penggunaan kredit, kelayakan usaha calon debitur, bentuk dan nilai jaminan yang diberikan serta beberapa pertimbangan lainnya yang diperlukan.
PT Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk Cabang Medan Putri Hijau adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Melalui kegiatan perkreditan maka bank melayani
kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem bagi semua sektor perekonomian. PT Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk Cabang Medan Putri
Hijau menghadapi permasalahan, yakni banyaknya nasabah yang mengajukan permohonan kredit usaha kecil ternyata tidak layak untuk diberikan kredit modal
kerja. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meyusun skripsi yang berkaitan dengan prosedur pemberian kredit modal kerja. Oleh karena itu penulis
merasa tertarik untuk meneliti sistem informasi akuntansi pembiayaan kredit
usaha kecil pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Medan Putri Hijau.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah prosedur pemberian kredit usaha kecil
pada PT Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk Cabang Medan Putri Hijau telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam menetukan kriteria layak atau tidak
layaknya debitur menerima kredit usaha kecil?
C. Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit usaha kecil pada PT Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk Cabang Medan
Universitas Sumatera Utara
Putri Hijau dalam menentukan kriteria layak atau tidak layaknya debitur menerima kredit usaha kecil.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini selain untuk peneliti diharapkan juga bermanfaat bagi perusahaan dan pembaca.
a. Peneliti, untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai prosedur pemberian kredit modal kerja pada debitur.
b. Perusahaan, sebagai bahan mengenai pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan prosedur pemberian kredit modal kerja.
c. Pembaca, untuk menambah pengetahuan sehingga dapat dijadikan sumber informasi bidang pemberian kredit bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Jenis-jenis Kredit
a. Pengertian Kredit
Pasal 1 ayat 11 UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2007: yang dimaksud dengan kredit
adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan.
b. Jenis-jenis Kredit
Menurut Kasmir 2000:76, ”jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi yaitu: kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu,
jaminan dan sektor usaha”. 1 Berdasarkan Kegunaan
a Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Kredit modal yang diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-
4
Universitas Sumatera Utara
biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan merupakan contoh dari kredit modal kerja.
b Kredit Investasi Merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyekpabrik baru dimana masa pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lama dan biasanya
kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. 2 Berdasarkan Tujuan Kredit
a Kredit Produktif Merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
b Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai
secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena digunakan atau dipakai seseorang atau
badan usaha. c Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdangangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan, yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-
Universitas Sumatera Utara
agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
3 Berdasarkan Jangka Waktu a Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan
modal kerja. b Kredit Jangka Menengah
Merupakan kredit yang jangka waktunya berkisar 1 tahun sampai 3 tahun, kredit ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank
mengklasifikasikan kredit jangka menengah menjadi kredit jangka panjang.
c Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya lebih dari 3 tahun.
Kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga kredit
konsumtif seperti kredit perumahan. 4 Berdasarkan Jaminan
a Kredit dengan Jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.
Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang disalurkan akan dilindungi
senilai jaminan yang diberikan calon auditor.
Universitas Sumatera Utara
b Kredit Tanpa Jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan
bank bersangkutan. 5 Berdasarkan Sektor Usaha
a Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat
berupa jangka pendek atau jangka panjang. b Kredit peternakan merupakan kredit yang diberikan untuk jangka
waktu relatif pendek, misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi.
c Kredit industri merupakan kredit yang membiayai industri pengolahan baik industri kecil, menengah dan besar.
d Kredit pertambangan merupaka jenis kredit untuk usaha tambang. Kredit ini biasanya dalam jangka waktu panjang, seperti tambang
emas, minyak atau tambang timah. e Kredit pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk
membangun sarana prasarana pendidikan. f Kredit profesi merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan
para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara. g Kredit perumahan merupakan kredit untuk membiayai
pembangunan atau pembelian perumahan
Universitas Sumatera Utara
h Dan sektor-sektor usaha lainnya.
