Analisa Sistem Informasi Akuntansi Pembiayaan Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Medan Putri Hijau

(1)

SKRIPSI

ANALISA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBIAYAAN KREDIT USAHA KECIL PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, TBK

CABANG MEDAN PUTRI HIJAU OLEH :

RAHMAD EFENDI SIREGAR 070522129

AKUNTANSI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1-EKSTENSI MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : RAHMAD EFENDI SIREGAR

NIM : 040522129

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBIAYAAN KREDIT USAHA KECIL PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, TBK

CABANG MEDAN PUTRI HIJAU

1.

Tanggal

: ………

Ketua

Departemen Akuntansi

(Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak )


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : RAHMAD EFENDI SIREGAR NIM : 040522129

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBIAYAAN KREDIT USAHA KECIL PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, TBK

CABANG MEDAN PUTRI HIJAU

Medan, December 2011 Menyetujui

Pembimbing


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

Telah diuji pada

Tanggal December 2011

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

PEMBIMBING : Drs. Sucipto, MM, Ak

ANGGOTA : 1. Drs. Wahidin Yasin, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisa Sistem Informasi Akuntansi Pembiayaan Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, tbk Cabang Medan Putri Hijau adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak Universitas Sumatera Utara.

Medan December 2011 Yang membuat Pernyataan

Rahmad EfendI Siregar NIM. 070522129


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugrah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Analisa Sistem Informasi Akuntansi Pembiayaan Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, tbk Cabang Medan Putri Hijau” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, serta kerja sama semua pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan sumbangan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan


(7)

4. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Drs. Zainal Abidin Tarigan Silangit, Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti,

5. Ayahanda M. Siregar dan Ibunda N br Hasibuan yang telah membiayai pendidikan peneliti selama ini serta selalu mendoakan dan mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi ini,

6. Bapak Kuswardono selaku Pimpinan Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau Medan dan Bapak Herry Husni selaku Supervisor PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau Medan yang telah memberikan saya izin dan data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun pembahasannya. Dengan demikian peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfat bagi banyak pihak.

Medan December 2011 Penulis

Rahmad Efendi Siregar


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau dan mengetahui apakah Pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan perkreditan perbankan dan presedur pemberian kredit.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus dengan mendatangi objek penelitian yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak bagian kredit, dan data sekunder berupa struktur organisasi Perusahaan, sejarah singkat Perusahaan, dan daftar kolektibilitas kredit tahun 2005 sampai 2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.

Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kemudian prosedur perkreditan diberlakukan sama kepada semua calon debitur


(9)

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of credit monitoring system on PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau and find out whether the extension of credit has been executed in accordance with the lending banks and lending .

This type of research conducted by writer is field research in the form of case studies by visiting the object of the research is PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau. The type of data used are primary data that results in the form of question and answer interview with the share of credit, and secondary data in the form of Company's organizational structure, brief history of the Company, and the list of collectibility of loans in 2005 to 2007. The data analysis technique used is descriptive method.

The author can conclude that the implementation of credit control system on PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau quite effective. Supervision of credit made by PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau has increased from year to year. Then apply the same lending procedures to all potential borrowers

Keywords: system, procedures for granting credit, credit monitoring, analysis


(10)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 4

1. Peengertian dan jenis-jenis kredit ... 4

a. Pengertian Kredit ... 4

b. Jenis-jenis kredit ... 4


(11)

b. Fungsi Kredit ... 8

3. Kredit Usaha Kecil ... 8

4. Resiko Perkreditan ... 11

5. Prosedur Pemberian Kredit ... 12

a. Tahap Permohonan Kredit ... 12

b. Tahap Analisa Kredit ... 13

c. Tahap Keputusan Kredit ... 16

6. Sistem Pengawasan Kredit ... 22

a. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengawasan Kredit ... 22

b. Proses Pengawasan Kredit ... 24

B. Tinjauan Terdahulu ... 25

C. Kerangka Konseptual ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian...27

B. Prosedur Pengumpulan data...27

C. Jenis Data...27

D. Metode Analisis Data...28

E. Jadwal Penelitian…...28

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau …...30

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 30


(12)

3. Jenis-jenis Kredit ... 35

4. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil ... 37

a. Tahap Permohonan Kredit ... 37

b. Tahap Analisa Kredit ... 39

c. Tahap Keputusan Kredit ... 41

5. Sistem Pengawasan ... 46

B. Analisis Hasil Penelitian ... 48

1. Prosedur Pemberian Kredit ... 48

2. Sistem Pengawasan Kredit ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...53

B. Saran...54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Terdahulu ... 25 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 28 Tabel 4.1 Kolektibilitas Kredit ... 45


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambarl 2.1 Proses Pengawasan Kredit ... 24 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 26


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

NO Judul Halaman

Lampiran i Struktur Organisasi ... 57 Lampiran ii Flowchart Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil ... 58


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau dan mengetahui apakah Pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan perkreditan perbankan dan presedur pemberian kredit.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus dengan mendatangi objek penelitian yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak bagian kredit, dan data sekunder berupa struktur organisasi Perusahaan, sejarah singkat Perusahaan, dan daftar kolektibilitas kredit tahun 2005 sampai 2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.

Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Medan Putri Hijau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kemudian prosedur perkreditan diberlakukan sama kepada semua calon debitur


(17)

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of credit monitoring system on PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau and find out whether the extension of credit has been executed in accordance with the lending banks and lending .

This type of research conducted by writer is field research in the form of case studies by visiting the object of the research is PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau. The type of data used are primary data that results in the form of question and answer interview with the share of credit, and secondary data in the form of Company's organizational structure, brief history of the Company, and the list of collectibility of loans in 2005 to 2007. The data analysis technique used is descriptive method.

The author can conclude that the implementation of credit control system on PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau quite effective. Supervision of credit made by PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Branch Medan Putri Hijau has increased from year to year. Then apply the same lending procedures to all potential borrowers

Keywords: system, procedures for granting credit, credit monitoring, analysis


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Dewasa ini dunia perbankan khususnya bank umum merupakan mitra usaha yang sangat penting bagi perusahaan-perusahaan industri, dagang ataupun perusahaan jasa non keuangan lainnya. Bank memperoleh sebagian dana yang sebagian besar dari simpanan masyarakat berupa giro, deposito, tabungan dan sebagainya yang kemudian akan disalurkan kembali pada masyarakat yang membutuhkannya, terutama pada dunia usaha dalam bentuk kredit. Dengan memberikan kredit kepada masyarakat, bank telah membantu melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Oleh karena itu, bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan perdagangan suatu Negara.

Pemberian kredit merupakan suatu proses yang membutuhkan pertimbangan dan analisis yang baik dari pimpinan bank, untuk menghindari kemungkinan kerugian yang diderita bank sebagai akibat debitur tidak memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian. Pertimbangan dan analisis tersebut sangat dipengaruhi oleh ketentuan dan kebijaksanaan dari kantor pusat bank itu sendiri. Pada dasarnya sebelum memberikan kredit, seorang pimpinan diberi wewenang untuk memutuskan pemberian kredit, selalu memperhatikan beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan, seperti besarnya jumlah kredit yang diminta, tujuan


(19)

penggunaan kredit, kelayakan usaha calon debitur, bentuk dan nilai jaminan yang diberikan serta beberapa pertimbangan lainnya yang diperlukan.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Melalui kegiatan perkreditan maka bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem bagi semua sektor perekonomian. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau menghadapi permasalahan, yakni banyaknya nasabah yang mengajukan permohonan kredit usaha kecil ternyata tidak layak untuk diberikan kredit modal kerja. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meyusun skripsi yang berkaitan dengan prosedur pemberian kredit modal kerja. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti sistem informasi akuntansi pembiayaan kredit usaha kecil pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Medan Putri Hijau.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah prosedur pemberian kredit usaha kecil pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam menetukan kriteria layak atau tidak layaknya debitur menerima kredit usaha kecil?

C. Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit usaha kecil pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan


(20)

Putri Hijau dalam menentukan kriteria layak atau tidak layaknya debitur menerima kredit usaha kecil.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini selain untuk peneliti diharapkan juga bermanfaat bagi perusahaan dan pembaca.

a. Peneliti, untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai prosedur pemberian kredit modal kerja pada debitur.

b. Perusahaan, sebagai bahan mengenai pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan prosedur pemberian kredit modal kerja.

c. Pembaca, untuk menambah pengetahuan sehingga dapat dijadikan sumber informasi bidang pemberian kredit bagi penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Jenis-jenis Kredit a. Pengertian Kredit

Pasal 1 ayat 11 UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007: ) yang dimaksud dengan kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

b. Jenis-jenis Kredit

Menurut Kasmir (2000:76), ”jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi yaitu: kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu, jaminan dan sektor usaha”.

1) Berdasarkan Kegunaan a) Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal yang diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau


(22)

biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan merupakan contoh dari kredit modal kerja.

b) Kredit Investasi

Merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. 2) Berdasarkan Tujuan Kredit

a) Kredit Produktif

Merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

b) Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha.

c) Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdangangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan, yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau


(23)

agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.

3) Berdasarkan Jangka Waktu a) Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b) Kredit Jangka Menengah

Merupakan kredit yang jangka waktunya berkisar 1 tahun sampai 3 tahun, kredit ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit jangka menengah menjadi kredit jangka panjang.

c) Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya lebih dari 3 tahun. Kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4) Berdasarkan Jaminan a) Kredit dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang disalurkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon auditor.


(24)

b) Kredit Tanpa Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank bersangkutan.

5) Berdasarkan Sektor Usaha

a) Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b) Kredit peternakan merupakan kredit yang diberikan untuk jangka waktu relatif pendek, misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi.

c) Kredit industri merupakan kredit yang membiayai industri pengolahan baik industri kecil, menengah dan besar.

d) Kredit pertambangan merupaka jenis kredit untuk usaha tambang. Kredit ini biasanya dalam jangka waktu panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

e) Kredit pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana prasarana pendidikan.

f) Kredit profesi merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.


(25)

h) Dan sektor-sektor usaha lainnya.

2. Tujuan dan fungsi kredit a. Tujuan Kredit

Tujuan pemberian suatu kredit adalah:

1) menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan,

2) meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuahn masyarakat,

3) memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

b. Fungsi Kredit

Fungsi kredit menurut Kasmir (2002:107) ialah: 1) untuk meningkatkan daya guna uang,

2) untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, 3) untuk meningkatkan daya guna barang,

4) untuk meningkatkan peredaran barang, 5) sebagai alat stabilitas ekonomi,

6) untuk meningkatkan kegairahan berusaha, 7) untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, 8) untuk meningkatkan hubungan internasional.

3. Kredit Usaha Kecil

Menurut Dendawijaya (2001:27), kredit usaha kecil adalah ” kredit yang diberikan kepada nasabah (debitur) untuk melayani kebutuhan usaha kecil debitur”. Konsep usaha kecil mengandung arti sejumlah dana yang diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan


(26)

dengan pengadaan barang maupun proses produksi hingga barang tersebut terjual. Konsep ini juga mengandung arti bahwa dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang diperlukan untuk melayani kebutuhan modal kerja debitur.

Konsep usaha kecil dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, membutuhkan pihak manajemen untuk menjamin komunitas operasi tersebut. Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: volume penjualan, besar kecilnya skala usaha perusahaan, aktivitas perusahaan, perkembangan teknologi dan sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas.

a. Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan usaha kecil. Apabila penjualan meningkat maka kebutuhan usaha kecil pun akan meningkat dan demikian pula sebaliknya.

b. Besar kecilnya skala usaha perusahaan merupakan kebutuhan usaha kecil pada perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung hanya pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur usaha kecil lainnya seperti kas dan persediaan.


(27)

c. Aktivitas perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.

d. Perkembangan teknologi meruapakan kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi usaha kecil. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai. Selain itu, akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula.

e. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas merupakan biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif lebih besar mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaanlebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan barang yang cukup.


(28)

Adapun tujuan dari diberikannya kredit usaha kecil adalah untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif maupun kualitatif. Peningkatan kuantitatif produksi dimaksudkan untuk jumlah dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan peningkatan kualitatif dimaksudkan untuk meningkatkan mutu kualitas atau kualitas produk yang dihasilkan.

4. Resiko Perkreditan

Setiap usaha yang dilakukan, terutama dalam kegiatan bisnis akan selalu dihadapkan dengan berbagai bentuk resiko. Menurut Budisantoso (2000:102) ”resiko pemberian kredit dibedakan menjadi dua macam yaitu resiko bisnis dan resiko non bisnis”.

a. Resiko bisnis merupakan resiko kredit yang disebabkan karena faktor-faktor diluar kendali bank, baik yang berasal dari usaha debitur yang bersangkutan, dampak ekonomi secara makro, bencana alam, maupun faktor-faktor lainnya yang bersifat force majeure. Resiko bisnis tersebut tetap dapat terjadi walaupun rangkaian proses pemberian kredit sejak dari penetapan pasar sasaran sampai dengan pengawasan/pembianaan kredit sejak dari penetapan pasar sasaran samapai dengan pengawasan/pembinaan kredit telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat antara lain : telah dilakukan analisis 5`C, proses pemberian kredit didasar oleh itikad baik dari masing-masing pihak, telah dilakukan


(29)

dilakukan pengawasan atas pencairan kredit dengan benar dan telah dilakukan monotoring yang dapat dibuktikan secara tertulis.

b. Resiko non bisnis merupak resiko yang timbul bukan dari akibat faktor-faktor yang bersifat bisnis, tetapi karena itikad tidak baik dari pejabat bank seperti tidak melakukan analisis dan evaluasi sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat, pihak bank dibujuk dan diintidasi, dengan sengaja tidak mau atau enggan untuk memproses kredit lanjutan tanpa alasan yang jelas, menutup-nutupi kredit yang seharusnya telah bermasalah dan tidak melakukan monitoring kredit.

5. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil a. Tahap Permohonan Kredit

Tahap ini merupakan pernyataan awal yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila hendak mengajukan kredit, yaitu dengan mengajukan terlebih dahulu surat permohonan dan mengisi daftar isian yang disediakan oleh baank. Menurut Kasmir (2000:80), para nasabah yang ingin mengajukan permohonan harus melengkapi beberapa persyaratan berupa data atau informasi berikut:

1) identitas diri,

2) pribadi atau perseorangan: keterangan mengenai diri pemohon kredit,

3) badan usaha atau profesi terdiri dari: berbentuk badan usaha, susunan pengurus dan alamatnya, bidang usaha dan kegiatannya, dan susunan permodalan,

4) informasi mengenai posisi keuangan perusahaan,

5) praspek dari nasabah yang bersangkutan untuk waktu yang akan datang,


(30)

7) jumlah dan perincian penggunaan kredit,

8) rencana kapan penarikan dan pengembalian kredit,

9) informasi mengenai jaminan yang akan diberikan nasabah, 10) membuka rekening di bank bersangkutan.

b. Tahap Analisa Kredit

Permohonan kredit yang sehat harus didasarkan pada suatu analisa yang cermat atas permohonan kredit yang dimaksud. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk diberikan, dilakukan dengan 5C. Menurut Kasmir (2000:82), ”penilaian dengan 5C ini berisi penilaian mengenai character, capital, capacity, collateral, dan condition”.

1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon nasabah tersebut dilingkungan usaha, dan meminta bank to bank information. Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk membayar.

2) Capital, adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang efektif dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, rentabilitas, dan solvablitas.

3) Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki oleh nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.


(31)

nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperoleh.

4) Collateral, adalah barang-barang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya, ini digunakan untuk menilai sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.

5) Condition, adalah situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang mempengarui kelancaran perusahaan calon nasabah.

Selain dengan menggunakan prinsip 5C ini, pihak perbankan juga akan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi dalam pemberian kredit yaitu aspek hukum, aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek amdal.

1) Aspek hukum. Sutarno menyatakan bahwa ”yang dinilai dalam aspek hukum adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit”. Penilain ini akan meneliti akte pendirian perusahaan, Surat Izin Usaha, Tanda daftar perusahaan, NPWP dan keabsahan surat yang dijaminkan. Aspek hukum sangat penting karena walaupun semua aspek yang ada cukup layak, tetapi apabila secara hukum dokumen yang diberikan tidak sah, maka semua perjanjian diangggap batal. 2) Aspek pemasaran. Dinilai adalah permintaan terhadap produk

yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana, misalnya pemasaran produknya minimal


(32)

3 tahun yang lalu rencana penjualan dari produksi untuk 3 tahun yang akan datang, peta kekuatan penting, dan prospek produk secara keseluruhan.

