakan sebagai salah satu kegiatan dalam ritual keagamaan bagi suku-suku bangsa kuno yang ada di dunia. Diantaranya, suku Maori, Inca, Ainu, Polynesians, Nuer, Indian, Mesir, Yunani kuno, Romawi, dll. Di Cina dan Jepang, tato pada zaman dahulu digunakan sebagai hukuman bagi para pelaku kejahatan. Cara pembuatannya yang sangat menyakitkan sehingga diharapkan para pelaku kejahatan menjadi jera dan tidak mengulanginya lagi.

Selain untuk ritual keagamaan dan hukuman bagi para pelaku kejahatan, tato juga berfungsi sebagai penanda anggota suatu perkumpulan masyarakat Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa orang-orang yang memakai tato merupakan seorang penjahat, narapidana, atau preman. Tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang memandang tato dari nilai seninya. Gambar-gambar yang


(11)

digunakan untuk tato mempunyai nilai seni yang tinggi khususnya gambar-gambar yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dalam proses pembuatannya. Karena alasan seni tersebut banyak masyarakat umum yang memakai tato agar tubuh mereka terlihat lebih indah.

Keindahan pada tato ini memiliki makna khusus, disamping interaksi masing-masing objek itu sendiri. Perpaduan beberapa objek gambar pada tato juga menghasilkan interaksi makna simbolik tersendiri. Diantara gambar-gambar yang banyak dijadikan objek tato tersebut, masing-masing memiliki makna simbolik yang terkandung didalamnya. Interaksi makna simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun non verbal, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau simbol (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah atau kelompok komunitas masyarakat tertentu.

Makna simbolik yang terkandung dalam satu tato dengan tato yang lain memiliki makna simbolik tertentu. Gambar tato biasanya berupa benda-benda hidup, benda mati, dan simbol-simbol yang bersifat abstrak lainnya. Benda-benda hidup tersebut diantaranya adalah binatang. Binatang yang banyak dijadikan sebagai objek dalam pembuatan tato diantaranya: naga, singa anjing, kura-kura, harimau, ikan koi, dan ular. Makna yang terkandung dalam gambar binatang tersebut antara lain :

Naga ( Dragon ) melambangkan pertahanan. Di Amerika, naga melambangkan kekuatan. Sedangkan di Jepang, naga


(12)

melambangkan keinginan (cita-cita) dan kepintaran. Menurut tradisi di Jepang, naga menjabat sebagai dewa.

Singa Anjing ( Lion Dog ) melambangkan pengawalan / pelindung serta melambangkan keganasan.

Kura-kura ( Turtle ) melambangkan umur panjang dalam banyak kebudayaan di dunia, termasuk di negara Jepang sendiri. Selain melambangkan umur panjang, kura-kura juga melambangkan kebahagiaan.

Harimau ( Tiger ) dapat melambangkan rasa tidak terkalahkan atau kekuasaan. Nafsu atau keinginan, keganasan, sensualitas, kecepatan dan keindahan adalah beberapa hal yang dikaitkan dengan harimau di Jepang. Hewan ini juga dikenal karena kekejaman dan kemurkaannya sehingga merupakan simbol yang sangat populer digunakan di banyak kebudayaan di Asia. Karena alasan diataslah simbol ini sangat populer dalam seni tato di Jepang.

Ikan Koi (Koi Fish) melambangkan keberanian, biasanya digabungkan dengan unsur air sehingga menjadi simbol kemampuan untuk mencapai tujuan yang tinggi, dan mengatasi kesulitan hidup.

Ular ( Snake ) melambangkan daya baik, alam gaib, kesuburan, regenerasi dan kebijaksanaan. Makna simbolik ular lainnya dapat


(13)

berupa: siklus, kebangkitan, kesabaran, kesuburan, keabadian, keseimbangan, licik, intuisi, kesadaran, penyembuhan, intelek, perlindung, peremajaan, dan transformasi.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Jepang sebagai negara besar dan maju memiliki kebudayaan yang kaya akan eksotisme dan mengundang banyak orang mempelajarinya . Sebagai salah satu negara kuat, baik dalam hal identitas dan kekuatan ekonomi yang mampu menyaingi keadidayaan Amerika Serikat dan mayoritas negara maju di benua Eropa, pengaruh Jepang tidak hanya dalam ruang lingkup ekonomi semata. Melalui jalur perekonomian, Jepang secara tidak langsung mulai menancapkan pengaruh-pengaruh kebudayaannya dalam komunitas masyarakat dunia. Hal ini membuat kebudayaan Jepang mulai diterima oleh masyarakat dengan kebudayaan berbeda dan menjadi salah satu kebudayaan yang universal.

Menurut C.K Luckhon dalam Koentjaraningrat (1976:203-204), unsur-unsur kebudayaan universal dalam kebudayaan di dunia ada tujuh buah unsur-unsur universal, yaitu : (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) mata pencaharian atau

ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) religi, (7) kesenian.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Yang termasuk dalam kesenian adalah didalamnya seni musik, seni tari, seni pahat/ukir, seni lukis, seni rupa dan lain-lain. Tato merupakan sebuah seni, dalam hal ini dapat digolongkan kedalam seni lukis. Secara spesifik, tato merupakan sebuah seni rajah tubuh yang berkembang di berbagai negara di dunia tidak terkecuali Jepang. Tato dianggap sebagai salah satu bentuk kesenian karena proses menato merupakan sebuah proses kreativitas yang


(15)

mencakup proses mendesain bentuk, aplikasi desain dalam media berupa tubuh manusia, hingga pewarnaan yang memerlukan tidak sekedar teknik, tapi juga

sense of art dan ketelitian.

Seni tato merupakan suatu hasil kebudayaan yang berupa gambar yang didalamnya terdapat makna. Makna pada gambar hanya dapat dipelajari melalui makna semiotik, dimana makna semiotik menurut Pierce (1992: 1), mengatakan: tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.

Beberapa kelompok masyarakat di dunia masih memandang tato sebagai hal yang negatif. Dalam artian bahwa orang yang memiliki tato dianggap sebagai orang yang jahat, preman atau merupakan perilaku kriminal dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, di Indonesia sendiri masih banyak kelompok masyarakat yang menilai orang-orang yang bertato sebagai orang jahat atau sering disebut dengan preman. Walaupun faktanya pada beberapa suku di Indonesia, tato merupakan bagian dari prosesi adat dan ritus keagamaan. Contohnya pada masyarakat suku Mentawai, Dayak, dan Bali.

Sementara itu di Jepang, orang yang memiliki tato identik dengan yakuza1. Yakuza secara umum diidentikkan dengan organisasi yang penuh dengan

kekerasan dan kekejaman sehingga ditakuti dalam masyarakat. Yakuza memiliki latar belakang yang panjang dan cukup unik sehingga membuatnya berbeda dari organisasi-organisasi kriminal lainnya di negara-negara lain di dunia.

___________ 1


(16)

Di Jepang sendiri tato pada awalnya merupakan sebuah bagian dari ritus keagamaan pada masyarakat asli Jepang yaitu bangsa Ainu di Zaman Jomon. Pada perkembangan selanjutnya, tato mulai mengalami pergeseran makna karena dijadikannya tato sebagai bentuk hukuman yang digunakan untuk mengasingkan pelanggar hukum dari masyarakat, yang biasanya terdapat di sekitar lengan untuk setiap kejahatan yang dilakukannya.

Tato pun dapat memiliki makna lain selain sebagai hukuman, diantaranya adalah sebagai penanda anggota suatu perkumpulan masyarakat. Jika setiap orang dalam satu kelompok masyarakat melakukan suatu kegiatan yang sama maka setiap orang di dalam kelompok itu juga harus melakukan hal yang sama. Hal tersebut juga berlaku dalam organisasi yakuza1 yang diidentikkan dengan tato.

Oleh karena itu semua anggota yakuza harus ditato. Pada saat ini tato digunakan sebagai simbol atau lambang dari masing-masing organisasi yakuza tempat dia bergabung.