2. Tujuan dan fungsi kredit a. Tujuan Kredit
Tujuan pemberian suatu kredit adalah: 1 menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan, 2 meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan
fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuahn masyarakat, 3 memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan
dapat memperluas usahanya.
b. Fungsi Kredit
Fungsi kredit menurut Kasmir 2002:107 ialah: 1 untuk meningkatkan daya guna uang,
2 untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, 3 untuk meningkatkan daya guna barang,
4 untuk meningkatkan peredaran barang, 5 sebagai alat stabilitas ekonomi,
6 untuk meningkatkan kegairahan berusaha, 7 untuk meningkatkan pemerataan pendapatan,
8 untuk meningkatkan hubungan internasional.
3. Kredit Usaha Kecil
Menurut Dendawijaya 2001:27, kredit usaha kecil adalah ” kredit yang diberikan kepada nasabah debitur untuk melayani kebutuhan usaha kecil
debitur”. Konsep usaha kecil mengandung arti sejumlah dana yang diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan pengadaan barang maupun proses produksi hingga barang tersebut terjual. Konsep ini juga mengandung arti bahwa dana yang tertanam dalam
aktiva lancar yang diperlukan untuk melayani kebutuhan modal kerja debitur.
Konsep usaha kecil dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, membutuhkan pihak manajemen untuk menjamin komunitas
operasi tersebut. Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: volume penjualan, besar kecilnya
skala usaha perusahaan, aktivitas perusahaan, perkembangan teknologi dan sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas.
a. Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan usaha kecil. Apabila penjualan meningkat
maka kebutuhan usaha kecil pun akan meningkat dan demikian pula sebaliknya.
b. Besar kecilnya skala usaha perusahaan merupakan kebutuhan usaha kecil pada perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi
karena perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan
dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung hanya pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya
beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur- unsur usaha kecil lainnya seperti kas dan persediaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Aktivitas perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan
yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja
perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang
akan dijual. d. Perkembangan teknologi meruapakan kemajuan teknologi,
khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi usaha kecil. Otomatisasi yang mengakibatkan proses
produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai. Selain
itu, akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula.
e. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas merupakan biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan
jumlah modal kerja yang relatif lebih besar mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan
menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaanlebih mampu untuk membayar transaksi-
transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan barang yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan dari diberikannya kredit usaha kecil adalah untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif maupun kualitatif.
Peningkatan kuantitatif produksi dimaksudkan untuk jumlah dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan peningkatan kualitatif
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu kualitas atau kualitas produk yang dihasilkan.
4. Resiko Perkreditan
Setiap usaha yang dilakukan, terutama dalam kegiatan bisnis akan selalu dihadapkan dengan berbagai bentuk resiko. Menurut Budisantoso
2000:102 ”resiko pemberian kredit dibedakan menjadi dua macam yaitu resiko bisnis dan resiko non bisnis”.
a. Resiko bisnis merupakan resiko kredit yang disebabkan karena faktor-faktor diluar kendali bank, baik yang berasal dari usaha
debitur yang bersangkutan, dampak ekonomi secara makro, bencana alam, maupun faktor-faktor lainnya yang bersifat force majeure.
Resiko bisnis tersebut tetap dapat terjadi walaupun rangkaian proses pemberian kredit sejak dari penetapan pasar sasaran sampai dengan
pengawasanpembianaan kredit sejak dari penetapan pasar sasaran samapai dengan pengawasanpembinaan kredit telah dilakukan
dengan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat antara lain : telah dilakukan analisis 5`C, proses pemberian kredit
didasar oleh itikad baik dari masing-masing pihak, telah dilakukan pengecekan atas kelengkapan dan kebenaran dokumen, telah
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pengawasan atas pencairan kredit dengan benar dan telah dilakukan monotoring yang dapat dibuktikan secara tertulis.
b. Resiko non bisnis merupak resiko yang timbul bukan dari akibat faktor-faktor yang bersifat bisnis, tetapi karena itikad tidak baik dari
pejabat bank seperti tidak melakukan analisis dan evaluasi sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat,
pihak bank dibujuk dan diintidasi, dengan sengaja tidak mau atau enggan untuk memproses kredit lanjutan tanpa alasan yang jelas,
menutup-nutupi kredit yang seharusnya telah bermasalah dan tidak melakukan monitoring kredit.
5. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil a. Tahap Permohonan Kredit
Tahap ini merupakan pernyataan awal yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila hendak mengajukan kredit, yaitu dengan mengajukan
terlebih dahulu surat permohonan dan mengisi daftar isian yang disediakan oleh baank. Menurut Kasmir 2000:80, para nasabah yang
ingin mengajukan permohonan harus melengkapi beberapa persyaratan berupa data atau informasi berikut:
1 identitas diri, 2 pribadi atau perseorangan: keterangan mengenai diri pemohon
kredit, 3 badan usaha atau profesi terdiri dari: berbentuk badan usaha,
susunan pengurus dan alamatnya, bidang usaha dan kegiatannya, dan susunan permodalan,
4 informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, 5 praspek dari nasabah yang bersangkutan untuk waktu yang akan
datang, 6 informasi sosial ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
7 jumlah dan perincian penggunaan kredit, 8 rencana kapan penarikan dan pengembalian kredit,
9 informasi mengenai jaminan yang akan diberikan nasabah, 10 membuka rekening di bank bersangkutan.
b. Tahap Analisa Kredit
Permohonan kredit yang sehat harus didasarkan pada suatu analisa yang cermat atas permohonan kredit yang dimaksud. Biasanya kriteria
penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk diberikan, dilakukan dengan 5C. Menurut Kasmir 2000:82, ”penilaian dengan 5C
ini berisi penilaian mengenai character, capital, capacity, collateral, dan condition”.
1 Character, merupakan keadaan wataksifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat
dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon nasabah tersebut dilingkungan usaha, dan meminta bank to bank
information. Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk membayar.
2 Capital, adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang
efektif dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, rentabilitas, dan solvablitas.
3 Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki oleh nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.
Ini digunakan mengetahuimengukur sampai sejauh mana calon
Universitas Sumatera Utara
nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang- hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperoleh.
4 Collateral, adalah barang-barang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya, ini digunakan untuk
menilai sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.
5 Condition, adalah situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang
mempengarui kelancaran perusahaan calon nasabah. Selain dengan menggunakan prinsip 5C ini, pihak perbankan juga
akan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi dalam pemberian kredit yaitu aspek hukum, aspek pemasaran, aspek keuangan,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek amdal. 1 Aspek hukum. Sutarno menyatakan bahwa ”yang dinilai dalam
aspek hukum adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit”. Penilain ini
akan meneliti akte pendirian perusahaan, Surat Izin Usaha, Tanda daftar perusahaan, NPWP dan keabsahan surat yang dijaminkan.
Aspek hukum sangat penting karena walaupun semua aspek yang ada cukup layak, tetapi apabila secara hukum dokumen yang
diberikan tidak sah, maka semua perjanjian diangggap batal. 2 Aspek pemasaran. Dinilai adalah permintaan terhadap produk
yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana, misalnya pemasaran produknya minimal
Universitas Sumatera Utara
3 tahun yang lalu rencana penjualan dari produksi untuk 3 tahun yang akan datang, peta kekuatan penting, dan prospek produk
secara keseluruhan. 3
Aspek keuangan. Aspek yang dimiliki adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana
penggunaan data tersebut. Penilaian ini dilihat dari cash flow, payback, dan break even point.
4 Aspek teknis. adalah masalah yang berkaitan dengan produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.
5 Aspek manajemen. Dalam aspek ini yang dinilai adalah struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta
latar belakang pengalaman sumber daya manusianya dan pengalaman perusahaan dalam mengelolah berbagai proyek yang
ada. 6 Aspek sosial ekonomi. Menganalisis dampak terhadap
perekonomian dan masyarakat umum, seperti mengurangi pengangguran, meningkatkan ekspor dan lain-lain.
