Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau

(1)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

INDONESIA (PERSERO) TBK, MEDAN PUTRI HIJAU

TESIS

Oleh

M A H A D I

077011040/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA NA


(2)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

ASPEK JURIDIS PENANGANAN KREDIT BERMASALAH

DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK,

STUDI PADA KANTOR CABANG PT. BANK RAKYAT

INDONESIA (PERSERO) TBK, MEDAN PUTRI HIJAU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh M A H A D I 077011040/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2009


(3)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Judul Tesis : ASPEK JURIDIS PENANGANAN KREDIT

BERMASALAH DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, STUDI PADA KANTOR CABANG PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, MEDAN PUTRI HIJAU

Nama Mahasiswa : Mahadi

Nomor Pokok : 077011040

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) Ketua

( Prof.Dr.Syafruddin Kalo, SH, MHum)

Anggota

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) ( Prof.Dr.I r.T.Chairun Nisa B,MSc)


(4)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Telah diuji pada Tanggal 20 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn


(5)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

ABSTRAK

Berawal dari pengelolaan dana kas mesjid yang disalurkan kepada masyarakat dengan skema yang sederhana, pada 16 Desember 1895 lahirlah lembaga keuangan kecil bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden di Purwokerto Jawa Tengah sebagai cikal bakal BRI. Kini BRI telah tumbuh dan berkembang menjadi Bank yang besar dengan fokus bisnis pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). BRI telah menginspirasi berbagai pihak untuk lebih mendayagunakan sektor UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia.

Dari hasil penganalisaan data penelitian, ternyata bahwa BRI yang telah beroperasional sejak 114 Tahun yang lalu dari Visi dan Misinya tampak jelas bahwa kredit merupakan bisnis utamanya (core business), yang didalam penyalurannya terkandung hal yang sangat riskan yaitu adanya kemungkinan kredit bermasalah, sehingga BRI harus siap dan mempunyai upaya penanganan ketika kredit menjadi bermasalah, karena kegagalan dalam melakukan penanganan kredit bermasalah akan mengakibatkan kerugian bagi BRI, bahkan dapat dikatakan stabilitas usaha BRI dipengaruhi oleh keberhasilan penanganan kredit bermasalah. Kesiapan BRI dalam menangani kredit bermasalah ini diiringi dengan ketentuan dan pedoman penanganan kredit bermasalah yang komprehensif disertai dengan memorandum analisis penanganan kredit bermasalah yang sarat mengandung aspek hukum. Sehingga sangat relevan bagi BRI menempatkan aspek juridis (legaal aspect) pada kedudukan yang strategis dan merupakan aspek yang terpenting diantara aspek-aspek lainnya, sebab walaupun semua aspek yang ada cukup feasible tetapi kalau aspek pihak-pihak sebagai subjek hukum, aspek perjanjian kredit serta aspek jaminan kredit dan pengikatannya secara juridis tidak sah dan atau mengandung kelemahan maka semua ikatan perjanjian kredit antara BRI dengan debitur dapat gugur yang akan berakibat sulitnya BRI dalam melakukan penanganan kredit bermasalah.

Kenyataan tersebut di atas jelas menunjukkan bahwa BRI harus melakukan analisis aspek juridis dalam penanganan kredit bermasalah, karena analisis pemberian kredit hanya merupakan forecast berupa prediksi-prediksi/perkiraan-perkiraan dari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kemudian hari yang bisa saja tidak terjadi akibat unsur-unsur yang melekat dalam pemberian suatu kredit disamping tidak ada satupun cara atau sarana hukum yang dapat mencegah seseorang untuk tidak mengingkari janjinya (wan prestatie). BRI harus melakukan analisis juridis atas kredit bermasalah yang terjadi. baik dalam bentuk penyelamatan maupun penyelesaian meliputi aspek pihak-pihak sebagai subjek hukum, aspek perjanjian kredit dan aspek jaminan kredit serta pengikatannya. Dengan demikian upaya BRI dalam melindungi kepentingan bisnisnya akan mendapatkan perlindungan hukum, karena BRI dalam kebijakan analisis dan pengambilan keputusan penanganan kredit bermasalah telah menjadikan dasar-dasar hukum yang berlaku dalam praktek perbankan sebagai dasar kebijakan analisis dan keputusan yang diambil dalam penanganan kredit bermasalah yang terdapat di BRI


(6)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

ABSTRACT

Started from management of mosque fund of money supplied to society using the modestly scheme, in December 16th 1895, the small financial institution was established than named by De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden in Purwokerto of Central Java as genesis of BRI. Nowadays, BRI have growed and developed to be big Bank which is the business at Micro Finance (UMKM) is the main focus. BRI have been inspired to all parties to use the UMKM sector to be more efficiently as a the basic of Indonesia economics