3) Aspek keuangan. Aspek yang dimiliki adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan data tersebut. Penilaian ini dilihat dari cash flow, payback, dan break even point.

4) Aspek teknis. adalah masalah yang berkaitan dengan produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.

5) Aspek manajemen. Dalam aspek ini yang dinilai adalah struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya dan pengalaman perusahaan dalam mengelolah berbagai proyek yang ada.

6) Aspek sosial ekonomi. Menganalisis dampak terhadap perekonomian dan masyarakat umum, seperti mengurangi pengangguran, meningkatkan ekspor dan lain-lain.

7) Aspek amdal. Menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan tersebut nantinya akan digunakan untuk proyek yang dapat mengalami pencemaran lingkungan atau tidak.

Wawancara dilakukan setelah pihak bank selesai melakukan analisis seperti yang tersebut di ataswawancara ini akan dilakukan pada


(33)

keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak bank, sekaligus untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Sebelum dilakukannya wawancara tahap kedua, maka akan dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan lapangan. Pada tahap ini pihak bank akan melakukan pemeriksaan langsung kelapangan dengan meninjau berbagai aspek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Data yang diperoleh dari pemeriksaan lapangan nantinya akan dicocokan dengan hasil dari wawancara tahap pertama. Biasanya, dalam melakukan pemeriksaan lapangan, calon nasabah tidak akan diberi tahu sebelumnya agar dapat dilihat langsung kondisi yang sebenarnya. Setelah itu, akan dilakukan wawancara tahap kedua. Pada tahap ini dilihat apakah ada kesesuaian dan mengandung kebenaran antara wawancara tahap pertama dengan pemeriksaan lapangan.

c. Tahap Keputusan Kredit

Keputusan kredit dilakukan setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses rekomendasi dari pejabat bank yang terkait, maka akan ada keputusan kredit yang disetujui atau ditolak. Jika permohonan ditolak, maka akan dikirimkan surat penolakan yang disertai alasannya, dan jika kredit disetujui maka akan dibuat persetujuan kredit yang berisi jenis kredit, jumlah kredit yang diterima, jangka waktu, biaya-biaya yang harus dibayar, suku bunga, jaminan kredit dan ketentuan lainnya. Setelah dilakukan penandatanganan surat-surat yang diperlukan, maka


(34)

kredit dapat direalisasikan. Realisasi kredit ini dapat dilakukan secara bertahap ataupun sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.

Penarikan kredit yang dilakukan oleh debitur akan diakui oleh pihak bank sebesar pokok kredit. Pokok kredit merupakan saldo kredit yang telah digunakan debitur dan belum dilunasi oleh debitur. Pokok kredit ini sering juga disebut dengan baki kredit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:II.8A.2) yang menyatakan ”kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan”.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001: III.8A.8) juga menyatakan bahwa:

Pada saat penandatangan perjanjian kredit, pihak bank akan menerima provisi kredit, yang merupakan biaya-biaya yang harus dibayar oleh debitur pada saat kredit telah disetujui. Pihak bank akan membukukannya sebesar jumlah yang ditentukan sebagai provisi kredit dengan mendebitkannya pada kas/rekening nasabah. Bersamaan dengan itu juga akan dilakukan jumlah untuk mengurangi kewajiban fasilitas kredit yang belum digunakan debitur.

Misalkan, seorang nasabah mendapatkan kredit modal kerja sebesar Rp. 1.000.000, dengan jangka waktu 36 bulan dan bunga 15%. Provisi kredit 1% dari jumlah kredit. Penalty tunggakan pokok/ bunga sebesar 50% dari kewajiban bunga sebulan. Pihak bank akan mengakui kredit ini pada saat dilakukannya penarikan oleh debitur. Misalkan pihak debitur


(35)

melakukan penarikan sebesar Rp.750.000, maka pihak bank akan melakukan pencatatan sebagai berikut:

1. Pencatatan provisi kredit

Provisi kredit ini akan dicatat sebesar = 1% X Rp. 1 .000.000. = Rp. 10.000,-

Provisi kredit ini akan dicatat dengan jurnal :

Kas/rekening nasabah...Rp. 10.000,- Pendapatan provisi kredit diterima dimuka....Rp. 10.000,- 2. Pencatatan kredit yang diberikan

Kredit yang diberikan ini akan dicatat pada saat debitur melakukan penarikan, yaitu sebesar Rp.750.000.

Pihak bank akan mencatat dengan jurnal:

Kredit yang diberikan ...Rp. 750.000,- Kas/rekening nasabah...Rp. 750.000,-

Bersamaan dengan itu, akan dilakukan pencatatan untuk mengurangi kewajiban fasilitas kredit yang belum digunakan, dengan mendebitkannya sebesar Rp. 250.000, pada kewajiban komitmen fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah dan mengkreditkannya pada kontra fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah.

Ikatan Akuntan Indonesia (2004:23.6) menyatakan bahwa, ”pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul


(36)

itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal”.

Stice (2004:297) berpendapat bahwa pengakuan pendapatan adalah: Saat dimana akuntan menggunakan catatan penjualan melalui jurnal entri dalam catatan akuntansi formal. Pendapatan selalu diakui pada saat dua kriteria penting berikut dapat dipenuhi:

a.pekerjaan sudah diselesaikan (perusahaan sudah melakukan sesuatu),

b.kas atau keabsahan janji untuk pembayaran dimasa datang sudah diterima (perusahaan sudah menerima sesuatu sebagai pengembalian).

Maksudnya pendapatan tersebut dapat diakui dalam keadaan setelah perusahaan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya ataupun pada saat perusahaaan belum melakukan pekerjaannya tetapi sudah menerima kas dengan perjanjian bahwa pekerjaannya akan diselesaikan di masa yang akan datang.

Prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika pendapatan dihasilkan, dan pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.

a. Pendapatan dihasilkan. Yaitu bila perusahaan telah menyelesaikan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukannya asalkan berhak atas manfaat yang diberikan oleh pendapatan yang terkait.

b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan direalisasi ketika kas atau klaim (piutang) atau kas diterima untuk


(37)

apabila aktiva yang diterima dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah yang diketahui.

Secara umum, metode pengakuan pendapatan ada dua yaitu dasar akrual, dan dasar kas.

a. Dasar akrual. Pendapatan diakui pada saat barang dijual atau jasa dilaksanakan tanpa memandang saat penerimaan kas.

b. Dasar Kas. Pengakuan dilakukan dengan dasar tunai adalah jika pendapatan dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Ini berarti, pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya diakui dalam periode ketika kas diterima dari pelanggan.

Bunga kredit merupakan sumber pendapatan bank. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:III.8A.4) menyatakan bahwa ”bunga kredit adalah imbalan yang dibayarkan oleh debitur atas kredit yang diterimanya dan biasanya dinyatakan dalam persentase ”.

Perusahaan perbankan akan mengalami penyisihan terhadap kerugian kredit. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:III.8D.1) menyatakan bahwa ”penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun dalam mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit”.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang dibentuk disajikan sebagai pos pengurang (offesting account) dari masing-masing


(38)

jenis aktiva produktif yang bersangkutan. Pembentukan PPAP ini, dipisahkan antara PPAP umum dan khusus. PPAP umum merupakan PPAP bagi kredit lancar, sedangkan PPAP khusus ditujukan bagi kredit dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Pembentukan PPAP bagi kredit yang direstrukturisasi juga dibedakan dengan kredit yang tidak direstrukturisai. PPAP kredit yang direstrukturisasi dihitung berdasarkan dari nilai buku kredit setelah direstrukturisasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR menyatakan bahwa pembentukan PPAP minimal adalah cadangan umum dan cadangan khusus.

a. Cadangan umum sebesar 1% x Akiva Produktif Lancar b. Cadangan Khusus sebesar:

1). 5%x Aktiva Produktif Dalam Perhatian Khusus + 2). 15%x(AktivaProduktif KurangLancar - NilaiAgunan) +

3). 50%x (Aktiva Produktif Diragukan - Nilai Agunan) + 4).100%x ( Aktiva Produktif Macet - Nilai Agunan)

Agunan yang dapat dijadikan pengurangan dalam pembentukan PPAP ini terdiri dari:

a. giro, deposito, tabungan dan setoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencarian,


(39)

c. surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal,

d. tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut dengan ukuran di atas 20 meter kubik.