7 Aspek amdal. Menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan tersebut nantinya akan digunakan untuk proyek yang dapat
mengalami pencemaran lingkungan atau tidak. Wawancara dilakukan setelah pihak bank selesai melakukan
analisis seperti yang tersebut di ataswawancara ini akan dilakukan pada dua tahap yaitu, pada tahap pertama, bertujuan untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak bank, sekaligus untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Sebelum dilakukannya wawancara tahap kedua, maka akan dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan
lapangan. Pada tahap ini pihak bank akan melakukan pemeriksaan langsung kelapangan dengan meninjau berbagai aspek yang akan
dijadikan usaha atau jaminan. Data yang diperoleh dari pemeriksaan lapangan nantinya akan dicocokan dengan hasil dari wawancara tahap
pertama. Biasanya, dalam melakukan pemeriksaan lapangan, calon nasabah tidak akan diberi tahu sebelumnya agar dapat dilihat langsung
kondisi yang sebenarnya. Setelah itu, akan dilakukan wawancara tahap kedua. Pada tahap ini dilihat apakah ada kesesuaian dan mengandung
kebenaran antara wawancara tahap pertama dengan pemeriksaan lapangan.
c. Tahap Keputusan Kredit
Keputusan kredit dilakukan setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses rekomendasi dari pejabat bank yang terkait, maka akan
ada keputusan kredit yang disetujui atau ditolak. Jika permohonan ditolak, maka akan dikirimkan surat penolakan yang disertai alasannya,
dan jika kredit disetujui maka akan dibuat persetujuan kredit yang berisi jenis kredit, jumlah kredit yang diterima, jangka waktu, biaya-biaya
yang harus dibayar, suku bunga, jaminan kredit dan ketentuan lainnya. Setelah dilakukan penandatanganan surat-surat yang diperlukan, maka
Universitas Sumatera Utara
kredit dapat direalisasikan. Realisasi kredit ini dapat dilakukan secara bertahap ataupun sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.
Penarikan kredit yang dilakukan oleh debitur akan diakui oleh pihak bank sebesar pokok kredit. Pokok kredit merupakan saldo kredit yang
telah digunakan debitur dan belum dilunasi oleh debitur. Pokok kredit ini sering juga disebut dengan baki kredit. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan dalam Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2001:II.8A.2 yang menyatakan ”kredit diakui pada saat pencairannya
sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang
bersangkutan”. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2001: III.8A.8
juga menyatakan bahwa: Pada saat penandatangan perjanjian kredit, pihak bank akan
menerima provisi kredit, yang merupakan biaya-biaya yang harus dibayar oleh debitur pada saat kredit telah disetujui. Pihak bank akan
membukukannya sebesar jumlah yang ditentukan sebagai provisi kredit dengan mendebitkannya pada kasrekening nasabah.
Bersamaan dengan itu juga akan dilakukan jumlah untuk mengurangi kewajiban fasilitas kredit yang belum digunakan debitur.
Misalkan, seorang nasabah mendapatkan kredit modal kerja sebesar Rp. 1.000.000, dengan jangka waktu 36 bulan dan bunga 15. Provisi
kredit 1 dari jumlah kredit. Penalty tunggakan pokok bunga sebesar 50 dari kewajiban bunga sebulan. Pihak bank akan mengakui kredit ini
pada saat dilakukannya penarikan oleh debitur. Misalkan pihak debitur
Universitas Sumatera Utara
melakukan penarikan sebesar Rp.750.000, maka pihak bank akan melakukan pencatatan sebagai berikut:
1. Pencatatan provisi kredit Provisi kredit ini akan dicatat sebesar = 1 X Rp. 1 .000.000.
= Rp. 10.000,- Provisi kredit ini akan dicatat dengan jurnal :
Kasrekening nasabah.....................................Rp. 10.000,- Pendapatan provisi kredit diterima dimuka....Rp. 10.000,-
2. Pencatatan kredit yang diberikan Kredit yang diberikan ini akan dicatat pada saat debitur
melakukan penarikan, yaitu sebesar Rp.750.000. Pihak bank akan mencatat dengan jurnal:
Kredit yang diberikan ....................................Rp. 750.000,- Kasrekening nasabah...............................Rp. 750.000,-
Bersamaan dengan itu, akan dilakukan pencatatan untuk mengurangi kewajiban
fasilitas kredit yang belum digunakan, dengan mendebitkannya sebesar Rp. 250.000, pada kewajiban komitmen
fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah dan mengkreditkannya pada kontra fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah.