Dalam bahasa Jepang, tato dikenal dengan istilah horimono ( 彫り物 )

Secara harfiah kata horimono berasal dari kata “hori” yang berarti ukiran atau pahatan. Sedangkan “mono” adalah barang atau benda. Jadi horimono adalah benda yang berukir atau berpahat. Namun kata tersebut biasanya digunakan untuk kegiatan mengukir/memberi ornamen pada mata pedang. Atau “irezumi (入れ墨 atau 入墨,)” secara harfiah berarti "memasukkan

merajah tubuh yang disebut “irezumi”. Akan tetapi irezumi selalu diidentikkan untuk merajah tubuh seorang kriminal.


(17)

Oleh karena itu lebih sering digunakan kata horimono untuk merujuk ke kegiatan pentatoan agar tidak selalu identik dengan narapidana (kriminal). Kata horimono dianggap lebih sopan dan dapat digunakan untuk menunjuk berbagai jenis rajahan (Animonster volume 119, Horimono:Japanese Tattoos Februari 2009).

Proses penatoan tradisional Jepang merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan. Peralatan yang digunakan terbuat dari tulang kayu yang dipahat dan pada ujungnya dipasang jarum. Proses ini memakan waktu yang tidak sebentar, bahkan untuk tato seluruh tubuh waktu yang diperlukan bisa mencapai lebih dari 100 jam tergantung dari gambar yang diinginkan oleh seseorang yang ingin membuat gambar tato tersebut.

Kegiatan menato seluruh tubuh ini bukan hanya digunakan oleh anggota

yakuza di Jepang. Kegiatan ini juga dilakukan oleh anggota kelompok mafia di

Amerika seperti Mara Salvatrucha atau yang lebih dikenal sebagai MS – 13 dan kelompok TRIAD yang merupakan bentuk lain mafia di negara China.

Umumnya pemilik tato menyatakan bahwa mereka menggambar tato di tubuhnya karena dianggap memiliki nilai artistik. Gambar yang biasa dijadikan desain tato adalah gambar binatang, gambar bunga, gambar dewa, gambar pahlawan dan tokoh kabuki. Dari setiap gambar tato tersebut memiliki makna simbolik masing-masing. Misalnya, ada yang bermakna pertahanan, pengawalan, kebahagiaan, ketabahan, keberuntungan, pengabdian, dan lain-lain. Keterkaitan antara gambar tato dan pemaknaan tersebut sangat menarik untuk dibahas pada skripsi ini. Dengan demikian, penulis dalam skripsi ini ingin membahas tentang


(18)

makna simbolik dari gambar-gambar tato tradisional Jepang (horimono) khususnya yang bergambar binatang.

Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk membahas mengenai tato tradisional Jepang (horimono), mulai dari sejarahnya, makna simbolik yang terkandung dalam setiap gambar horimono hingga perkembangannya.

1.2. Perumusan Masalah

Tidak mudah menghilangkan image negatif tato dalam masyarakat mengingat perkembangan tato yang diidentikkan dengan perkembangan aktivitas kriminalitas individu dan kelompok. Apalagi pembahasan yang cenderung terekspos mengenai tato di berbagai media baik itu cetak maupun elektronik memperburuk citra tato dengan hanya menampilkan tato sebagai representasi dari vandalisme (aktifitas perusakan dan kekerasan ) dan kriminalitas.

Namun tidak dapat dipungkiri masih banyak peminat tato sebagai seni yang bertahan ditengah terpaan isu dan kritik negatif masyarakat konservatif. Tato sebagai bentuk seni rupa memiliki sejarah yang awalnya positif dan tercatat sebagai bagian kebudayaan yang terus lekat dalam perkembangan masyarakat modern. Seperti tato Jepang (horimono/irezumi) yang telah berkembang ke berbagai penjuru dunia. Horimono terkenal karena keunikannya, keindahannya desain dan warnanya serta teknik pembuatannya yang tidak dapat disamakan dengan tato-tato lainnya yang ada di dunia ini.

Gambar-gambar horimono/irezumi biasanya berupa hewan-hewan mitologi tradisional, dewa-dewa, tokoh spiritual dan pahlawan, binatang,


(19)

tumbuhan seperti bunga peony yang merepresentasikan sebuah makna bagi pemilik tato. Sejarah unik dan makna simbolik yang terkandung dalam sebuah gambar tato tanpa disadari bagi masyarakat umum memiliki arti tersendiri, sama halnya dengan bentuk-bentuk seni lainnya yang ada dalam sebuah kebudayaan. Makna-makna simbolik yang terkandung dalam setiap gambar tato (horimono/irezumi) khususnya yang bergambar binatang seperti naga, singa anjing, kura-kura, harimau, ikan koi, dan ular yang masing-masing memiliki makna pertahanan, pengawalan atau perlindungan, panjang umur, kebahagiaan, kekuasaan, keganasan, ketekunan, keberanian, kesuburan dan lain-lain. Sehingga keterkaitan antara gambar tato dengan makna simbol tersebut menjadikan gambar tato ini menarik. Hal tersebut diatas menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti makna-makna yang terkandung dalam gambar-gambar tato tradisional Jepang (horimono) khususnya yang bergambar binatang dan menuntaskan pertanyaan-pertanyaan mengenai makna tato itu sendiri. Untuk itu penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Makna simbolik apa yang terkandung dalam gambar-gambar binatang pada tato Jepang (horimono/irezumi) ?

2. Bagaimanakah pandangan orang Jepang mengenai makna-makna yang terdapat dalam gambar-gambar tato Jepang (horimono/irezumi) ?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasannya penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan


(20)

berkembang jauh sehingga masalah yang akan dibahas dapat lebih terarah dalam penulisan nantinya.

Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang akan dibahas difokuskan pada interpretasi makna simbolik yang terkandung pada tato tradisional Jepang yang bergambar binatang yang umumnya sering digunakan sebagai objek pembuatan tato . Untuk mendukung penelitian ini penulis akan menjelaskan juga mengenai :

1. Pengertian dan sejarah tato secara umum

2. Makna yang terkandung dalam gambar horimono/irezumi yang bergambar binatang

3. Gambar-gambar tato

4. Pandangan masyarakat Jepang tentang tato atau horimono/irezumi

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Menganalisa data pada umunya ataupun isi dari suatu kebudayaan masyarakat tertentu, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu unsur-unsur kebudayaan universal (cultural universal).

Kebudayaan universal adalah unsur-unsur yang ada dalam semua kebudayaan di seluruh dunia, baik yang kecil, yang bersahaja, terisolasi maupun yang besar dan kompleks dengan suatu jaringan hubungan yang luas.

Menurut Suryohadiprojo (1982 : 192), kebudayaan adalah hasil dari budi-daya dan hasil dari pemikiran manusia.

Menurut C.K Luckhon dalam Koentjaraningrat (1976:203-204), unsur-unsur kebudayaan universal dalam kebudayaan di dunia ada tujuh buah


(21)

unsur, yaitu : (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) mata pencaharian atau

ekonomi, (4) organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) religi, (7) kesenian.

Tato merupakan bagian dari hasil kesenian, termasuk didalamnya horimono/irezumi di Jepang.

Tato merupakan adaptasi dari bahasa Inggris, yaitu tattoo yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “rajah”. Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi Edisi ke-4 (2008) tato adalah gambar (lukisan) pada kulit tubuh. Tato merupakan salah satu seni body decorating dengan menggambar kulit tubuh dengan alat tajam (berupa jarum, tulang, dan sebagainya), kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna-warni.

1.4.2.Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan landasan teori dalam mengungkapkan kebenaran yang terdapat di dalamnya. Jika membicarakan makna simbolik yang terkandung dalam horimono atau irezumi, erat kaitannya dengan simbol atau gambar yang ada pada tubuh seseorang. Oleh karena itu, pembahasan mengenai makna simbolik horimono/irezumi memerlukan pendekatan semiotik atau teori semiotika. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.

Makna semiotik menurut Pierce (1992: 1), yaitu ia mengatakan tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.


(22)

Selain itu, penulis juga menggunakan teori interaksi simbolik yang bercikal bakal dari faham fenomenologi, berusaha memahami tentang suatu “gejala” erat hubungannya dengan situasi, kepercayaan, motif pemikiran yang melatarbelakangi. Moeleong, (2000:9) mengatakan, ”Penekanan kaum

Fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mangerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.”