From the result of analyzing of data research, BRI which the operational have since 114 years ago seeing from the mission and vision it’s become clear that credit is the main business (core business), what’s is in it’s chanelling is consisted in a very matter of risk that is the appearance of NPL (Non Performing Loan) situation, so that BRI have to ready and have the effort of handling when credit become problems, because failure in doing NPL (Non Performing Loan) will get loss, even can be told that stability of BRI effort influenced by efficacy of NPL (Non Performing Loan) was preventative. Readiness of BRI in handling NPL (Non Performing Loan) with rule and comprehensive guidance of NPL (Non Performing Loan) with memorandum analyses of handling of NPL (Non Performing Loan) which contains law aspect. So that very relevant for BRI to place the juridical aspect in strategic location and represent all important aspect among other aspect, cause although all existing aspect enough feasible but if the other aspect as law of the subjek, credit agreement aspect and also aspect of guarantee and relationship of all agreements of credit between BRI with debtors can be fall and will caused difficulty for BRI in handling NPL (Non Performing Loan) handling.

That fact above indicates that BRI have to do an analysis of aspect of juridical in handling of NPL (Non Performing Loan), because analysis of gift of credit only represent forecast in the form of predictions from probabilities will happen later or which might not possibly happened by effec of coherent elements in giving credit besides there ini no method of law which can prevent somebody in order not to break a promise (wan prestatie). BRI have to do the juridical analysis for credit when happened. Whether in the form of saving and also solving of covering unrighteous aspect as law subject, aspect of agreement of credit and aspect of guarantee of credit and also relationship. Thereby, this is BRI eforts in protecting its business importance will get protection of law, because BRI policy analyze and making decision of handling NPL (Non Performing Loan), have made legal fundament goint into effect in practice banking as policy base analyze and taking decision in handling NPL (Non Performing Loan) that be able in BRI.


(7)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirohim,

Sembari mengucap Alhamdulillah hirobbil Allamin, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Illahi Robbi yang telah memberikan rahman dan rahimnya, sehingga penulisan ini dapat diselesaikan.

Tesis ini berjudul “ASPEK JURIDIS PENYELAMATAN KREDIT

BERMASALAH DI PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK (STUDI PADA KANTOR CABANG PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK MEDAN PUTRI HIJAU).” Berawal dari rasa keingintahuan

penulis untuk mengetahui kondisi yang ideal atas praktek/pelaksanaan di lapangan (antara Das Sollen dengan Das Sein), dimana PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang telah percaya untuk memberikan fasilitas kredit kepada para nasabah seringkali dirugikan oleh para debitur nakal yang dengan sengaja menstimulate sedemikian rupa skenario pinjaman sehingga menjadi bermasalah.

Dengan penulisan ini diharapkan skenario tersebut dapat dihindari dan jika terjadi dapat diselamatkan serta jika sudah terjadi dapat diselesaikan dengan cepat, tepat dan akurat.

Penulis berterima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Direksi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Pemimpin Wilayah BRI Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana, Program Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera


(8)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Utara, Medan serta kepada Pemimpin Cabang BRI Medan Putri Hijau yang memberikan izin kepada penulis untuk meneliti dan mengelaborate kasus-kasus kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia, (Persero) Tbk

Kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K) dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas diterimanya penulis di Sekolah Pascasarjana Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Kepada yang terhormat Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program dan Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum, selaku sekretaris Program Magister Kenotariatan, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas segala daya dan upaya serta ikhtiar yang dilakukan untuk Sekolah Pascasarjana Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, sehingga dapat terselenggara dengan baik dalam membekali para Mahasiswa sebagai kader yang profesional di bidang yang digeluti

Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Suhaidi, SH, MH selaku ketua komisi pembimbing serta Prof. Dr .H .Syafrudin Kalo, SH, MHum, dan Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum, selaku anggota komisi Pembimbing, yang telah dengan tulus dan penuh kesabaran memberi bimbingan serta menerima konsultasi setiap saat di sela-sela waktu kesibukannya.


(9)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para Guru Besar, Bapak/Ibu Dosen pengajar Sekolah Pascasarjana Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membekali pengetahuan kepada penulis

Kepada seluruh jajaran pengelola dan administrasi sekolah pasca sarjana program Magister Kenotariatan beserta Staf yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama menempuh studi, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kepada teman-teman Angkatan 2007/C, penulis mengucapkan banyak terima kasih karena telah bersama-sama berdiskusi dalam pembahasan berbagai topik pembelajaran di Sekolah Pascasarjana Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan

Persembahan sujud dan pengharibaan yang tidak terhingga penulis haturkan kepada Alm. Ayahanda H. Sd. Mahyudin dan Alm. Ibunda Hj. Nurdeli yang telah membuai dan meninabobok dengan penuh kasih dan sayang dalam mengasuh serta mendidik penulis, semoga dapat merasakan kebahagiaan ini.