Besarnya agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurangan dalam pembentukan PPAP ini ditentukan oleh masing– masing bank.

6. Sistem Pengawasan Kredit

a. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengawasan Kredit

Mcleod (2004:9) menyebutkan, ”sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan”. Sistem merupakan jaringan proses yang saling berhubungan dan dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan utama perusahaan, untuk memperkuat sistem pengawasan terhadap pendapatan dan biaya, maka diperlukan sistem pengawasan kredit. Sistem pengawasan ini berisikan prosedur yang harus dilalui dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk melindungi hak perusahaan dari penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan. Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis kredit dan merupakan suatu upaya untuk menjaga agar apa yang yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit.

Tjoekam (1999:220) menyatakan bahwa ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara dini, indikasi-indikasi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan, yang kemudian menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur”.


(40)

Pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga dan mengamankan kredit yang bersifat preventif. Pengawasan kredit ini juga merupakan suatu sistem dalam pengelolahan kredit yang berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh karena itu, pengawasan kredit harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan. Abdullah (2005:95) menyatakan bahwa pengawasan kredit adalah:

Suatu proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/ penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini (saat penilaian jaminan).

Abdullah (2005:95) menyatakan berdasarkan tujuannya, pengawasan kredit dapat dibagi menjadi dua yaitu:

prefentif control dan represif control. Prefentif Control merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan kredit, dan Represif Control merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan pada saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang terjadi.

b. Proses Pengawasan Kredit

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang mencapai urutan paling akhir dalam tujuan manajemen. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan suatu program telah dilaksanakan dengan efektif atau tidak. Pelaksanaan pengawasan


(41)

pengawasan kredit. Proses pengawasan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Proses pengawasan kredit Sumber: Moh. Tjoekam (1999:226)

Uraian dari mekanisme proses pengawasan kredit tersebut adalah dari kredit yang diberikan, dilakukan pemeriksaan, apakah terjadi penyimpangan dari perjanjian antara pihak debitur dengan bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa dari pihak bank maupun dari pihak debitur. Penyebab dari pihak bank misalnya struktur organisasi yang lemah dari pihak bank, kurang akurat dalam melakukan penelitian sebelum memberikan kredit, dan sebagainya, dan dari pihak debitur biasanya penyebabnya adalah menurunnya kondisi keuangan perusahaan.

Setelah dilakukan analisa terhadap penyebab penyimpangan tersebut, maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya, dari pelaksanaan program itu nantinya akan dibandingkan dengan suatu

Indentification of deviation Analysis of Couses of deviation Action program of corrective Implement ation of corrective Desired Performance Actual Performance Measurement of actual standard Comparison of actual against


(42)

standar yang baku dalam menentukan kolektibilitas kredit. Dalam tahap ini, kredit akan dikelompokkan dalam kelompok lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Hasil pengelompokan ini nantinya akan dapat menggambarkan actual performance.

B. Tinjauan Terdahulu

Tabel 2.1 Tinjauan Terdahulu Nama

dan Tahun

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Melinda Sinulingga (2006) Monica Citra (2006) Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit

Modal Kerja Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau

Analisis Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan Deskriptif Deskriptif Pelaksanaan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Medan Putri Hijau cukup efektif

Prosedur pemberian kredit telah sesuai dengan prosedur dan kebijakan standar yang berlaku secara umum dalam dunia perbankan. Hal ini dapat dilihat dari NPL per 31


(43)

C. Kerangka Konesptual

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

PT. Bank RakyatIndonesia. Tbk dalam memberikan Kredit Usaha Kecil akan berpedoman pada standar ataupun prosedur dalam memberikan kredit usaha kecil. Pada bagian ini lah ditentukan apakah seseorang itu layak diberikan kredit ataupun sebaliknya. Kemudianhasil dari observasi tersebut adalah keputusan dari untuk pemberian kredit.

Kredit Usaha Kecil

Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian

Adapun tempat penelitian dilakukan di Kantor PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau yang beralamat di Jl. Putri Hijau No. 2A Medan.

B. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan berupa penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian mengenai kegiatan yang berhubungan dengan pemberian kredit .

2. Wawancara, yaitu dengan pengumpulan data melalui tanya jawab dengan bagian account officer.

C. Jenis Data

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau secara langsung melalui wawancara.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan laporan keuangan.


(45)

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan Metode Deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

E. Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul 2 Penyelesaian Proposal 3 Pengumpulan Data 4 Seminar Proposal 5 Penulisan Proposal 6 Penyelesaian Laporan


(46)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada tanggal 16 Desember 1895 Raden Wiraatmadja dan kawan-kawan mendirikan De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Indlansche Hoofden

(Bank Priyayi Poerwokerto). Pada tahun 1898 dengan bantuan pemerintah Hindia Belanda didirikan Volksbanken atau bank rakyat di wilayah nusantara atau Hindia Belanda pada waktu itu. Kemudian pada tahun 1934, didirikan

Algemene Volkscrediet Bank (AVB) yang berstatus badan hokum eropa. Pada jaman pendudukan jepang, berdasarkan UU No.39 tanggal 3 Oktober 1942 AVB di pulau jawa diganti namanya menjadi Syamin Gnko ( Bank Rakyat).

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 1-1946 tanggal 22 Februari 1946 tentang aturan bank “Bank Rakyat Indonesia” ditetapkan berdirinya BRI yang merupakan kelanjutan dari Syamin Ginko. Pada masa pendudukan oleh Nederlan Indie Civil Administration bank ini ditutup, namun setelah perjanjian Roem-royen BRI kembali menjadi milik Negara RI 1945.

Perkembangan sejarah politik Indonesia ternyata telah mempengaruhi perkembangan sejarah Bank Rakyat Indonesia. Dengan surat keputusan Menteri Kemakmuran Republik Indonesia Serikat tanggal 16 Maret 1950,


(47)

direksi Bank Rakyat Indonesia Negara Bagian Republik Indonesia 1945 pindah dari Jogyakarta ke Jakarta.

Aturan Bank Rakyat Indonesia PP.No.1-1946 dipengaruhi dengan PP.No. 25-1951 sesuai dengan PP pengganti UU (Perpu) No.41-1960 LN.No. 128-1960 dibentuk Bank Koperasi, tani dan Nelayan (BKTN) dalam bank mana seharusnya berturut-turut dilebur dan diintegrasikan sebagai berikut:

a) BRI dengan Perpu No. 42 Tahun 1960 tanggal 26 Oktober 1960, b) PT. Bank Tani Nelayan berdasarkan Perpu No. 43 tahun 1960

tanggal 26 Oktober 1960,

c) Netherlands Hindel-Mij (NHM) setelah dinasionalisasikan dengan PP. No. 44/60 dan dengan peraturan Menkeu No. 261206/BUM II tanggal 30 November 1960 diserahkan ke BKTN.

Belum sampai integrasi ketiga bank pemerintah ini terlaksana, bank-bank umum Negara serta bank tabungan pos dan Penpres No. 8-1965 tanggal 4 Juni 1945 dijadikan satu bank Indonesia. Selanjutnya Bank Negara Indonesia Unit II (ex peleburan Bank Rakyat dengan Bank Tani dan Nelayan) dalam sehari-hari bekerja dengan nama Bank Negara Indonesia Unit II bidang rural, sedangkan ex NHM bekerja dengan nama Bank Negara Indonesia bidang Eksim.