Teori interaksi simbolik berpandangan bahwa seseorang berbuat dan bertindak bersama dengan orang lain, berdasarkan konsep makna yang berlaku pada masyarakatnya; makna itu adalah produk sosial yang terjadi pada saat interaksi; aktor sosial yang terkait dengan situasi orang lain melalui proses interpretasi atau tergantung kepada orang yang menafsirkannya (Jhonson Pardosi dalam Logat Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008).

Interaksi simbolik menurut Effendy (1989: 352) adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan.

Selain itu, penulis juga akan menyinggung tentang sejarah munculnya tato sehingga dalam penelitian ini penulis juga akan menggunakan pendekatan historis. Menurut Ratna (2004 : 66), pendekatan historis melihat konsekuensi


(23)

karya sastra sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas dimana karya sastra adalah gambaran kehidupan masyarakat di zamannya. Dalam perjalanan historisnya, horimono/irezumi mengalami perkembangan dan mengalami banyak perubahan mulai dari cara pembuatannya hingga makin banyaknya pilihan gambar. Dan perubahan-perubahan tersebut tidak lepas dari kondisi masyarakat pendukungnya.

Berdasarkan beberapa pendekatan diatas seperti pendekatan semiotik, digunakan penulis untuk menginterpretasikan tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada dalam tato. Pendekatan interaksi simbolik digunakan penulis untuk menjelaskan segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol. Dan pendekatan historis digunakan penulis untuk menjelaskan tentang sejarah tato.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah tato dan horimono/irezumi

serta perkembangannya hingga sekarang.

b. Untuk mengetahui makna simbolik apa saja yang terkandung dalam setiap gambar horimono/irezumi.


(24)

1.5.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat dan berguna bagi pihak-pihak tertentu, yaitu :

1. Bagi peneliti sendiri dapat menambah wawasan mengenai sejarah dan perkembangan tato serta makna yang terkandung dari setiap gambar horimono/irezumi atau tato Jepang khususnya yang bergambar binatang.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa Sastra Jepang pada khususnya tentang makna dari gambar horimono/irezumi yang bergambar binatang.

1.6. Metode Penelitian

Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan semiotik, dimana penelitian ini dilakukan seobjektif mungkin berdasarkan fakta yang ada dengan pengkajian tanda atau simbol dan makna.

Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dalam memecahkan masalah penelitian, mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data.

Menurut Endraswara (2008:5), metode penelitian yang menggunakan metode deskriptif merupakan sebuah penelitian terurai dalam bentuk kata-kata


(25)

atau gambar jika diperlukan, bukan berbentuk angka. Penelitian ini juga mencakup penelitian secara kualitatif.

Endraswara (2008:5) kembali menjabarkan bahwa penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang tidak menggunakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Dengan metode tersebut diatas, penulis akan menganalisa makna simbolik yang terdapat dalam horimono atau irezumi melalui gambar-gambarnya.

Untuk dapat mendeskripsikan suatu masalah dengan tepat dan akurat serta penelitian yang berkesinambungan berkesinambungan maka sebagai pendukung digunakan metode kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang ditujukan untuk mewujudkan jalan memecahkan permasalahan penelitian. Beberapa aspek penting perlu dicari dan digali, meliputi : masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan dan saran

(Nasution, 2001 : 14)

Dengan kata lain, studi kepustakaan (library research) adalah pangumpulan data dengan cara membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Data yang diperoleh dari referensi tersebut kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan serta saran. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode terjemahan ( translation method ) yaitu metode yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan (analisis, pengalihan, penyerasian) penerjemahan (Machali, 2000 : 48). Karena data dan sumber bacaan yang diperoleh hampir seluruhnya menggunakan teks bahasa Inggris.


(26)

Dalam metode ini, penulis memanfaatkan sumber-sumber yang didapatkan dari koleksi pribadi dan koleksi buku di perpustakaan pusat USU, perpustakaan pusat dan jurusan Sastra Jepang Universitas Bung Hatta, perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan serta jurnal-jurnal ataupun artikel-artikel yang dimuat di majalah maupun internet sebagai sumber data.


(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM MAKNA SIMBOLIK PADA TATO

(HORIMONO/IREZUMI) DALAM MASYARAKAT JEPANG

2.1. Pengertian Tato

Mengekspresikan pemikiran suatu emosi dapat dilakukan dengan berbagai cara oleh manusia dan salah satu caranya adalah dengan pembuatan tato. Oleh sebab itu, tato merupakan sebuah pernyataan untuk menyampaikan ungkapan dengan melalui gambar-gambar tato yang memiliki fungsi dan makna bagi pemakainya.

Tato dianggap sebagai kegiatan seni karena di dalamnya terdapat kegiatan menggambar pola atau desain tato. Seni adalah “karya”, “praktik”, alih-ubah tertentu atas kenyataan, versi lain dari kenyataan, suatu catatan atas kenyataan”. Nilai seni muncul sebagai sebuah entitas yang emosional, individualistik, dan ekspresif. Seni menjadi entitas yang maknawi. Berkaitan dengan tato, ia memang dapat dikategorikan sebagai entitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat, dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana, bahagia, emosional, hingga individual dan subjektif (Sumardjo, 2000: 15-18). Dalam “General Anthropology” milik Melville Jacobs dan Bernhard J. Stern, tato merupakan salah satu bentuk dari seni grafis (1952:260).


(28)

yang konon artinya tanda atau menandakan sesuatu. Dalam Ensiklopedia

Indonesia (1984:241) dijelaskan :” Tato lukisan berwarna yang permanen pada

kulit tubuh. Caranya ialah dengan melubangi kulit dengan ujung jarum yang halus untuk kemudian memasukan zat warna ke dalam luka-luka itu. Biasanya suatu pola tidak diselesaikan sekaligus. Tato disukai para pelaut, prajurit,dan petualang.

Tato merupakan adaptasi dari bahasa Inggris, yaitu tattoo yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “rajah”. Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi Edisi ke-4 (2008) tato adalah gambar (lukisan) pada kulit tubuh. Tato merupakan salah satu seni body decorating dengan menggambar kulit tubuh dengan alat tajam (berupa jarum, tulang, dan sebagainya), kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna-warni.

Dalam bahasa Jepang, tato dikenal dengan istilah horimono ( 彫り物 ) “hor i ( 彫り)” yang berarti ukiran atau pahatan. Sedangkan “mono (物)” adalah

barang atau benda. Jadi horimono adalah benda yang berukir atau berpahat. Atau “irezumi (入 れ 墨 atau 入 墨,)” secara harfiah berarti "memasukka

Menurut Richie dan Buruma (1982:12) dijelaskan : “Pada awalnya kedua kata ini mempunyai makna yang berbeda walaupun lama-kelamaan keduanya mempunyai arti yang sama. Tetapi apabila dilihat dari karakter huruf kanjinya, kedua kata ini memang memiliki karakter yang berbeda walaupun pengertiannya tidaklah terlampau berbeda seperti keterangan berikut : (1) Irezumi : ire is renyokei of the verb Iru(-/2),’to put in, bringin, stow in, adm it, in sert; zumi comes from sumi, ‘India(Chinese) ink’. The Literal meaning of the compound is


(29)

‘inking’. ;(2) Horimono : hori is renyokei of the verb horu, to engrave, picture, in cise, followed by mono object, thing here used as nomilizer.

Kedua istilah tersebut memerlukan waktu yang cukup lama sebelum kedua kata tersebut memiliki satu pengertian. Pada pertengahan abad ke-17, kata Irezumi lebih mengarah kepada pengertian tato yang diberikan pada para kriminal sebagai hukuman sehingga orang memang dipaksa untuk ditato. Sedangkan Horimono adalah orang yang ditato secara sukarela sehingga orang yang bertato dapat menentukan model, gambar atau tulisan yang dikehendaki. Namun setelah hukuman dengan tanda kenal tato dihapuskan sekitar tahun 1720, maka tato dikenal dengan istilah Irezumi yang tidak lagi punya hubungan dengan kriminal.