Ikatan Akuntan Indonesia 2004:23.6 menyatakan bahwa, ”pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk
Universitas Sumatera Utara
itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal”.
Stice 2004:297 berpendapat bahwa pengakuan pendapatan adalah: Saat dimana akuntan menggunakan catatan penjualan melalui
jurnal entri dalam catatan akuntansi formal. Pendapatan selalu diakui pada saat dua kriteria penting berikut dapat
dipenuhi: a.pekerjaan sudah diselesaikan perusahaan sudah melakukan
sesuatu, b.kas atau keabsahan janji untuk pembayaran dimasa datang
sudah diterima perusahaan sudah menerima sesuatu sebagai pengembalian.
Maksudnya pendapatan tersebut dapat diakui dalam keadaan setelah perusahaan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya ataupun pada saat
perusahaaan belum melakukan pekerjaannya tetapi sudah menerima kas dengan perjanjian bahwa pekerjaannya akan diselesaikan di masa yang
akan datang. Prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui
dalam laporan keuangan ketika pendapatan dihasilkan, dan pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
a. Pendapatan dihasilkan. Yaitu bila perusahaan telah menyelesaikan sebagian besar pekerjaan yang harus
dilakukannya asalkan berhak atas manfaat yang diberikan oleh pendapatan yang terkait.
b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan direalisasi ketika kas atau klaim piutang atau kas diterima untuk
barang atau jasa yang dipertukarkan. Pendapatan dapat direalisasi
Universitas Sumatera Utara
apabila aktiva yang diterima dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah yang diketahui.
Secara umum, metode pengakuan pendapatan ada dua yaitu dasar akrual, dan dasar kas.
a. Dasar akrual. Pendapatan diakui pada saat barang dijual atau jasa dilaksanakan tanpa memandang saat penerimaan kas.
b. Dasar Kas. Pengakuan dilakukan dengan dasar tunai adalah jika pendapatan dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan
penerimaan dan pengeluaran kas. Ini berarti, pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya diakui dalam periode ketika kas
diterima dari pelanggan. Bunga kredit merupakan sumber pendapatan bank. Direktorat
Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2001:III.8A.4 menyatakan bahwa ”bunga kredit adalah imbalan yang dibayarkan oleh debitur atas kredit
yang diterimanya dan biasanya dinyatakan dalam persentase ”. Perusahaan perbankan akan mengalami penyisihan terhadap
kerugian kredit. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan 2001:III.8D.1 menyatakan bahwa ”penyisihan kerugian kredit adalah
penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun dalam mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan
dengan penanaman dana ke dalam kredit”. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP yang dibentuk
disajikan sebagai pos pengurang offesting account dari masing-masing
Universitas Sumatera Utara
jenis aktiva produktif yang bersangkutan. Pembentukan PPAP ini, dipisahkan antara PPAP umum dan khusus. PPAP umum merupakan
PPAP bagi kredit lancar, sedangkan PPAP khusus ditujukan bagi kredit dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
Pembentukan PPAP bagi kredit yang direstrukturisasi juga dibedakan dengan kredit yang tidak direstrukturisai. PPAP kredit yang
direstrukturisasi dihitung berdasarkan dari nilai buku kredit setelah direstrukturisasi.
Berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 31148KEPDIR menyatakan bahwa pembentukan PPAP minimal adalah cadangan umum
dan cadangan khusus. a. Cadangan umum sebesar 1 x Akiva Produktif Lancar
b. Cadangan Khusus sebesar: 1. 5x Aktiva Produktif Dalam Perhatian Khusus +
2. 15xAktivaProduktif KurangLancar - NilaiAgunan + 3. 50x Aktiva Produktif Diragukan - Nilai Agunan +
4.100x Aktiva Produktif Macet - Nilai Agunan Agunan yang dapat dijadikan pengurangan dalam pembentukan
PPAP ini terdiri dari: a. giro, deposito, tabungan dan setoran jaminan dalam mata uang
rupiah dan valuta asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencarian,
b. sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
c. surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal, d. tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut
dengan ukuran di atas 20 meter kubik. Besarnya agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor
pengurangan dalam pembentukan PPAP ini ditentukan oleh masing– masing bank.