Kasih dan sayang penulis persembahkan kepada istri peneliti Ir. Eldini Andrasita Indasyah, Amd yang dengan penuh kesetiaan, kesabaran dan pengertian yang dalam serta anak-anak Penulis Syafiqa Firas Rania dan Naila Firas Raida sebagai mutiara hati, sembirang tulang, peneliti menyampaikan rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam.


(10)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Akhir kata, mudah mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi Perbankan pada umumnya serta secara khusus bagi Sekolah Pascasarjana Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmah dan hidayah-NYA kepada kita semua, Amin.

Medan, Juni 2009


(11)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : M a h a d i

2. Tempat/Tanggal lahir : Medan/01 April 1962

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

5. Riwayat Pendidikan :

a. Pendidikan Formal : SD Negeri 21 Medan – Tahun 1973

: SMP Negeri 11 Medan – Tahun 1976 : SMA Negeri 8 Medan – Tahun 1980 : S 1, FH USU, Medan – Tahun 1986 : S 2, MM UNDIP, Semarang – Tahun 2001 b. Pendidikan Non Formal : Training Kebijakan & Prosedure Kredit

Jakarta, 1991

: Seminar Leadership, IPPM,

Jakarta, 1993

: Pendidikan Pemimpin Cabang Olsib Selindo,

Hotel Mega Mendung, Jawa Barat, 1996

: Pendidikan Waskat bidang Operasional,

Hotel Ibis, Jakarta, 1996

: Kepemimpinan dan Pengembangannya,

Hotel Sedona Bumi Minang, Padang, 1997

: Pendidikan Pinca bidang Delivery System,

Graha Kencana, BKKBN, Jakarta, 1997

: Pendidikan Pengembangan Eksekutif Manajemen, Pusdiklat BRI Ragunan, Jakarta, 1999

: Pelatihan Pembiayaan Agribisnis Tebu & Gula,

IPB, Jogjakarta, 2002

: Pendidikan Agribisnis Kelapa Sawit,

PPKS, Medan, 2002

: Trainers Training CRM, Pusdiklat Ragunan,

Jakarta, 2003

: Program Pengembangan Eksekutif Perencanaan

Strategik, LPPM, Jakarta, 2003

: Mitigating Risks International Trade Finance

For Branch Manager, Jakarta, 2006

: ESQ Leadership Training, Jakarta Convention


(12)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

: Effektive Leadership, Workshop, Prasetya

Mulya Business School, Jakarta, 2006

: Tekno Ekonomi Agribisnis Karet, PT. FABA,

Hotel Manhattan, Jakarta, 2007

c. Riwayat Pekerjaan : Asisten Advocaat DR.Henry Lee Aweng, SH Medan, 1985

: Asisten Dosen Hukum Dagang FH. USU Medan, 1986

: Trainee BRI, Kc BRI Kendal, Kw BRI Semarang, 1988

: Ka Unit BRI Jembatan Dua, Kc Jakarta Kota, Kw BRI Jakarta, 1989

: Staff II, Kc BRI Pasar Minggu, Kw BRI Jakarta, 1992

: MLO I, Kc BRI Bondowoso, Kw BRI Surabaya, 1993

: MLO II, Kc BRI Jakarta Tanah Abang,

Kw BRI Jakarta, 1995 : Pinca BRI Bireueun, Kw BRI Banda Aceh, 1996 : Pinca BRI Mikro Semarang, Kw BRI Semarang, 1998