Pada akhir tahun 1968 berdasarkan UU No. 14 tahun 1967 tentang UU pokok perbankan dan UU No. 13 tahun 1968 tentang UU Bank sentral yang mengembalikan Bank sentral, Bank Unit II Rural/eksim dipisahkan menjadi bank-bank milik Negara dengan namanya adalah sebagai berikut:


(48)

a) BRI yang menampung segala hak dan kewajiabn serta kekayaan dan perlengkapan BNI Unit II Bidang Rural dengan UU No.21 Tahun 1968,

b) Bank Eksim Indonesia yang menampung segala hak dan kewajiban serta kekayaan dan perlengkapan BNI Unit II bidang Eksim dengan UU No. 22 tahu 1968.

Setelah beroperasi lebih kurang 103 tahun (16 Desember) 1895 s/d 1998) dikeluarkan suatu keputusan yaitu diundangkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan pada tanggal 25 Maret 1992, maka berdasarkan pasal 21 ayat 1 UU No. 7 tahun 1992, suatu bank umum di Indonesia harus dibentuk dalam salah satu badan bentuk hukum yaitu Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan daerah, Koperasi dan Perseroan terbatas.

Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum yang didirikan dengan UU No. 21 Tahun 1968 harus menyasuaikan bentuk hukumnya menurut UU perbankan adalah Peraturan Pemerintah No.21 tahun1992 tentang penyesuaian bentuk hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi perseroan (persero), dimana peralihan bentuk hukum menjadi persero ini tidak beruabah statusnya sebagai badan usaha milik negara.

Sesuai dengan penjelasan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. S-1940/MK.01/1992 tertanggal 31 Juni 1992 penyesuaian badan hukum tersebut dilaksanakan dengan akta notaris No.133 tanggal 31 Juli 1992 yang dibuat oleh dan dihadapan Muhani Salim,SH seorang Notaris Di Jakarta.


(49)

Sejalan dengan bentuk hukum tersebut, telah ditetapkan modal dasar perseroan sebesar Rp. 5.000.000.000.000,- (lima triliun rupiah) terbagi dalam 5.000.000,- (lima juta) lembar saham masing-masing saham senilai dengan nilai nominal Rp. 1000.000,- (satu juta rupiah). Dari modal dasar tersebut telah diambil/ditempatkan dalam kas perseroan sebanyak 1.000.000,- lembar saham, dimana 99,99% saham dimaksud dikuasai oleh Negara Republik Indonesia.

Sesuai dengan pasal 1 akta pendirian No.133 tertanggal 31 Juli 1992, maka secara yuridis penyebutan Bank Rakyat Indonesia sebagai perseroan adalah perusahaan perseroan (Persero) PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero).

2. Strktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan pembagian kerja, wewenang antara orang-orang atau unit-unit atau bagian-bagian dalam organisasi, sistem komunikasi dan rentang kendali (span of control). Struktur organosaso merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya struktur organisasi, maka dapat diketahui wewenang dan tanggung jawab setiap personil yang menduduki jabatan tertentu sesuai dengan struktur organisasi yang ada. Berikut ini, akan dijelaskan strutur organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau.

a. Pimpinan Cabang

Pimpinan cabang merupakan pejabat tertinggi dikantor cabang. Tugas dari pimpinan cabang antara lain mempersiapkan, mengusulkan dan


(50)

melakukan negoisasi dan merevisi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dalam rangka mencapai target bisnis yang telah ditetapkan. Selain itu pimpinan cabang mempunyai wewenang untuk menolak dan menyetujui permohonan kredit nasabah dan memutuskan tingkat suku bunga kredit sesuai dengan kewenangannya.

b. Manajer Pemasaran

Manajer pemasaran ini bertanggung jawab kepada Pimpinan Cabang. Manajer pemasaran bertugas untuk mensupervisi Account Officer

Komersia, Account Officer Konsumer dan Account Officer program. Manajer pemasaran memiliki wewenang sebagai pemrakarsa kredit, memberikan rekomendasi untuk kredit putusan pejabat diatasnya, melaksanakan judgement sesuai kewenangannya dalam menganilisis, mengevaluasi dan memutus kredit, serta mengusulkan penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah.

Terdapat tiga account officer yang dibawahi oleh menajer pemsaran yaitu AO Komersial, AO Konsumer dan AO Program. AO Komersial memiliki wewenang untuk memeriksa kelengkapan dan memnita nasabah melengkapi persyaratan kredit, melakukan pemeriksaan usaha nasabah secara administrasi dan lapangan, memutuskan kredit modasl kerja, kredit investasi, kredit ekspor dan kredit impor sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh Pimpinan Cabang dan melakukan


(51)

negoisasi dengan debitur dalam rangka pemberian, penyelamatan dan penyelesaian kredit.

AO kensumer memiliki wewenang sebagai pejabat pemrakarsa kredit, memeriksa kelengkapan dan meminta nasabah melengkapi persyaratan kredit konsumtif, melaksanakan judgement yang mandiri sesuai dengan wewenang yang diberikan pimpinan cabang, dan melakukan koordinasi dengan dinas/isntansi yang terkait.

AO program mempunyai wewenang untuk menginvestasi calon nasabah yang akan dilayani, memprakarasai dan merekomendasikan permohonan kredit yang berbentuk program, menetapkan skla prioritas dalam pemecahan dan penyelesaian masalah kredit yang timbul melalui koordinasi dengan atasan dan instansi terkait dan memelihara kerjaan register dan dokumen yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

c. Manajer Operasional

Manajer opersional bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Cabang. Manajer operasional membawahi Assitant Manajer Penunjang penunjang, Assistan Manajer Operasional dan bagian AKU/LAP (Akuntansi Laporan). Selain itu manajer operasional mempunyai wewenang dalam hal antara lain mengelola kas kantor cabang dan surat-surat berharga, menyetujui pembayaran transaksi tunai serta kliring dan mengesahkan transaksi pemindahbukuan sesuai kewenangannya, meyetujui pengeluaran biaya eksploitasi sesuai


(52)

kewenangannya dan menandatangani semua nota hubungan BRI unit, dokumen dan laporan.

Asisten Manajer Penunjang Bisnis (AMPB) berada dibawah kewenangan manajer operasional. Wewenang yang dimiliki oleh AMPB diantaranya adalah menerbitkan instruksi pencairan kredit (IPK), setelah semua persyaratan kredit terpenuhi, sebagai cheker signer atas transaksi tunai yang berkaitan dengan pinjaman dan pelayanan sesuai dengan kewenangannya, sebagai pemeriksa atas penyiapan Surat Penawaran Putusan Kredit (Offering letter), melakukan pengendalian pencarian kredit sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam permohonan kredit, menerima dan menyimpan bukti asli kepemilikan agunan dari nasabah sesuai dengan yang dipersyaratkan. BRI unit yang meliputi kas, permohonan kredit, simpanan jasa bank, operasional/administrasi pembukuan dan juga SDM dan logistik.

3. Jenis-jenis Kredit

a. Kredit Modal Kerja (KMK)

Kredit modal kerja adalah fasilitas kredit untuk keperluan menanamkan modal kerja usaha perorangan/badan hukum. Fasilitas ini dapat digunakan untuk pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang dagangan, biaya operasional dengan jangka waktu kredit maksimum 1 tahun.


(53)

b. Kredit Investasi (KI)

Kredit investasi adalah fasilitas kredit untuk keperluan pembelian aktiva tetap usaha perorangan/badan hukum, misalnya mesin-mesin kendaraan denga jangka waktu kredit maksimum 3 tahun.

c. Kredit Pemilikan Rumah

Kredit Pemilikan Rumah adalah kredit yang diberikan untuk membeli rumah yang akan dipergunakan untuk keperluan pribadi dengan jangka waktu kredit maksimum 5 tahun.

d. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

Kredit kendaraan bermotor adalah kredit yang diberikan untuk membeli kendaraan bermotor yang akan dipergunakan untuk keperluan pribadi dengan jangka waktu kredit maksimim 5 tahun.

e. Kretap

Kretap adalah fasilitas kredit untuk karyawan yang mempunyai penghasilan tetap (PNS, POLRI, BUMN, BUMD dan swasta bonafide) dengan jangka waktu kredit maksimum 5 tahun.

f. Kresum

Kresum adalah fasilitas kredit untuk penerima pension PNS, TNI, POLRI, BUMN, BUMD dan swasta bonafide dengan jangka waktu kredit maksimum 4 tahun.

g. Kredit dengan agunan kas

Kredit dengan agunan kas adalah kredit yang seluruh jaminannya berupa agunan kas, dimana apabila debitur wanprestasi maka seluruh


(54)

agunan kas tersebut akan dicairkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur dengan jangka waktu kredit maksimum 5 tahun.

h. Kredit Impor

Kredit impor adalah fasilitas kredit untuk membiayai seluruh atau sebagian kegiatan dalam rangka impor barang, khususnya yang berhubungan dengan letter of credit impor dan jangka waktu kredit maksimum 1 tahun.

i. Kredit Ekspor

Kredit impor adalah fasilitas kredit untuk membiayai seluruh atau sebagian kegiatan dalam rangka ekspor barang dengan jangka waktu kredit maksimum 1 tahun.

4. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil

Prosedur pemberian kredit tersebut dibagi beberapa tahap sebagai berikut:

a. Tahap Permohonan kredit

Permhonan kredit yang diajukan calon debitur /pemohon kredit untuk semua jenis kredit adalah sama dengan berisikan dokumen- dokumen seperti berikut:

1. Dokumen inti, terdiri atas:

1. fotocopy kartu identitas (KTP), 2. pasphoto suami dan istri, 3. kartu Keluarga,


(55)

4. surat keterangan perincian penghasilan khusus pemohon berpenghasilan tidak tetap,

5. surat keterangan tempat bekerja / tempat usaha. 2. Dokumen pendukung, terdiri dari:

1. surat nikah,

2. rekening tabungan batara/giro BRI,

3. surat keterangan dari Developer / penjual rumah, 4. berkas kelengkapan data lainnya, seperti:

a) Jika pemohon PNS/ABRI/Sipil ABRI/BUMN/Swasta Besar

1. kartu pegawai / pensiun (NIP),

2. surat keterangan kepangkatan / jabatan terakhir, 3. surat keterangan pensiunan / purnawirawan, 4. sekomendasi asuransi ABRI,

5. surat kuasa pemotongan gaji.

b) Jika pemohon wiraswasta perorangan /swasta /pekerja profesional.

1. akte pendirian perusahaan ( jika pemohon sebagai komisaris / Direksi),

2. surat Izin Usaha,

3. surat Keterangan Lurah / Camat, 4. tanda daftar perusahaan,


(56)

6. kartu askes (jika ada), 7. NPWP perusahaan,

8. rekening tabungan / giro di bank lain (jika ada).

5. surat izin praktek ( jika pemohon dokter, apoteker, akuntan publik, pengacara, dan pekerja profeional lainnya).

Kemudian dokumen-dokumen permhonan di atas diberikan kepada karyawan bagian pelayanan kredit dan selanjutnya karyawan tersebut memeriksa kelengkapan dari pemohon.

b. Tahap Analisa Kredit

Setelah pihak bank menerima dan memeriksa kebenaran data- data pada berkas pemohon kredit serta menilai kelayakan pemohon, maka pihak bank akan melakukan penjadwalan wawancara. Tahap wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan dan kemauan pemohon dalam membayar angsuran kredit, serta mencari data-data lain yang mendukung penilaian calon debitur/pemohon. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam wawancara adalah :

1. kebenaran data permohonan pada isian permohonan,

2. hubungan antara Bank Rakyat Indonesia dengan pemohon (kreditur-debitur),

3. hak dan kewajiban debitur,

4. kalau kreditnya KPR adanya penyelesaian listrik, sertifikat dan IMB bukan tanggung jawab Bank Rakyat Indonesia,


(57)

a) mengetahui penghasilan pemohon per bulan dan tingkat kelangsunganya serta tingkat pengeluarannya keluarga per bulan,

b)meneliti :

1) jenis usaha,

2) pengalaman masa kerja, 3) jumlah tanggungan, 4) lokasi tempat kerja, 5) legalisasi usaha.

Jika dalam penelitian ditemukan data yang meragukan/samar, maka perlu diadakan konfirmasi untuk mendapatkan data yang akurat melalui telepon atau mendatangani alama kantor/rumah/tempat usaha pemohon sesuai dengan data yang ada di form. Wawancara yang dilakukan pihak bank yaitu tatap muka secara langsung dengan calon debitur dan pada umumnya menggunakan analisa 5 C yaitu :

1. character (tingkah laku), 2. capacity (kemampuan), 3. capital (modal),

4. collateral (jaminan/agunan),

5. condition of Economic (kondisi ekonomi).

Tahap analisa adalah tahap dimana bank akan melakukan analisa terhadap permohonan yang telah diajukan oleh debitur/pemohon. Pihak bank yang telah melakukan wawancara terhadap pemohon kemudian


(58)

menganalisanya dimana formulir permohonan, berkas kelengkapan data dan hasil wawancara akan disusun dalam suatu Daftar Usulan Pemohon (DUP).

Daftar Usulan Pemohon tersebut diajukan kepada suatu komite yang disebut Rapat Komite Kredit (Rakomdit) untuk memberikan keputusan atas permohonan kredit tersebut Keputusan Rakomdit, dapat :

1. disetujui karena memenuhi syarat-syarat dan ketentuan Surat Penegasan Persetujuan Pemberian Kredit (SP3K),

2. ditolak karena tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan SP3K,

3. disetujui dengan persyaratan tertentu.

Rakomdit persetujuan permohonan kredit disetujui paling sedikit 4 atau 5 orang yang memberikan keputusan kredit tersebut. Jika keputusan Rakomdit adalah disetujui atau disetujui dengan persyaratan, maka SP3K dapat diterbitkan. Dan jika permohonan kredit ditolak, maka pihak Bank Tabungan Negara akan memberikan surat Pemberitahuan kepada calon debitur.

c. Tahap Keputusan Kredit

SP3K diberikan apabila hasil keputusan Rakomdit adalah disetujui atau tidak disetujui dengan persyaratan. Surat Penegasan Persetujuan Pemberian Kredit (SP3K) berisikan antara lain :


(59)

3. jangka waktu kredit, 4. suku bunga,

5. angsuran per bulan, 6. jaminan kredit, 7. biaya Provisi, 8. biaya notaris,

9. angsuran bulan pertama, 10.biaya hak pertanggungan, 11.biaya penilaian jaminan,

12.saldo maksimum sampai dengan lunas,

13. pengguna kredit (nama penjual, blok kavling, developer dan lokasi) SP3K berlaku 6 bulan sejak diterbitkan sepanjang menurut penilaian bank, data pemohon kredit tersebut tetap. Setelah Surat Penegasan Persetujuan Pemberian Kredit dikeluarkan maka akan dilakukan Realisasi Kredit. Realisasi kredit adalah tanggal ditandatanganinya perjanjian kredit. Penandatanganan perjanjian kredit tersebut yang dilakukan oleh debitur telah dianggap menarik/mempergunakan secara efektif jumlah kredit. Pada saat debitur melakukan penarikan, maka bank akan melakukan pencatatan terhadap provisi kredit yang ditarik oleh debitur. Pencatatannya melalui jurnal sebagai berikut:


(60)

1) Pencatatan atas provisi kredit

Kas ...xxx Pendapatan Provisi kredit ...xxx

2) Pencatatan atas penarikan kredit oleh debitur

Kredit yang diberikan ...xxx Kas ...xxx

Pengakuan pendapatan bunga yang diperoleh dari kredit yang diberikan, maka pihak bank ini menggunakan dasar akrual, yaitu pihak bank mengakui sebagai pendapatan tanpa melihat penerimaan kas. Pihak bank mencatat pendapatan bunga dengan jurnal:

Pendapatan bunga kredit yang diterima ...xxx Pendapatan bunga kredit ...xxx

Dan pada saat pihak bank menerima setoran bunga dari debitur, maka pihak bank akan mencatat dengan jurnal:

Kas ...xxx Pendapatan bunga kredit yang akan diterima ...xxx Jika kredit tersebut sudah sejak awal bulan dikategorikan sebagai kredit yang bermasalah (kurang lancar, diragukan dan macet), maka pihak bank melakukan pendapatan bunga dengan menjurnal sebagai


(61)

Pendapatan bunga dalam penyelesaian ...xxx Kontra pendapatan bunga dalam penyelesaian ...xxx

Dan bila bank memperoleh bunga dari debitur, maka akan mencatatnya sebagai :

Kontra pendapatan bunga dalam penyelesaian ...xxx Pendapatan bunga dalam penyelesaian ...xxx Saldo dari pendapatan bunga dalam penyelesaian ini akan dimasukkan kedalam laporan tagihan kontijensi. Untuk menutupi kemungkinan timbulnya kerugian yang timbul sehubungan dengan pembentukan dana kedalam aktiva produktif, seperti penempatan pada bank lain surat berharga yang dimiliki, dan juga terhadap kredit yang diberikan, maka pihak Bank Tabungan Negara juga membentuk penyisihan terhadap aktiva tersebut. Penyisihan terhadap aktiva ini disajikan sebagai pengurangan aktiva tersebut.