6. Sistem Pengawasan Kredit a. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengawasan Kredit
Mcleod 2004:9 menyebutkan, ”sistem adalah sekelompok elemen- elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai
suatu tujuan”. Sistem merupakan jaringan proses yang saling berhubungan dan dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan utama
perusahaan, untuk memperkuat sistem pengawasan terhadap pendapatan dan biaya, maka diperlukan sistem pengawasan kredit. Sistem
pengawasan ini berisikan prosedur yang harus dilalui dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk melindungi hak perusahaan dari
penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan. Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis kredit
dan merupakan suatu upaya untuk menjaga agar apa yang yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit.
Tjoekam 1999:220 menyatakan bahwa ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara
dini, indikasi-indikasi penyimpangan deviation dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan, yang kemudian
menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur”.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga dan mengamankan kredit yang bersifat preventif. Pengawasan kredit ini juga
merupakan suatu sistem dalam pengelolahan kredit yang berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh karena itu,
pengawasan kredit harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan. Abdullah 2005:95
menyatakan bahwa pengawasan kredit adalah: Suatu proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis
bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga
agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak
dini saat penilaian jaminan.
Abdullah 2005:95 menyatakan berdasarkan tujuannya, pengawasan kredit dapat dibagi menjadi dua yaitu:
prefentif control dan represif control. Prefentif Control merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan
bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan kredit, dan Represif Control merupakan pengawasan
kredit yang dilakukan setelah pencairan dan pada saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang
terjadi.
b. Proses Pengawasan Kredit
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang mencapai urutan paling akhir dalam tujuan manajemen. Pengawasan membantu penilaian
apakah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan suatu program telah dilaksanakan dengan efektif atau tidak. Pelaksanaan pengawasan
kredit akan melalui beberapa tahapan yang membentuk suatu proses
Universitas Sumatera Utara
pengawasan kredit. Proses pengawasan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Proses pengawasan kredit Sumber: Moh. Tjoekam 1999:226
Uraian dari mekanisme proses pengawasan kredit tersebut adalah dari kredit yang diberikan, dilakukan pemeriksaan, apakah terjadi
penyimpangan dari perjanjian antara pihak debitur dengan bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut diidentifikasikan dan
dicari tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa dari pihak bank maupun dari
pihak debitur. Penyebab dari pihak bank misalnya struktur organisasi yang lemah dari pihak bank, kurang akurat dalam melakukan penelitian
sebelum memberikan kredit, dan sebagainya, dan dari pihak debitur biasanya penyebabnya adalah menurunnya kondisi keuangan
perusahaan. Setelah dilakukan analisa terhadap penyebab penyimpangan tersebut,
maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya, dari pelaksanaan program itu nantinya akan dibandingkan dengan suatu
Indentification of
deviation Analysis of
Couses of deviation
Action program of
corrective Implement
ation of corrective
Desired Performance
Actual Performance
Measurement of actual
standard
Comparison
of actual against
Universitas Sumatera Utara
standar yang baku dalam menentukan kolektibilitas kredit. Dalam tahap ini, kredit akan dikelompokkan dalam kelompok lancar, dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Hasil pengelompokan ini nantinya akan dapat menggambarkan actual performance.
B. Tinjauan Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Terdahulu
Nama dan
Tahun Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Melinda Sinulingga
2006 Monica
Citra 2006
Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit
Modal Kerja Pada PT Bank Rakyat Indonesia Persero,
Tbk Cabang Medan Putri Hijau
Analisis Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank
Tabungan Negara Persero Cabang Medan
Deskriptif
Deskriptif Pelaksanaan sistem
pengawasan pemberian kredit
pada PT. Bank Rakyat Indonesia,
Tbk Cabang Medan Putri Hijau cukup
efektif
Prosedur pemberian kredit telah sesuai
dengan prosedur dan kebijakan
standar yang berlaku secara
umum dalam dunia perbankan. Hal ini
dapat dilihat dari NPL per 31
Desember 2004 sebesar 1,61
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konesptual