Tetapi ada pula yang ditulis dengan huruf bunshin dengan karakter 纹身

yang secara harfiah berarti menghias tubuh (bun = menghiasi, shin = tubuh). Namun demikian ucapannya tetap irezumi walaupun huruf (irezumi) masih tetap digunakan. Selain ditulis dengan (bunshin), tato juga ditulis dengan huruf horiire mon, mon yang berarti membuat pola dan dibeberapa wilayah seperti di Saka dan Kyoto, tato disebut irebokuro. Tato semacam ini terkenal dikalangan wanita penghibur yang umumnya dipakai sebagai pernyataan setia terhadap kekasihnya atau pria pelanggannya.

Pada awal pemerintahan Meiji (1868-1912) terjadi beberapa perubahan dalam penggunaan pengertian tato, (1) digunakan istilah irezumi, yang mempunyai kaitan dengan hukum; (2) bunshin; (3) tetap diucapkan sebagai irezumi atau shisei.


(30)

Karakter yang menggabungkan 刺 青 makna "menembus", "menusuk",

atau "tusuk", dan "biru" atau "hijau", merujuk pada dengan tangan . Pengertian pada huruf pertama berarti tato adalah menusuk atau melubangi, sedangkan huruf yang kedua berarti hijau atau biru. Walaupun tato pada umumnya dibuat dengan menggunakan tinta hitam, tetapi apabila sudah masuk kedalam kulit warnanya akan tampak membiru. Hal inilah yang menyebabkan huruf terakhir itu disebut biru. Berdasarkan kedua istilah tersebut maka pengertian tato di Jepang, terdapat dua pengertian : (1) istilah irezumi lebih umum digunakan bagi para kriminal, bersifat khusus; (2) istilah horimono lebih kepada keinginan pribadi, bersifat umum.

2.2. Sejarah Tato

Tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang konon artinya tanda. Walaupun bukti-bukti sejarah tato ini tidak begitu banyak, tetapi para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun SM. Zaman dahulu tato semacam ritual bagi suku-suku kuno, seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dll. Menurut sejarah bangsa Mesir-lah yang menjadi biang perkembangan tato di dunia. Bangsa Mesir dikenal sebagai bangsa yang terkenal kuat, jadi karena ekspansi mereka terhadap bangsa-bangsa lain, seni tato juga ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani, Persia dan Arab.

Alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato diantaranya, yaitu bagi bangsa Yunani kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota dari badan intelijen mereka, alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan


(31)

budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan

Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai

tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di atas, orang-orang

Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak

laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu.

Bukti awal tato di Jepang ditemukan dalam bentuk patung-patung tanah liat yang memiliki wajah yang dicat atau diukir untuk mewakili tanda tato. Angka-angka tertua dari jenis ini telah pulih dari makam tanggal ke 5000 SM atau lebih tua.

Catatan tertulis pertama dari tato Jepang ditemukan dalam kompilasi sejarah dinasti Cina. Menurut teks Jepang, “wajah laki-laki tua dan muda ditato semua dan menghias tubuh mereka dengan desain.” Tato Jepang juga disebutkan dalam sejarah Cina lainnya, tetapi hampir selalu dalam konteks negatif. Orang-orang Cina menganggap tato sebagai tanda dan digunakan hanya sebagai hukuman.

Pada saat awal abad ke-7 penguasa Jepang telah mengadopsi banyak gaya, budaya yang sama dan sikap Cina, dan sebagai hasilnya tato dekoratif jatuh ke ketidakkasihan resmi. Pada awal abad ke-17, ada kodifikasi yang berlaku umum. Tanda tato digunakan untuk mengidentifikasi penjahat dan orang-orang di Jepang. Orang buangan adalah tato di lengan: salib mungkin tato di lengan bagian dalam, atau garis lurus di bagian luar lengan bawah atau di lengan atas. Penjahat ditandai


(32)

dengan berbagai simbol yang ditunjuk tempat dimana kejahatan itu dilakukan. Dalam satu daerah, yang pictograph untuk "anjing" adalah tato di dahi penjahat. Tanda lainnya termasuk pola yang termasuk bar, salib, garis ganda, dan lingkaran pada wajah dan tangan. Tato itu diperuntukkan bagi mereka yang melakukan kejahatan serius, dan perseorangan tanda tato yang dikucilkan oleh keluarga dan membantah semua partisipasi dalam kehidupan masyarakat. Untuk hukuman pidana, tato adalah bentuk yang sangat parah dan mengerikan dari hukuman. Pada akhir abad ke-17, tato sebagian besar telah digantikan oleh bentuk-bentuk lain dari hukuman. Salah satu alasan adalah bahwa tato dekoratif menjadi populer, dan penjahat menutupi tato pidana mereka dengan tato dekoratif yang lebih besar. Hal ini juga dianggap asal historis dari asosiasi kejahatan tato dan terorganisir di Jepang. Laporan awal dari tato dekoratif yang ditemukan dalam fiksi dipublikasikan menjelang akhir abad ketujuh belas.

Gambar tato berkembang selama abad 17 sehubungan dengan budaya populer Edo, seperti Tokyo kemudian disebut. Pada awal abad ke-18, penerbit diperlukan ilustrasi untuk novel, teater diperlukan iklan untuk memainkan mereka dan cetak blok kayu Jepang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan paralel blok kayu cetak, dan memiliki pengaruh besar pada, perkembangan seni tato. " Karena hubungan antara pidana dan aktivitas tato, tato itu dilarang dengan alasan bahwa itu "merusak dengan moral publik."

Tato terus berkembang di antara petugas pemadam kebakaran, buruh dan lain-lain dianggap berada di ujung bawah skala sosial. Tato sangat disukai oleh kelompok-kelompok yang disebut Yakuza, penjahat, petani miskin, buruh dan


(33)

mereka. Yakuza merasa bahwa karena tato itu menyakitkan, itu adalah bukti keberanian, karena permanen, itu bukti loyalitas seumur hidup untuk kelompok; dan karena itu ilegal, itu membuat mereka penjahat selamanya.

Sekitar pertengahan abad ke-18, popularitas tato distimulasi oleh sebuah novel Cina terkenal, Suikoden. Tato versi Jepang Suikoden digambarkan oleh berbagai artis, masing-masing dibuat cetakan dengan interpretasi baru dari tato yang dijelaskan dalam novel. Novel ini dan ilustrasi baru mempengaruhi semua seni dan budaya Jepang.

Pada abad ke-19 ( tahun 1867), yang terakhir dari shogun Tokugawa dijatuhkan dan kaisar itu dikembalikan ke kekuasaan. Undang-undang terhadap tato yang ketat karena penguasa baru takut bahwa adat Jepang akan tampak konyol, barbar dan Barat. Ironisnya, di bawah undang-undang baru seniman tato Jepang diizinkan untuk tato asing tetapi tidak Jepang. Para master studio tato terbaik didirikan di Yokohama dan melakukan banyak usaha tato pelaut asing. Keterampilan mereka begitu besar sehingga mereka menarik sejumlah klien yang sangat terkenal termasuk Duke of York (Raja George V), Czarevich Rusia (Czar Nicholas II), dan pejabat Eropa lainnya.

Para empu tato Jepang juga terus tato klien Jepang secara ilegal, tetapi setelah pertengahan abad ke-19, tema dan teknik tetap tidak berubah. Tato klasik Jepang terbatas pada desain tertentu yang merupakan pahlawan legendaris dan motif agama yang dikombinasikan dengan hewan simbolik tertentu dan bunga dan berangkat dengan latar belakang gelombang, awan dan baut petir.


(34)

Desain asli yang digunakan dalam tato Jepang diciptakan oleh beberapa seniman ukiyoe terbaik. Para empu tato disesuaikan dan disederhanakan ini desain untuk membuat mereka cocok untuk tato, tapi tidak menciptakan desain sendiri.