Pembentukan cadangan ini dihitung dengan cara: a. kredit lancar = 1% x total jumlah kredit lancar,

b. kredit dalam perhatian khusus = 5% xtotal jumlah krdit dalam perhatian khusus,

c. kredit kurang lancar =15% x total jumlah kredit kurang lancar, d. kredit diragukan = 50% x total jumlah kredit diragukan, e. kredit macet = 100% x total jumlah kredit macet.


(62)

Berdasarkan data kolektibilitas kredit pada bank ini (tabel 4.1) maka bank membentuk dana cadangan terhadap kreditnya sebesar:

a. Cadangan umum = 1% x 343.703.361.000 = 3.437.033.610 b. Cadangan tujuan :

1) Dalam perhatian khusus=5% x 48.205.220.000 = 2.410.261.000 2) Kurang lancar = 15% x 1.008.741.000 = 151.311.150 3) Diragukan = 50% x 688.228.000 = 344.144.000 4) Macet = 100% x 7.691.083.000 = 7.691.083.000

Tabel 4.1

Kolektibilitas Kredit PT. Bank Rakayat Indonesia sampai Desember 2009

Pos- pos L DPK KL D M Jumlah

Kredit kepada pihak ketiga

343.703.361 48.205.220 1.008.741 688.228 7.691.083 401.296.633

Sumber: PT. Bank Rakyat Indonesia (dalam ribuan rupiah) kredit yang sudah tidak dapat ditagih lagi, maka kredit tersebut dapat dihapus bukukan. Penghapus bukuan kredit ini tidak menyebabkan hapusnya hak tagih. Dalam keadaan seperti ini, bank akan menghapusbukukan kredit yang diakui dengan pengambilalihan agunan dan jaminan. Kredit yang dihapusbukukan adalah sebesar sisa kewajiban debitur yang dibebankan pada pos penyisihan. Sedangkan terhadap tagihan kontijensi dilakukan jurnal balik. Jika pihak bank mendapat setoran dari kredit yang telah dihapus buku, yang diperoleh dari agunan,


(63)

penyisihan kerugian kredit dan jika masih berlebih, maka akan diakui sebagai pendapatan bunga.

5. Sistem Pengawasan

Pengawasan merupakan hal yang sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana program yang telah direncanakan telah dilakukan. Pengawasan yang dilakukan bank sejauh ini dimulai dengan pembagian tugas yang terpisah antara bagian yang mengurus pembukuan terhadap kredit dan bagian yang melakukan administrasi serta bagian yang menerima permohonan kredit. Selain itu, bank melakukan pengawasan kredit dengan menentukan kolektibilitas kredit setiap bulannya. Penentuan kolektibilitas kredit ini dengan memperhatikan waktu pembayaran angsuran, nilai dan kondisi jaminan. Kondisi keuangan debitur, dan juga melihat dokumentasi kredit.

Pengawasan ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berasal dari bagian Pembukuan Pinjaman dan bagian administrasi Kredit. Ini berguna untuk melihat berapa besar kredit yang berada dalam kualitas lancar, dalam perhatiaan khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Pengelompokan kredit ini dilakukan oleh bank ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas Aktiva Bank Umum, kredit tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori dengan penilaian sebagai berikut:


(64)

a. Lancar, jika:

1) pembayaran angsuran pokok/bunga tepat waktu, 2) memiliki rekening yang aktif,

3) bagian dari kredit yang dijaminkan dengan agunan tunai. b. Dalam perhatian khusus, jika:

1) terdapat tunggakan pokok /bunga yang belum mencapai 90 hari, 2) kadang-kadang terjadi cerukan,

3) jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak, 4) mutasi rekening relative aktif,

5) Didukung jaminan kredit. c. Kurang Lancar, jika:

1) terdapat tunggakan angsuran pokok/bunga yang telah melampaui 90 hari,

2) sering terjadi cerukan,

3) terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari,

4) terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur, 5) dokumentasi pinjaman yang lemah.

d. Diragukan, jika:

1) terdapat tunggakan melampaui 180 hari, 2) terjadi cerukan yang bersifat permanen, 3) terjadi wanprestasi melampaui 180 hari,


(65)

4) dokumentasi yang lemah baik terhadap perjanjian kredit maupun terhadap pengikatan jaminan.

e. Macet, jika:

1) terdapat tunggakan yang telah melampaui 270 hari, 2) kerugian operasional ditutup dengan pinjaman yang baru,

3) dari segi hukum kondisi jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Prosedur Pemberian Kredit

Prinsip pemberian kredit pada PT. Bank Rakayat Indonesia adalah dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, dimana melalui beberapa tahapan sebelum memperoleh kredit. Pihak bank juga memperhatikan prinsip 5C yaitu

Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition. Selain itu, pihak bank ini juga memperhatikan beberapa faktor lainnya yang terkait dengan pemberian kredit tersebut.

Pengakuan terhadap kredit yang diberikan dilakukan saat debitur melakukan penarikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:II.8A.2) yang menyatakan ”kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan”. Selain melakukan pencatatan terhadap jumlah kredit yang ditarik, PT. Bank Rakayat Indonesia


(66)

juga melakukan pencatatan terhadap provisi kredit yang dibayarkan pada saat penandatanganan perjanjian kredit. Pencatatan dibuat dengan jurnal:

Kas ...xxx Pendapatan provisi kredit ...xxx

Hal ini sesuai dengan yang tercantum pada Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:III.8A.8) yang menyatakan, ”....pihak bank akan membukukannya sebesar jumlah yang ditentukan, sebagai provisi kredit dengan mendebitkannya pada kas/rekening simpanan nasabah dan mengkreditkannya sejumlah yang sama pada pendapatan provisi kredit diterima di muka”.

Sistem perhitungan yang dipakai oleh PT. Bank Rakyat Indonesia adalah dengan tingkat suku bunga anuitas tahunan. Dalam menentukan tingkat suku bunga ini, PT. Bank Rakayat Indonesia juga memperhatikan tingkat suku bunga simpanan dari Bank Indonesia. Dalam mengakui pendapatan bunganya, PT. Bank Rakyat Indonesia menggunakan dasar akrual. Berdasarkan hasil wawancara penulis, dijelaskan bahwa pembagian dasar pengakuan pendapatan bunga terhadap kredit yang performing dan non performing sesuai dengan ketentuan dari Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:III.8A.2) yang mengatakan bahwa, ”pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali dari kredit dan aktiva produktif lainnya yang non performing. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lainnya yang


(67)

Pembentukan cadangan penyisihan bagi aktiva produktif pada PT. Bank Rakyat Indonesia ini juga sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR dan didukung pernyataan Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:III.8D.2) yaitu:

a. Cadangan Umum, sekurang-kurangnya 1% dari aktiva yang digolonkan lancar.

b. Cadangan Tujuan

Pengolongan

Dalam Perhatian Khusus 5 Persentase (%)

Kurang Lancar 15 Diragukan 50 Macet 100

PT. Bank Rakyat Indonesia melakukan penghapusbukuan kredit jika kredit tersebut tidak dapat ditagih lagi. Tetapi, walaupaun kredit ini dihapusbukukan, tidak menyebabkan hapusnya hak tagih. Menurut Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:11.8D.1), ”penghapusbukuan terbagi atas dua yaitu penghapusan kredit (hapus buku) dan penghapusan hak tagih”, dan yang dilakukan oleh PT. Bank Rakayat Indonesia adalah penghapusan kredit. Penghapusan kredit yang dilakukan adalah sebesar sisa kewajiban debitur yang dibebankan pada pos penyisihan, sedangkan terhadap tagihan kontijensi dilakukan jurnal balik. Maksudnya, terhadap jumlah pendapatan bunga dalam penyelesaian yang terdapat dalam tagihan dilakukan


(68)

pembalikan untuk menghapusnya dengan menggunakan damai, yaitu dengan melakukan reschedulling, danrestrukturisasi.