: Pemimpin Area Mikro Salatiga Cs, Kw. BRI Jogjakarta, 1998

: Group Head Analisa Resiko Kredit, Kw BRI Palembang, 2001

: Kabag Bisnis Ritel, Kredit Program dan


(13)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 24

G. Metode Penelitian ... 29

1. Spesifikasi Penelitian ... 29


(14)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

3. Analisis Data ... 32

4. Lokasi Penelitian ... 32

BAB II RELEVANSI ASPEK YURIDIS DALAM PENANGANAN KREDIT BERMASALAH ... 33

A. Gambaran Umum ... 33

1. Sejarah Singkat ... 33

2. Visi, Misi dan Strategi ... 34

3. Struktur Organisasi, Jaringan Kerja dan Operasional ... 34

B. Kantor Cabang BRI Medan Putri Hijau ... 36

1. Kedudukan dan Organisasi ... 36

2. Keragaan Usaha ... 36

C. Relevansi aspek-aspek yuridis ... 41

1. Aspek pihak-pihak sebagai subjek hukum ... 44

2. Aspek Perjanjian Kredit ... 50

3. Aspek Jaminan Kredit dan Pengikatannya ... 55

BAB III ANALISIS ASPEK YURIDIS DALAM PENANGANAN KREDIT BERMASALAH ... 61

A. Aspek Peminjam (Data Debitur) ... 61

B. Analisis Permasalahan ... 71

C. Rangkuman ... 83

D. Usul/Prakarsa ... 83

E. Rekomendasi ... 84


(15)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

BAB IV UPAYA HUKUM DALAM PENANGANAN KREDIT BERMASALAH GUNA MELINDUNGI KEPENTINGAN

BISNIS BRI ... 86

A. Dasar Hukum ... 86

B. Putusan Pengadilan Penanganan Kredit Bermasalah ... 90

C. Analisis Aspek-aspek Juridis... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan... 100

B. Saran ... 103


(16)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Judul Tesis Mahasiswa ... 9

2. Jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk ... 35

3. Keragaan Usaha Kanca BRI Medan Putri Hijau ... 37

4. Rasio Keuangan Kanca BRI Medan Putri Hijau ... 40


(17)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

1 Keragaan Usaha Kanca BRI Medan Putri Hijau ... 37 2A. Keragaan Simpanan dan Laba Rugi ... 38 2B. Keragaan Pinjaman dan Laba Rugi ... 39


(18)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi BRI ... 111

Lampiran 2 : Struktur Organisasi Kantor Wilayah BRI Medan ... 112

Lampiran 3 : Struktur Organisasi Kantor Cabang BRI Medan Putri Hijau ... 113

Lampiran 4 : Memorandum Analisis restrukturisasi kredit ... 114

Lampiran 5 : Memorandum Analisis Penyelesaian Kredit ... 118

Lampiran 6 : Transkrip Wawancara dengan Bapak Shubhan, Pemimpin Cabang BRI Medan Putri Hijau ... 122

Lampiran 7 : Putusan Mahkamah Agung Nomor.2706 K/Pdt/1993, Tanggal 30 Juni 1995 ... 129


(19)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka menunjang pembangunan jangka panjang nasional Republik Indonesia, Lembaga Jasa Keuangan Bank dituntut untuk dapat meningkatkan kontribusi pendanaan bagi pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pemberian akses pendanaan kepada masyarakat. Agar tujuan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai, penyaluran dimaksud harus berkualitas serta mampu memiliki daya tahan terhadap kemungkinan gejolak krisis sehingga perbankan sendiri dapat tumbuh dengan berkualitas.1

Bank sebagai lembaga jasa keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit,2 memiliki risiko yang hampir tidak dapat dihindarkan dari risiko tidak tertagihnya kredit yang disalurkan (kredit bermasalah),3 walaupun dalam memberikan kredit Bank telah mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan dari nasabah/debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.4

1

UU RI Nomor 17 Tahun 2007, Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, LNRI Nomor 33, TLN Nomor 4700, Tahun 2007, Bab IV.1.2.B.24, Hal. 46

2

UU RI Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, LNRI Nomor 182, TLNRI Nomor 3790 Tahun 1998, Pasal 1 angka 2

3

Siswanto Sutojo, Strategi manajemen kredit bank umum, PT.Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2000, Hal. 22

4


(20)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Sebagai badan usaha yang penuh risiko atas tidak tertagihnya kredit yang disalurkan, Bank harus mempunyai upaya penanganan kredit ketika kredit menjadi bermasalah,5 karena kegagalan dalam melakukan penanganan kredit bermasalah akan mengakibatkan kerugian bagi Bank. Bahkan dapat dikatakan stabilitas usaha Bank dipengaruhi oleh penanganan kredit bermasalah.6

Dalam pelaksanaan upaya penanganan kredit bermasalah tidak mustahil ditemukan Bank gagal dalam menangani kredit yang bermasalah.

7

Kegagalan Bank dalam melakukan penanganan kredit bermasalah tidak jarang bukan hanya disebabkan oleh faktor analisa bisnis/ekonomi semata namun juga disebabkan oleh faktor lain yang kurang cermat diperhatikan dalam melaksanakan penanganan kredit bermasalah.8

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang didirikan 114 tahun yang lalu, tepatnya 16 Desember 1895 oleh Raden Aria Wirjaatmadja di Purwokerto dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren,

Oleh karena itu analisa faktor-faktor lain disamping faktor bisnis/ekonomi dalam penanganan kredit bermasalah perlu menjadi perhatian Bank dalam upaya Bank melakukan penanganan kredit bermasalah.