Tato Jepang tradisional berbeda dari tato Barat dalam yang terdiri dari desain utama tunggal yang mencakup belakang dan meluas ke, kaki tangan dan dada. Desain memerlukan komitmen besar waktu, uang dan energi emosional. Selama sebagian besar dari abad ke-19, seorang seniman dan tato yang bekerjasama. Artis gambar menggambar dengan kuas pada kulit pelanggan, dan penato hanya disalin.

Pada abad ke-20 (tahun 1936), ketika pertempuran pecah di Cina, hampir semua orang-orang itu direkrut menjadi tentara. Orang dengan tato yang dianggap masalah disiplin, sehingga mereka tidak dirancang dan pemerintah mengeluarkan peraturan terhadap tato. Setelah itu tattooists harus bekerja secara rahasia. Setelah Perang Dunia II, Jenderal MacArthur liberalisasi hukum Jepang, dan tato menjadi hukum lagi. Tetapi seniman tato terus bekerja secara pribadi oleh pengangkatan, dan tradisi ini terus berlanjut hari ini.

2.3. Konsep Makna Simbolik

Dalam skripsi ini penulis menggunakan teori interaksi simbolik yang bercikal bakal dari faham fenomenologi, berusaha memahami tentang suatu “gejala” yang erat hubungannya dengan situasi, kepercayaan, motif pemikiran yang melatarbelakanginya. Moeleong, (2000:9) mengatakan, ”Penekanan kaum

Fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka


(35)

mangerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.”

Interaksi simbolik menurut Effendy (1989: 352) adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan.

Teori interaksi simbolik berpandangan bahwa seseorang berbuat dan bertindak bersama dengan orang lain, berdasarkan konsep makna yang berlaku pada masyarakatnya; makna itu adalah produk sosial yang terjadi pada saat interaksi; aktor sosial yang terkait dengan situasi orang lain melalui proses interpretasi atau tergantung kepada orang yang menafsirkannya (Jhonson Pardosi dalam Logat Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008).

Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-

Turner (2008: 96), interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka

referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia.

Penulis mendefinisikan interaksi simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau


(36)

simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun perilaku non verbal, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau simbol (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah atau kelompok komunitas masyarakat tertentu.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:

1. Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.

2. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.


(37)

3. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

2.4. Pandangan Masyarakat Jepang Tentang Horimono/Irezumi

Seni tato bergerak dan berubah dalam berbagai bentuk dan pemaknaan. Mulai dari fungsi-fungsi tradisional yang religius sebagai simbol status, kemudian ada masa ketika orang bertato harus ditembak mati, sampai pada saat ini tato sebagai tren fashion. Pemaknaan itu merupakan hal yang menjadi sudut pandang atau pemaknaan dari masyarakat. Bagaimana kondisi sosial menentukan nilai bagi subjek-subjek material seperti tato yang akan memberi pengaruh secara langsung terhadap penggunanya. Perubahan sosial masyarakat dalam memaknai tato ini berkaitan dengan kepentingan yang ada saat ini. Kemudian, bila dilihat secara antropologis maka pemaknaan dan fungsi dari tato ini berkaitan dengan teori struktural fungsional. Secara struktural, penggunaan tato berpengaruh pada tingkat kelompok masyarakat tertentu. misalnya, penggunaan tato pada masyarakat Mentawai tentu memiliki makna tersendiri. Tato merupakan roh kehidupan. Tato memiliki empat kedudukan pada masyarakat ini, salah satunya adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun sikerei, misalnya, berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Tato juga


(38)

dipakai oleh kepala suku (rimata) Selain itu, bagi masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam masyarakat itu, benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. Tato, juga dipakai pada seniman tato (sipatiti). Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh media akhirnya stigma mengenai tato (bahwa tato = penjahat, kriminalitas, dan lain-lain) mulai berkurang. Karena masyarakat sendiri yang menilai bahwa tato tidak selamanya seperti itu.

Perubahan nilai terhadap tato ini sangat dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Kita harus memperhatikan konteks yang ada pada zaman ini. Tato tradisional mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius dan magis karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Kemudian ada suatu masa ketika tato tersebut menyandang stigma yang negatif. Seperti pada kelompok Yakuza di Jepang, mereka menggunakan horimono (tato tradisional Jepang) pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat dengan hal-hal kriminal (seperti perjudian, narkoba), maka masyarakat terkonstruksi untuk melihat tato sebagai hal yang negatif. Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini. Masyarakat mulai memahami tato sebagai simbol-simbol ekspresi seni dan sebagainya sehingga pemakaian tato lebih cenderung ke arah populer. Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif, memang, namun hal ini dapat dipandang sebagai counter culture yang memberi perubahan dan variasi dalam kehidupan masyarakat.


(39)

Dilihat secara artistik, tato memang memiliki fungsi estetika. Tato dipandang sebagai wujud ekspresi seni. Seni tato sekarang ini menempati suatu kedudukan khusus dan menjadi pilihan di dunia fashion. Tato dapat disejajarkan sebagai sebuah aksesori pelengkap gaya berpakaian masyarakat sekarang ini, terutama di kalangan anak muda di kawasan urban. Sebagian masyarakat masih ada yang menganggap tabu, tapi memiliki tato adalah selayaknya memakai “pakaian lain” dalam pakaian menurut sebagian penikmat tato. Dalam citra tato, khususnya dalam kombinasi dengan air yang mengalir itu melambangkan : keberanian, kemampuan untuk mencapai tujuan yang tinggi, dan mengatasi kesulitan hidup.

Selain anak-anak muda, banyak orang yang lebih dewasa pun memilih untuk mempunyai tato di tubuhnya, sebagai pelengkap fashion dan mengikuti tren yang ada karena tren fashion dalam industri budaya pop berlaku bagi siapapun dan memasyarakat. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama dalam bergaya, tergantung dari pilihan-pilihan individual masing-masing. Semua orang boleh menunjukka n gayanya yang khas sebagai sebuah self image yang akan dikenakannya untuk dijadikan performa dalam bermasyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Idy Subandi Ibrahim sebagai pengantar dari buku Lifestyles :

Sebuah Pengantar Komprehensif (David Chaney, 2003) bahwa “kita bergaya,

maka kita ada”.

Di Jepang, tubuh diperlakukan sebagai sebuah kanvas keseluruhan, tato adalah sebuah karya seni yang dapat berlangsung berjam-jam untuk menyelesaikan. Mungkin ini adalah keinginan untuk memperoleh lencana dari


(40)

milik atau untuk menjalani ritual yang menandai transisi ke dewasa. Atau mungkin mereka melihat tato mereka sebagai talismen agar mereka tetap aman dari bahaya atau penyakit. Apapun motivasi mereka, sekali memakai tato, mereka tidak akan sepenuhnya telanjang lagi. Tetapi, biasanya para pengguna tato adalah orang yang sangat rahasia yang cenderung memilih untuk tidak menampilkan hiasan mereka di depan umum dan lebih memilih memakai mantel hapi tradisional tanpa takut eksposur.

Seperti pemaknaan tato yang sebenarnya juga tergantung pada interpretasi dari individu itu sendiri. Tato yang pada awalnya hanya digunakan sebagai simbol kekuasaan dan kedudukan sosial sampai akhirnya tato dijadikan sebagai trend fashion. Jadi, penilaian bahwa tato itu baik atau buruk tergantung dari kondisi sosial yang ada. Fungsi sosial tato pada masyarakat tradisional dengan masyarakat urban juga berbeda. Bila pada masyarakat tradisional, tato memiliki fungsi religius politis, tetapi pada masyarakat urban fungsi tato lebih cenderung ke art (seni).

Perubahan nilai terhadap tato ini sangat dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Kita harus memperhatikan konteks yang ada pada zaman ini. Tato tradisional mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius dan magis karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Kemudian ada suatu masa ketika tato tersebut menyandang stigma yang negatif. Seperti pada kelompok Yakuza di Jepang, mereka menggunakan horimono (tato tradisional Jepang) pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat dengan hal-hal kriminal


(41)

(seperti perjudian, narkoba), maka masyarakat terkonstruksi untuk melihat tato sebagai hal yang negatif. Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini. Masyarakat mulai memahami tato sebagai simbol-simbol ekspresi seni dan sebagainya sehingga pemakaian tato lebih cenderung ke arah populer. Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif tersebut, namun hal ini dapat dipandang sebagai counter culture yang memberi perubahan dan variasi dalam kehidupan masyarakat atas pemaknaan tato.