2. Sistem Pengawasan Kredit

Tjoekam (1999:220) mengatakan bahwa, ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara dini indikasi-indikasi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan, yang kemudian mungkin menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur”. Pengawasan kredit merupakan upaya untuk menjaga dan mengamankan kredit dan merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit yang dapat berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan.

Pengawasan yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia salah satunya adalah dengan memisahkan tugas antara bagian yang menerima permohonan kredit dengan bagian yang melakukan administrasi terhadap kredit dan bagian yang membukukan kredit. Dalam melakukan pengawasan kredit, pihak bank mereview kembali kredit yang telah diberikan untuk menentukan kolektibilitas kredit yang nantinya dapat dicari penyelesaian dari kredit bermasalah. Penentuan kolektibilitas kredit ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.


(69)

penyelesaian yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia mulai dengan cara damai, yaitu dengan melakukan reschedulling, dan restrukturisasi dan apabila nasabah tidak dapat membayar kredit tersebut maka bank akan melakukan tindakan secara hukum, yaitu dengan melakukan likuidasi jaminan dengan cara melakukan lelang yang disaksikan oleh pihak debitur dan juga notaris.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Medan Putri Hijau maka dapat disimpulkan hal-hal seperti dibawah ini..

1. Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau dapat dilihat dari berbagai jenis yaitu : Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kretap, Kresum, Kredit dengan agunan kas, Kredit Impor dan kredit Ekspor.

2. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau telah dilaksanakan sebagaimana mestinya serta telah sesuai dengan buku pedoman Operasionalnnya.

3. PT. Bank Rakyat Indonesia menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dalam memberikan kredit, dan pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit yaitu tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit, dan tahap keputusan kredit.


(71)

4. Sistem pengawasan pada PT. Bank Rakyat Indonesia dilakukan dengan melakukan pemisahaan tugas, melakukan review, dan kemudian tingkat kolektibilitas kredit yang sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang perihal Kualitas Aktiva Bank Umum.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka saran dapat dilihat di bawah ini.

1. Sebaiknya PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Cabang Medan Putri Hijau kedepannya lebih meningkatkan kualitas sistem pengawasan dalam pemberian kredit, agar pada tahun berikutnya posisi kredit NPL (Non Performing Loan) semakin lebih baik.

2. Sebaiknya, untuk penelitian selanjutnya dapat melihat keseluruhan komponen laporan keuangan, sehingga dapat dilihat dengan jelas sampai sejauh mana keefektifan sistem pengawasan pemberian kredit yang dipakai perusahaan.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005. Manajemen Perbankan, Cetakan Ketiga, UUM Press, Malang.

Bank Indonesia, 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor SE No.6/23/DPNP

tanggal 31 Mei 2004.

Bank Rakyat Indonesia, 2003. Pedoman Pelaksanaan Kredit Bisnis Ritel, Cetakan Pertama, Kantor Pusat, Jakarta.

Budisantoso, A. Totok., Susilo, Y. Sri., Triandru, Sigit. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Cetakan Pertama, Salmeba Empat, Jakarta.

Citra, Monica, 2006. Analisis Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia, 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), Revisi 2001, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2001. Manajemen Perpajakan, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Kasmir, 2002. Dasar-dasar Perbankan, Edisi Satu, Cetakan Pertama, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta

Mcleod, Raymond Jr dan George Scheel, 2004. Sistem Informasi Manajemen, Edisi Kedelapan, Terjemahan Hendra Teguh, PT. Itermasa, Jakarta Pusat.

Sinulingga, Melinda, 2006. Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan


(73)

Sutarno, 2003. Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank, CV. Alfabeta, Jakarta. Tjoekam, Moh., 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil: Konsep, Teknik &

Kasus, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(1)

pembalikan untuk menghapusnya dengan menggunakan damai, yaitu dengan melakukan reschedulling, dan restrukturisasi.

2. Sistem Pengawasan Kredit

Tjoekam (1999:220) mengatakan bahwa, ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara dini indikasi-indikasi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan, yang kemudian mungkin menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur”. Pengawasan kredit merupakan upaya untuk menjaga dan mengamankan kredit dan merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit yang dapat berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan.

Pengawasan yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia salah satunya adalah dengan memisahkan tugas antara bagian yang menerima permohonan kredit dengan bagian yang melakukan administrasi terhadap kredit dan bagian yang membukukan kredit. Dalam melakukan pengawasan kredit, pihak bank mereview kembali kredit yang telah diberikan untuk menentukan kolektibilitas kredit yang nantinya dapat dicari penyelesaian dari kredit bermasalah. Penentuan kolektibilitas kredit ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Setelah dilakukan penilaian kolektibilitas kredit, maka pihak bank akan menentukan tindakan untuk menyelesaikan kredit bermasalah. Tindakan


(2)

penyelesaian yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia mulai dengan cara damai, yaitu dengan melakukan reschedulling, dan restrukturisasi dan apabila nasabah tidak dapat membayar kredit tersebut maka bank akan melakukan tindakan secara hukum, yaitu dengan melakukan likuidasi jaminan dengan cara melakukan lelang yang disaksikan oleh pihak debitur dan juga notaris.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Medan Putri Hijau maka dapat disimpulkan hal-hal seperti dibawah ini..

1. Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau dapat dilihat dari berbagai jenis yaitu : Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kretap, Kresum, Kredit dengan agunan kas, Kredit Impor dan kredit Ekspor.

2. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau telah dilaksanakan sebagaimana mestinya serta telah sesuai dengan buku pedoman Operasionalnnya.

3. PT. Bank Rakyat Indonesia menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dalam memberikan kredit, dan pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit yaitu tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit, dan tahap keputusan kredit.


(4)

4. Sistem pengawasan pada PT. Bank Rakyat Indonesia dilakukan dengan melakukan pemisahaan tugas, melakukan review, dan kemudian tingkat kolektibilitas kredit yang sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang perihal Kualitas Aktiva Bank Umum.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka saran dapat dilihat di bawah ini.

1. Sebaiknya PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Cabang Medan Putri Hijau kedepannya lebih meningkatkan kualitas sistem pengawasan dalam pemberian kredit, agar pada tahun berikutnya posisi kredit NPL (Non Performing Loan) semakin lebih baik.

2. Sebaiknya, untuk penelitian selanjutnya dapat melihat keseluruhan komponen laporan keuangan, sehingga dapat dilihat dengan jelas sampai sejauh mana keefektifan sistem pengawasan pemberian kredit yang dipakai perusahaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005. Manajemen Perbankan, Cetakan Ketiga, UUM Press, Malang.

Bank Indonesia, 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor SE No.6/23/DPNP

tanggal 31 Mei 2004.

Bank Rakyat Indonesia, 2003. Pedoman Pelaksanaan Kredit Bisnis Ritel, Cetakan Pertama, Kantor Pusat, Jakarta.

Budisantoso, A. Totok., Susilo, Y. Sri., Triandru, Sigit. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Cetakan Pertama, Salmeba Empat, Jakarta.

Citra, Monica, 2006. Analisis Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia, 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), Revisi 2001, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2001. Manajemen Perpajakan, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Kasmir, 2002. Dasar-dasar Perbankan, Edisi Satu, Cetakan Pertama, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta

Mcleod, Raymond Jr dan George Scheel, 2004. Sistem Informasi Manajemen, Edisi Kedelapan, Terjemahan Hendra Teguh, PT. Itermasa, Jakarta Pusat.

Sinulingga, Melinda, 2006. Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan

Stice, Earl K., James D. Stice, Fred Skousen, 2004. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Ketiga Belas, Terjemahan PT. Dian Mas Cemerlang,


(6)

Sutarno, 2003. Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank, CV. Alfabeta, Jakarta. Tjoekam, Moh., 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil: Konsep, Teknik &

Kasus, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.