9

5

Moh Tjoekam, Perkreditan bisnis inti bank komersial, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, Hal. 30

6

Ibid, Hal. 262

7

Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, Hal. 293

8

Siswanto Sutojo, Op. Cit, Hal. 181

9

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Laporan Tahunan 2007, Divisi Sekretariat Perusahaan BRI, Jakarta, 2007, Hal. 2


(21)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Sebagai lembaga jasa keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit.10

Sebagai lembaga jasa keuangan yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga memiliki risiko yang hampir tidak dapat dihindarkan dari tidak tertagihnya kredit yang disalurkan yaitu kredit bermasalah,

Kredit yang berhasil disalurkan oleh PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini berarti PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah dapat meningkatkan kontribusi pendanaan bagi pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pemberian akses pendanaan kepada masyarakat sehingga tujuan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.

Korelasi dari peningkatan kredit ini akan meningkatkan pendapatan bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang akan bermuara pada peningkatan Laba/Rugi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sehingga PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dapat tumbuh dan berkembang. Namun apakah penyaluran kredit dimaksud berkualitas serta mampu memiliki daya tahan terhadap kemungkinan gejolak krisis.

11

10

UU Nomor 10 Tahun 1998, Op.Cit, Pasal 1 angka 11, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

11

Peraturan Bank Indonesia (PBI), Nomor 9/06/PBI/2007, Tanggal 30 Maret 2007, Tentang Perubahan Kedua atas PBI 7/2 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Kredit bermasalah dikategorikan dalam 3 kelompok : yaitu Kredit kurang lancar, Kredit yang diragukan dan Kredit macet.


(22)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

tersebut PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah melakukan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan dari debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.12

Dengan angka kredit bermasalah absolut yang cukup besar ini tentu akan berpengaruh kepada pendapatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, karena kredit ini tidak menghasilkan pendapatan bunga, sementara dana yang dipergunakan dalam menyalurkan kredit yang dipinjam oleh debitur merupakan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang tetap harus diberikan bunga. Bahkan untuk kredit bermasalah oleh Bank Indonesia,

Secara umum jumlah kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang mengalami permasalahan secara persentase relatif kecil dan dari tahun ke tahun menunjukkan trend (kecenderungan) yang menurun, hanya jika dilihat keragaan kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tersebut secara angka absolut ternyata kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara Absolut yang mengalami permasalahan relatif cukup besar

13

12

SK BRI Nokep:S.142-DIR/ADK/12/2007, Tanggal 27 Desember 2007, Tentang Kebijaksanaan Umum Perkreditan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) (KUP BRI), Revisi Kelima, Bab IV, Hal.1-13.

13

Peraturan Bank Indonesia (PBI), Nomor 9/06/PBI/2007, Tanggal 30 Maret 2007, Tentang Perubahan Kedua atas PBI 7/2 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

Bank pelaksana diharuskan menyediakan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) menurut persentase tertentu dari kriteria kredit yang bermasalah, yang meningkat


(23)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

persentasenya dari kriteria kredit kurang lancar sebesar 15 % menjadi 50 % setelah menjadi kredit diragukan dan menjadi 100 % jika menjadi kredit macet

Sehingga dapat dibayangkan bagaimana perkembangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk jika seandainya kredit bermasalah yang ada tidak dapat ditangani dengan baik, dalam arti kredit bermasalah yang ada tidak dapat ditagih kembali, maka laba PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan tersedot untuk menutupi cadangan PPAP yang harus disediakan, yang akhirnya Laba Rugi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan menyusut karenanya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelangsungan usaha Bank sangat tergantung kepada kualitas penanaman dana Bank serta kesiapan Bank mengantisipasi kemungkinan timbulnya kerugian dalam penanamannya14

Dalam tatanan ekonomi moneter lebih lanjut kredit bermasalah tidak hanya merugikan Bank yang bersangkutan, melainkan akan menimbulkan kerugian yang sistemik15 yaitu kerugian yang cakupannya komprehensif dan menyangkut sebagian besar sistem perbankan sebagai lembaga intermediasi secara berkesinambungan. Bahkan kredit bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan baik bagi Bank pemberi kredit, dunia perbankan pada umumnya, maupun terhadap kehidupan ekonomi/moneter negara.16

14

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1993, Hal. 146

15

Halim Alamsyah, Restrukturisasi Perbankan dan Dampaknya terhadap Pemulihan Kegiatan Ekonomi dan Pengendalian Moneter, Makalah, SESPIBI, Jakarta, 1998, Hal. 5

16


(24)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Dari uraian tersebut tampak bahwa betapa pentingnya bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk menangani kredit bermasalah yang ada agar tidak mempengaruhi laba/rugi dan tingkat kesehatan serta menimbulkan risiko kerugian yang sistemik.