(42)

BAB III

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK YANG TERKANDUNG

DALAM GAMBAR TATO TRADISIONAL JEPANG

BERGAMBAR BINATANG (HORIMONO/ IREZUMI)

Dalam bab ini akan dibahas secara mendalam makna simbolik yang terkandung dari tato tradisional Jepang (horimono/irezumi), khususnya yang bergambar binatang. Binatang-binatang yang banyak dijadikan untuk objek dalam pembuatan tato diantaranya, yaitu :


(43)

Restraint (Pertahanan) pada masyarakat Jepang sering kali disimbolkan dengan gambar naga. Gambar Naga memiliki pengertian yang berbeda pada tiap-tiap negara. Contohnya di Amerika (American dragon) , Naga melambangkan ‘Kekuatan’, sementara Naga Jepang (Japanese Dragon), melambangkan ‘Keinginan (cita-cita) dan Kepintaran’ , biasanya untuk Japanese Dragon di gabung dengan Macan untuk menvisualkan ‘Keinginan dan Keindahan’. Menurut tradisi di Jepang, naga menjabat sebagai dewa.

Simbol Naga adalah salah satu simbol yang sangat populer di Jepang. Sejarah Jepang menunjukkan kepada kita bahwa naga itu adalah simbol umum untuk ornamen atau dekorasi di semua aspek dari kehidupan masyarakat Jepang sehari-hari. Simbol naga juga sering digunakan pada pakaian atau jubah raja. Hal ini dikarenakan naga dianggap sebagai salah satu binatang mistis yang paling indah dan dapat diartikan sebagai simbol kekayaan. Naga yang dipercaya dapat hidup di air dan di udara serta memiliki kekuatan api menjadi alasan masyarakat Jepang mengaguminya. Naga adalah seekor binatang yang memiliki tenaga dan kekuatan yang super kuat. Naga digambarkan sebagai seekor ular raksasa yang memiliki tanduk dari rusa, sisik dari ikan gurami, empat cakar dari elang, jiwanya berasal dari setan dan misterius, jenggot serta kumis seperti lidah tambahan di bahu dan punggung.

Hal inilah yang membuat banyak penikmat tato untuk menggambar tubuhnya dengan gambar Naga. Fakta bahwa penampilan fisik naga begitu memikat adalah apa yang membuat mereka menjadi desain tato yang paling populer.


(44)

Horikin, salah satu seniman tato terkenal di Jepang yang lebih

mengkhususkan diri pada pembuatan tato bergambar naga diseluruh tubuh. Menurut Horikin, pelanggannya banyak meminta gambar tato naga pada salah satu bagian tubuh, yaitu pada lengan kanannya, mungkin juga untuk merayakan tahun naga, lima puluh tahun dari oriental zodiak, atau mungkin untuk “menguatkan” tangan kanannya.

3.2. Singa Anjing ( Lion Dog )

Singa sebaga olah kita sedang mengincar, atau kita berada dalam posisi untuk mempertahankan


(45)

diri. Bermimpi singa mungkin juga menjadi tanda kebutuhan kita untuk berkomunikasi dengan emosi kita, dan menjinakkan mereka jika diperlukan. Selain itu singa juga dapat melambangkan keberanian, kewaspadaan dan keabadian.

Dala Fu legendaris Anjing juga merupakan penjaga ruang suci dan mewujudkan konsep perlindungan juga. Anjing dianggap sangat menguntungkan. Dalam anjing kebijaksanaan Asia menjadi simbol kepatuhan dan kesejahteraan. Selain itu, anjing juga dapat menyimbolkan: keyakinan, loyalitas, kekuatan, komunitas, persahabatan, ketaatan, perlindungan, keberanian, intelijen, bimbingan, penentuan, kesetiaan, persepsi, perwalian, kerja sama, kepanjangan daya akal, komunikasi, dan tanggapan pancaindera.

Singa anjing yang dimaksud disini bukanlah dua hewan yang digambar bersamaan, melainkan perawakan singa yang digabung dengan perawakan anjing. Pada masyarakat Jepang sendiri ada sejarah yang menceritakan tentang hewan ini, yaitu pada tahun sekitar 200 SM. Pada saat itu kaisar wanita Jingo menyerang Korea lalu raja Korea bersumpah untuk membela istana kekaisaran Jepang dalam keabadian. Karena hal itu, Horigoro III sebagai seniman tato Jepang menggambar seluruh patung batu atau porselen yang sekarang ini banyak kita lihat ditempat-tempat suci Jepang, kuburan, dan rumah pribadi yang telah menjadi simbol pengawalan, pelindung suaka yang terinspirasi dari karakter anjing Korea (koma

inu) yang sama bagusnya dengan karakter singa Cina (kara shishi). Karakter

anjing singa menyimbolkan keganasan yang selalu berlawanan dengan bunga


(46)

Kulit kepala dari koma inu yang dianggap begitu tangguh juga digunakan untuk simbol helm militer yang dianggap kebal terhadap anak panah. Karakter anjing sendiri pada umumnya juga berpikir menjadi seorang pengawal yang setia kepada bayi-bayi dan anak-anak.

3.3. Kura-kura ( Turtle )

Kura-kura di dalam horimono melambangkan kebahagiaan (felicity). Kura-kura merupakan hewan reptil yang sudah ada sejak 340 juta tahun yang lalu dan memiliki keunikan serta keindahan. Keindahannya terpancar dari karakter tempurung, keindahan warna, bentuk dan kebesaran hidup kura-kura. Dari hal


(47)

tersebut dapat menjadi alasan seseorang untuk menato tubuhnya dengan gambar kura-kura.

Kura-kura adalah simbol dari panjang umur sejak dia dianggap dapat hidup “selamanya”. Pada gambar tersebut, pola kura-kura digambar diatas kaki kanan dan ditambah gambar “kotobuki” sehingga menjadi lambang “keselamatan” atau “kebahagiaan”. Selain itu kura-kura juga menyimbolkan : pesanan, penciptaan, kesabaran, kekuatan, stabilitas, kemurnian, daya tahan dan perlindungan. Kura-kura melambangkan makna umur panjang dalam banyak kebudayaan tidak terkecuali di Jepang.

Karakter Jepang untuk kura-kura memperlihatkan kepala seperti ular di bagian atas dengan cakar di sebelah kiri dan tempurung disebelah kanan, dan ekor di bagian bawah. Kura-kura dianggap sebagai kepala dari binatang-binatang bertempurung. Kura-kura mempunyai kepala ular dengan leher naga.

Kura-kura adalah salah satu dari empat roh binatang di Jepang, bersama dengan phoenix, naga dan unicorn. Kura-kura melambangkan umur panjang sedangkan ikan emas ( koi ) lambang kekayaan .


(48)

3.4 Harimau ( Tiger )

Harimau dapat melambangkan rasa tidak terkalahkan atau kekuasaan. Nafsu atau keinginan, keganasan, sensualitas, kecepatan dan keindahan adalah beberapa hal yang dikaitkan dengan harimau di Jepang. Hewan ini juga dikenal karena kekejaman dan kemurkaannya sehingga merupakan simbol yang sangat populer digunakan di banyak kebudayaan di Asia. Karena alasan diataslah simbol ini sangat populer dalam seni tato di Jepang.

Simbol Harimau sendiri cukup banyak digunakan oleh raja-raja di Eropa. Sedangkan di Jepang simbol harimau telah digunakan untuk berbagai tujuan dalam tradisi. Dari menjadi simbol untuk mengusir kejahatan itu juga menjadi


(49)

simbol yang mewakili kualitas destruktif kejahatan. Hal ini juga diberikan sebagai hadiah kepada pasangan yang baru menikah serta anak-anak yang mencapai usia pubertas. Menurut kepercayaan tradisi masyarakat Jepang jika Anda melihat harimau dalam mimpi itu menandakan kedatangan kekuatan baru jalan. Orang yang lahir pada tahun harimau diyakini emosional, sensitif dan penuh kasih. Pada saat yang sama mereka dianggap keras kepala dan egois.


(50)

Ikan koi mungkin simbol yang paling kuat kedua di desain tato pada umumnya, tetapi juga mondar-mandir di Jepang. Ikan koi dapat dilihat di depan hampir setiap candi di seluruh Jepang. Mitos menyatakan bahwa ikan Koi berenang kembali ke sungai melawan arus untuk akhirnya membaca sebuah jembatan atau pintu gerbang. Jika mereka bisa membuat ke gerbang itu diubah menjadi naga dan terbang ajaib untuk memulai hidup baru. Simbolisme dibalik desain ini adalah salah satu ketekunan yang merupakan konsep yang sangat mendalam dan penting bagi Jepang.

Mungkin mengejutkan bagi bangsa barat adalah banyaknya jumlah mitos kuno yang mengelilingi ikan indah ini di Timur dan status tinggi mereka di sana. Umumnya dikenal di sini sebagai ikan berwarna cerah yang ada di kolam umum dan air mancur. Ikan mas yang dalam bahasa Jepang disebut dengan koi, dapat ditemukan dalam warna yang mencakup putih, kuning, emas, oranye mendalam, dan beberapa bahkan belacu berwarna. Khususnya spesimen yang indah telah dikenal untuk mendapatkan harga yang lebih dari setengah juta dolar dari kolektor swasta yang mengkhususkan diri dalam pemuliaan mereka terhadap ikan koi. Namun, koi lebih dari sekedar ikan berwarna-warni. Hal ini juga salah satu yang paling populer dan indah dalam simbol tato Jepang - kecantikan yang tidak dapat dipungkiri dalam makna simbolik.. Meskipun berasal dari Cina, ikan mas kini dirayakan secara luas di Jepang, terutama untuk kualitas jantannya. Dikatakan berani memanjat air terjun, dan jika tertangkap, terletak pada talenan menunggu pisau tanpa bergetar, tidak seperti seorang samurai (prajurit) menghadap pedang. Tema ini menurut Cina kuno, dimana legenda menceritakan tentang bagaimana setiap koi yang berhasil mendaki jatuh pada titik yang disebut Dragon Gate (di


(51)

Sungai Kuning) akan berubah menjadi naga. Berdasarkan legenda tersebut, itu menjadi simbol aspirasi duniawi dan kemajuan. Akhirnya, ikan dihubungkan dengan banyak kualitas positif maskulin dan sehingga ditetapkan sebagai Festival Anak Laki-laki tahunan di Jepang di mana bahkan hari ini berwarna-warni, streaming bendera koi secara tradisional ditampilkan untuk setiap anak dalam keluarga. Dalam citra tato, khususnya dalam kombinasi dengan air yang mengalir, itu melambangkan lebih sama: keberanian, kemampuan untuk mencapai tujuan yang tinggi, dan yang hidup kesulitan mengatasi.

3.6 Ular ( Snake )


(52)

dan kekuatan seksual feminin. Adam dan Hawa dan Ular di Taman Eden tidak pernah terlalu jauh dari kesadaran populer. Salah satu alasan ular sudah seperti desain tato yang populer selama lebih dari satu abad adalah kemampuan mereka untuk digabungkan dengan simbol tato lain dan kemudahan yang artis tato dapat menggunakan bentuk cairan dan dinamis dan bentuk ular untuk menekankan estetika garis tubuh manusia. Terus terang, tidak mendapatkan banyak lebih seksi daripada ular melilit sebuah lengan atau paha atau tersampir di bahu dan di sekitar payudara. Dan untuk alasan ini, ular yang populer dengan laki-laki dan perempuan.

Baik Timur dan Barat desain tato seperti ular sering muncul dalam mitos dan legenda dalam banyak budaya di seluruh dunia. Salah satu simbol tertua yang ada, gambar ular ditemukan jauh sebelum kata-kata tertulis muncul. Tergantung pada budaya, iklim, dan agama, ular itu dilihat sebagai teman atau musuh, kekuatan baik positif maupun negatif. Bentuk phallic Ular telah lama membuat simbol kesuburan, serta fakta bahwa banyak spesies pasangan ular dalam bola besar individu terkait, dan yang muda muncul dari telur. Sebaliknya laki-laki, distribusi luas ular berbisa telah lama membuat memiliki rasa hormat yang sehat bagi daya bahwa ular memiliki - harfiah salah satu kehidupa n dan kematian. Dalam banyak mitos, gigitan ular dan bisa ular yang ditampilkan sebagai representasi dari hidup dan mati. Dualitas ini sering memiliki ular sebagai simbol dari Underworld, atau Underground. Makna simbolik ular lainnya dapat berupa : siklus, kebangkitan, kesabaran, kesuburan, keabadian, keseimbangan, licik, intuisi, kesadaran, penyembuhan, intelek, perlindungan, kekhidmatan, peremajaan, transformasi dan okultisme (tersembunyi) pengetahuan.


(53)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dikemukakan, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa :

1. Tato berasal dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti yang konon artinya tanda atau menandakan sesuatu. Tato merupakan adaptasi dari bahasa Inggris, yaitu tattoo yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “rajah”.

2. Dalam bahasa Jepang, tato dikenal dengan istilah horimono ( 彫り物 ) “hor i ( 彫り)” yang berarti ukiran atau pahatan. Sedangkan “mono ()” adalah barang atau benda. Jadi horimono adalah benda yang

berukir atau berpahat. Istilah lain dari tato dalam bahasa Jepang disebut dengan “irezumi (入 れ 墨 atau 入 墨)” yang secara harfiah

berarti "memasukkan

3. Sejak zaman dahulu kala tato sudah digunakan sebagai salah satu kegiatan dalam melakukan ritual keagamaan bagi suku-suku bangsa kuno yang ada di dunia. Diantaranya, suku Maori, Inca, Ainu, Polynesians, Nuer, Indian, Mesir, Yunani kuno, Romawi, dll.

4. Di Cina dan Jepang tato pada zaman dahulu digunakan sebagai hukuman bagi para pelaku kejahatan karena cara pembuatannya yang


(54)

sangat menyakitkan sehingga diharapkan para pelaku kejahatan menjadi jera dan tidak mengulanginya lagi.

5. Selain untuk ritual keagamaan dan hukuman bagi para pelaku kejahatan, tato juga berfungsi sebagai penanda anggota suatu perkumpulan masyarakat. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa orang-orang yang memakai tato merupakan seorang penjahat, narapidana, dan preman. Tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang memandang tato dari nilai seninya. Gambar-gambar yang digunakan untuk tato mempunyai nilai seni yang tinggi khususnya gambar-gambar yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dalam proses pembuatannya. Karena alasan seni tersebut banyak masyarakat umum yang memakai tato agar tubuh mereka terlihat lebih indah.

6. Interaksi Makna simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun perilaku non verbal,dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau simbol (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah atau kelompok komunitas masyarakat tertentu.

7. Beberapa binatang yang banyak dijadikan sebagai objek dalam pembuatan tato diantaranya, yaitu : naga, singa anjing, kura-kura, harimau, ikan koi, dan ular.


(55)

8. Makna yang terkandung dalam gambar binatang tersebut antara lain :

- Naga ( Dragon ) melambangkan pertahanan. Di Amerika, naga melambangkan kekuatan. Sedangkan di Jepang, naga melambangkan keinginan (cita-cita) dan kepintaran. Menurut tradisi di Jepang, naga menjabat sebagai dewa.

- Singa Anjing ( Lion Dog ) melambangkan pengawalan / pelindung serta melambangkan keganasan.

- Kura-kura ( Turtle ) melambangkan umur panjang dalam banyak kebudayaan, termasuk di negara Jepang sendiri. Selain melambangkan umur panjang, kura-kura juga melambangkan kebahagiaan.

- Harimau ( Tiger ) dapat melambangkan rasa tidak terkalahkan atau kekuasaan. Nafsu atau keinginan, keganasan, sensualitas, kecepatan dan keindahan adalah beberapa hal yang dikaitkan dengan harimau di Jepang. Hewan ini juga dikenal karena kekejaman dan kemurkaannya sehingga merupakan simbol yang sangat populer digunakan di banyak kebudayaan di Asia. Karena alasan diataslah simbol ini sangat populer dalam seni tato di Jepang.