Guna mengantisipasi risiko kredit bermasalah tersebut PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah mempunyai ketentuan dan pedoman penanganan kredit bermasalah,17 namun dalam pelaksanaannya tidak mustahil juga ditemukan kegagalan dalam upaya menangani kredit yang bermasalah (kredit yang telah disalurkan gagal untuk ditagih kembali),18

B. Permasalahan

sehingga mengakibatkan kerugian bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Untuk itu kiranya perlu dilakukan penelitian terhadap pelaksanaan penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam upaya melakukan penanganan kredit bermasalah

Memperhatikan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti akan meneliti permasalahan aspek juridis penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yaitu :

17

SK DIR BRI Nokep:S.142-DIR/ADK/12/2007, Tanggal 27-12-2007, Tentang Kebijaksanaan Umum Perkreditan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Revisi Kelima, Bab VII, Hal.1-10 juncto SK DIR BRI, Nokep: S.94-DIR/ADK/12/2005, Tentang Restrukturisasi Kredit, Tanggal 30-12-2005, juncto SE Direksi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Nose : S.14-DIR/ADK/05 /2007, Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah, Tanggal 08-05-2007

18


(25)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

1. Bagaimanakah relevansi aspek juridis dalam penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

2. Bagaimanakah analisis aspek juridis dalam penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

3. Bagaimanakah upaya juridis dalam penanganan kredit bermasalah guna melindungi bisnis PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

C. Tujuan Penelitian

Dengan melakukan penelitian terhadap praktek penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan tampak bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui relevansi aspek juridis dalam penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

2. Mengetahui analisis aspek juridis dalam penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

3. Mengetahui upaya juridis penanganan kredit bermasalah guna melindungi bisnis PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk


(26)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dapat diketahuinya penanganan kredit bermasalah, diharapkan penelitian ini akan bermanfaat secara19

2.Praktis

: 1. Teoritis

Merupakan sumbangan pemikiran, referensi dan bahan kajian penelitian lebih lanjut dalam bidang hukum perbankan khususnya permasalahan penanganan kredit bermasalah dalam upaya melahirkan konsep hukum perbankan serta ilmu hukum kedepan yang bermanfaat bagi pembangunan nasional

a. Bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada khususnya serta Perbankan dan Penentu Kebijakan Perbankan di Indonesia pada umumnya dalam upaya penanganan kredit bermasalah yang ada, agar Perbankan memiliki kemampuan didalam menjaga stabilitas ekonomi, membiayai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, memiliki daya tahan terhadap kemungkinan gejolak krisis dan meningkatkan kontribusi dalam pendanaan pembangunan terutama peningkatan akses pendanaan.

b. Bagi debitur serta masyarakat pada umumnya, agar mengetahui/menyadari mengenai akibat dari risiko kredit bermasalah yang ada jika tidak dapat ditangani dengan baik, tidak hanya merugikan Bank yang bersangkutan, namun akibat lebih jauh juga dapat menimbulkan terjadinya risiko sistemik

19

Alvi Syahrin, Metodologi Penelusuran Literatur dan Penulisan Hukum, Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008, Hal. 50


(27)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

E. Keaslian Penelitian

Dari penelusuran terhadap judul tesis mahasiswa20

No

yang ada dilingkungan sekolah pasca sarjana program studi magister kenotariatan Universitas Sumatera Utara, tesis yang membahas permasalahan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk adalah :

Tabel 1. Judul Tesis Mahasiswa

Nama / Nim Judul Tesis

1 Bagas Pebru Satriadi 002111044

Aspek hukum tentang jaminan kredit pegawai dan pensiunan

2 Patar Hutasoit 002111050

Restrukturisasi Kredit Ritel 3 Redy M Thomson A

002111039

Aspek hukum surat kuasa membebaskan hak tanggungan dalam pemberian kredit oleh Bank 4 Monalisa

Simatupang 017011042

Wan prestasi Kredit umum pedesaan (KUPEDES) dan upaya penyelesaiannya

5 Herlia Ningsih 057011034

Proses pemberian dan penyelesaian kredit macet yang tidak diikat hak tanggunggan

Dengan demikian proposal penelitian dengan judul “Aspek Yuridis Penanganan Kredit Bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia, (Persero) Tbk” - Studi pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau ini belum ada yang membahasnya, sehingga tesis ini dapat dijamin keasliannya dan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