- Ikan Koi melambangkan keberanian, biasanya digabungkan dengan unsur air sehingga menjadi simbol


(56)

kemampuan untuk mencapai tujuan yang tinggi, dan yang hidup kesulitan mengatasi.

- Ular ( Snake ) melambangkan daya, baik alam gaib, kesuburan, regenerasi dan kebijaksanaan. Makna simbolik ular lainnya dapat berupa : siklus, kebangkitan, kesabaran, kesuburan, keabadian, keseimbangan, licik, intuisi, kesadaran, penyembuhan, intelek, perlindungan, kekhidmatan, peremajaan, transformasi dan okultisme (tersembunyi) pengetahuan.

4.2. Saran

1. Sebelum menetapkan bahwa tato itu baik atau buruk, ada baiknya terlebih dahulu menyelidiki latar belakang dan arti dari tato itu sendiri. Selain untuk pengetahuan bagi pribadi, kita juga dapat menjadikan makna karya seni lukis ini untuk diberitahukan kepada masyarakat. Dengan demikian kita akan lebih beralasan dalam menetapkan apakah tato itu baik atau tidak.

2. Melalui skripsi ini diharapkan agar tato tidak hanya dijadikan sebagai alternatif kesenangan, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan terutama di bidang seni. Kita sebagai penikmat layaknya berusaha untuk memahami makna serta nilai positif yang terkandung didalamnya.


(57)

3. Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, mulai dari pemahaman konsep, penulisan, analisa maupun yang lain. Disarankan bagi pembaca dan mahasiswa yang ingin mengetahui atau meneliti budaya-budaya Jepang lainnya agar benar-benar memahami konsep budaya tersebut dengan baik dan benar dan didukung oleh data yang akurat.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Animonster, Edisi Februari 2009

Chaney, David .2003. Lifestyles : Sebuah pengantar Komprehensif

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta.: Medpress

Esquire Indonesia, Edisi September 2009

Fellman, Sandi, 1966. The Japanese Tattoo. New York : Abbevill Publishers

Horton, Paul B. & Chester L. Hunt, 1984. Sosiologi. Jakarta : PT. Erlangga

Jacobs, Melville and Berndhard J. Stern .1952. General Anthropology : A Brief

Survey of Physical, Cultural, and Social Anthropology. New York :

Barnes and Noble, Inc.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-4, 2008

Koentjaraningrat, 1976. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia

Lucca, Aiko, 2006. “Yakuza”, Anime, Volume 11

Machali, Roehayah, 2002. Pedoman Bagi Penerjamah. Jakarta : PT. Grasindo

Nasution, M. Arif, 2001. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia


(59)

Ratna, Nyoman Kutha, 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Soemardjo, Jakob.2000.Filsafat Seni. Bandung : ITB Press

Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest. 1992. Serba – Serbi Semiotika. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama

Suryohadiprojo, Sayidiman, 1982. Manusia dan Masyarakat Jepang Dalam

Perjuangan Hidup. Jakarta : UI

http://forum.detik.com/sejarah-tato-t82506.html


(60)


(61)

要 旨

動 物 の 絵 のある 日 本 の伝 統 的な 入 れ墨 画像 の 中に 含 まれ てい る

象 徴 的 な 意味 の分 析

文 化 の 一 つ の 要 素 は 芸 術 で あ る 。 芸 術 は ( 音 楽 ) 、 ( ダ ン ス ) 、 ( 彫

刻)、(絵 画)、(美術)、などの 芸術に分類されている。 入れ墨は芸術や絵画

に分類され ている。入れ墨はタヒチ 語の(タタウ)単語から 由来しているがマー

ク、または 意味何かを意味している 。入れ墨はインドネシア 語において、(分身)

によって呼 び出されると、(タット ウー)、英語を**した ものである。日本語

では、入れ 墨は(ホリモノ)として 知られている。(ホリ) は彫*の意味である。

しかし、( モノ)は物事や商品の意 味である。(彫り物)は 彫* が*され

た本体であ る。文字通り、インクを *入することの意味、日 本の入れ墨の用語と

は、しばしばとも呼ばれる入れ墨である。

大 古 の * か ら 入 れ 墨は 世 界 に * *す る 古 地 の 部族 の た め の 宗* * * で の

活物の一つ として使用されている。 その地、(マオリ族)、 (インカ)、(アイ

ヌ )、(ポ リネ シア)、 (ロ ーマ )など の間 であ る。中 国と 日本 では 古代の 入れ墨

は**の* *者に対する。**とし て使用されている。それ は**に**が期時

されている**者が**するようにするためで はなく、それらを**す。

宗 * 的 な * * と * ** の * * 者 のた め の に * えて 、 タ ト ウ ーも 社 会 的 地

*のマーカ ーとして*能する。まだ 多くの人々が入れ墨を* る人、または、**、

*人の** だと思う。しかし、彼の 芸実的*の入れ墨を見て いない少*の人々。


(62)

真を芸実的 価値の高いを持っている 。パブリックアートの理 由で人自分の体に入

れ墨を着用し、多くの人が*しく見えることを 確認する。

こ の タ ト ウ ー の * しさ は 物 * な いみ だ け で な く、 * オ ブ ジ ェク ト 自 体 の

相互作用を 持っている。**のオブ ジェクトタトウーの画像 の*み合わせは、独

自の象徴的 な意味の相互作用を生成 する。多くの人入れ墨は 、オブジェクトとし

て使用され ている写真の中で、独自 の象徴的な意味でそれぞ れがそこに含まれて

いる。相互 作用象徴的な意味は、両 方の言語と非言語的メッ セジとして通信プロ

セス生物か 無生物オブジェクトかど うかを使用してオブジェ クトまたはシンボル

の意味の形成に関連するものである目標は、最 終的に地域のコミュニチ。

シ ン ボ リ ッ ク リ ン クは 、 特 定 の 象徴 的 な 意 味 を持 っ * の 入 れ墨 の 一 つ の

タトウーに 含まれているを意味をし ている。*のいれずみは 、物事は、生気のな

いオブジェ クトを生活の形成で通常 *の*象のシンボルであ る。動物のようなこ

れらの生き とし生けるものである。 いくつかの動物は、より 刺青の製造内のオブ

ジェクトし て使用されている。それ はドラゴン、ライオン犬 、亀、トラ、鯉魚、

ヘビ。動物のイメジに含まれている意味が含ま れる:

1.ド ラゴ ンは 龍の防 衛を 象徴し てい る。 アメリ カで は、龍 が強 さを 象徴し

て いる 。日 本のに 対し 、龍は 欲望 と創 意工夫 を象 徴して いる 。日 本の習

慣によると、龍が神となっている。

2.ライオン犬を象徴していると残忍性を象徴して いる。

3.亀 は、 日本独 自の 国を含 め、 世界 の多く の文 化では 長寿 を象徴 して いる。


(63)

4.ト ラは 無敵 や電源 の意 味を象 徴す る。 欲望や 欲望 暴力、 官能 性、 スピー

ド 、* しさは 、日 本のト ラに 関連 *けら れて いるい くつ かのこ とで ある。

こ の動 物は 、また 彼の 残酷さ と怒 りよ うに、 日本 では多 くの 文化 で使用

される非常に日本の刺青アートで人気である。

5.鯉 魚は 通常 、その よう に高目 標を 達成 、する ため にしん ぼる 能力 となる

水 の要 素に 関連* けら れてい る勇 気、 そして 克服 する人 生の 困難 を象徴

している。

6.ヘ ビは 、自然 の良 い超自 然的 な、 不妊、 再生 、知恵 のか を象徴 して いる。

そ の他 のヘ ビ象徴 的な 意味は 、す るこ とがで きる 。それ は上 昇、 忍耐、

不 妊、 不死 、狡猾 な、 直感、 意識 、癒 し、知 性、 保護、 厳粛 、若 返り、


(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(1)

LAMPIRAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)