20


(28)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Undang-undang Perbankan21

Untuk memperoleh keyakinan tentang calon peminjam yang akan diberikan kredit, Bank mempunyai konsep dan metode penilaian kredit yang dapat menghasilkan suatu keputusan yang mampu memberikan kepercayaan pada Bank untuk menyalurkan kredit.

menyatakan, bahwa dalam pemberian kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Oleh karena itu jika Bank akan memberikan pinjaman kepada perorangan atau perusahaan, Bank harus yakin akan itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

22

Penilaian kredit dalam bentuk analisis kredit membantu untuk menentukan resiko yang ada atau yang mungkin terjadi dari pinjaman yang akan diberikan.

23

Dan agar analisis kredit dapat membantu para bankir memutuskan pemberian kredit secara benar, kegiatan itu harus dilakukan menurut prosedur yang benar pula.24

21

UU Nomor 10 Tahun 1998, Op.Cit, Pasal 8

22

Siswanto Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum, PT.Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2000, Hal. 51

23

Roger.H Halle, Credit Analisys, A Complete Guide, Jhon Wiley and Sons, Singapore, 1989, Page. 54, dalam Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah, PT.Damar Mulia Pustaka, Jakarta,2008, Hal. 73

24


(29)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Umumnya perbankan menggunakan instrument analisa kredit yang terkenal dengan nama The 5 C Principle (The five of Credit Principle)25

a. Character (Watak)

yaitu :

Untuk mengetahui sifat-sifat positif/negatif dari para calon debitur sebagai manajemen/pemilik perusahaan, Bank harus melakukan survey, studi dan riset terhadap tingkah laku, terutama sikap/tingkah laku mengenai kemauan dan tanggung jawab (willingness and responsibility) atas setiap kewajiban yang diperjanjikan. Perlu diketahui curriculum vitae, keterbukaan, kejujuran, ketekunan, kepribadian, efisiensi, tidak suka berjudi (spekulatif), kesabaran menghadapi sesuatu hal, konsultatif, sifat wirausaha dan sebagainya, sebagai pegangan moral calon debitur.

Memang tidak mudah memperoleh data seperti itu, namun Bank dapat melacaknya melalui curriculum vitae, sejarah hidup, family

information system, pejabat (lurah, camat, kepolisian, asosiasi usaha) dan

sebagainya.

b. Capacity (Kemampuan)

Gambaran mengenai kemampuan calon debitur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, kemampuan debitur untuk mencari dan mengkombinasikan resources yang terkait dengan bidang usaha, kemampuan memproduksi barang dan jasa yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen/pasar. Disamping itu juga kemampuan untuk variabel dari cashflow usaha, sehingga cashflow tersebut dapat menjadi sumber pelunasan kredit yang utama sesuai dengan jadwal yang sudah disetujui bersama.

c. Capital (Modal)

Penilaian pada aspek ini diarahkan pada kondisi keuangan nasabah, yang terdiri dari aktiva lancar (current assets) yang tertanam dalam bisnis dikurangi dengan kewajiban lancar (current liabilities) yang disebut dengan modal kerja (working capital); dan modal yang tertanam pada aktiva jangka panjang dan aktiva lain-lain. Analisis capital itu dimaksudkan untuk menggambarkan struktur modal (capital structure) debitur, sehingga bank dapat melihat modal debitur sendiri yang tertanam pada bisnisnya dan berapa jumlah yang berasal dari pihak lain (kreditur dan supplier). Bank harus mengetahui debt to equity ratio, yaitu berapa besarnya seluruh hutang debitur dibandingkan dengan seluruh modal dan cadangan perusahaan serta likuiditas perusahaan (likuiditas, solvabilitas dan Profitabilitas).

25


(30)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

d. Collateral (Jaminan)

Jaminan kredit yang mempertinggi tingkat keyakinan bank bahwa debitur dengan bisnisnya mampu melunasi kredit, dimana agunan ini berupa jaminan pokok maupun jaminan tambahan yang berfungsi untuk menjamin pelunasan utang jika ternyata dikemudian hari debitur tidak melunasi utangnya. Debitur menjanjikan akan menyerahkan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utangnya. Jaminan tambahan ini dapat berupa kekayaan milik debitur atau pihak ketiga.

e. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

Kondisi yang mempersyaratkan bahwa kegiatan usaha debitur mampu mengikuti fluktuasi ekonomi, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan usaha masih mempunyai prospek kedepan selama kredit masih dinikmati debitur. Jika dapat lebih 3 tahun ke depan kegiatan bidang usaha masih layak dan prospektif

Untuk mempertajam analisa, terutama terhadap permohonan kredit dalam jumlah tertentu, ditambahkan dengan kriteria The 5 P Principles, sebagai berikut :

a. People (Debitur)

Merupakan penilaian terhadap calon debitur termasuk mitra usahanya, orang atau lembaga yang mem-backup debitur, customer dan

suppliers, yang kesemuanya sangat penting dalam menunjang kegiatan usaha

calon debitur

b. Purpose (Tujuan)

Penilaian terhadap maksud permohonan kredit dari calon debitur agar penggunaan jumlah atau jenis kredit tersebut terarah, aman dan produktif serta membawa manfaat bagi pengusaha, masyarakat, bank dan otorita moneter.

c. Payment (Pembayaran)

Penilaian juga harus dilakukan terhadap sumber-sumber pelunasan primer dan sekunder, sehingga peta pelunasan (roadmap repayment) dan kemungkinan penyelesaian kredit dapat dilaksanakan tanpa kesulitan. Ini berkaitan dengan cashflow perusahaan dan variabel yang mempengaruhinya, sehingga akan lebih jelas bagaimana posisi cash in dan cash out, yang menggambarkan apakah perusahaan mengalami likuiditas usaha yang baik atau tidak.

d. Protection (Proteksi)

Bilamana usaha debitur mengalami kegagalan, bank sudah harus terlindungi dengan baik dari kesulitan penyelesaian kreditnya, dan bank harus mempunyai alternatif penyelesaian dengan agunan yang dikuasai dan pengikatan yuridis sesuai ketentuan yang berlaku.


(31)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

e. Perspective (Prospek)

Posisi usaha debitur pada waktu yang akan datang apakah mampu mengikuti kondisi ekonomi, keuangan dan fiskal. Ini berarti merupakan proyeksi perbandingan resiko dan cashflow perusahaan.

Disamping menggunakan prinsip pemberian kredit diatas, Bank dalam memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3 R26

1. Returns (Hasil yang diperoleh)

yaitu:

Hasil yang diperoleh oleh debitor, ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditor, artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan yang lain, seperti untuk cash

flow, kredit lain jika ada dan sebagainya

2. Repayment (Pembayaran kembali)

Kemampuan bayar dari pihak debitor, match dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan

3. Risk Bearing Ability (Kemampuan menanggung resiko)

Sejauh mana terdapatnya kemampuan debitor untuk menanggung risiko, misalnya dalam hal terjadi hal-hal diluar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan/atau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut

Rachmadi Usman27

a. Prinsip Matching

menambahkan beberapa prinsip lain yang mesti diperhatikan oleh suatu Bank dalam pemberian kredit yang berhubungan dengan debitur adalah :

Yaitu harus Match antara pinjaman dengan penggunaannya. Jangan sekali-kali memberikan suatu pinjaman berjangka waktu pendek untuk kepentingan pembiayaan/investasi yang berjangka panjang.

b. Prinsip kesamaan Valuta

Kredit haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama, sehingga risiko gejolak nilai valuta dapat dihindari, meskipun untuk itu tersedia apa yang disebut dengan Currency Hedging c. Prinsip perbandingan antara pinjaman dan modal.

Ada hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal. Jika pinjamannya terlalu besar disebut perusahaan yang

high gearing sebaliknya jika pinjamannya kecil dibandingkan modalnya

disebut low gearing), karena dari Pos permodalan, earnings yang akan

26

Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, Hal. 26

27


(32)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

didapat oleh perusahaan tidak fixed yaitu dalam bentuk dividen, sementara

cost terhadap suatu pinjaman yaitu dalam bentuk bunga relatif tetap.

d. Prinsip perbandingan antara pinjaman dan asset.

Alternatif lain untuk menekan resiko dari suatu pinjaman adalah dengan memperbandingkan antara besarnya pinjaman dengan asset, yang juga dikenal dengan gearing ratio.

Dengan demikian pemberian kredit yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan atas Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Pasal 8 adalah Kredit yang telah melalui proses penganalisaan, meliputi analisa the 5C ditambah dengan the 5P serta analisa lain yang diperlukan, sehingga diperoleh keyakinan untuk mempercayai debitur dapat mengembalikan kredit, yang disalurkan melalui suatu akad kredit yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit.28

Memperhatikan bunyi Pasal 1319 KUH Perdata,

29

bahwa “semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat di dalam bab ini dan bab yang lalu”, maka perjanjian kredit yang merupakan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat di dalam KUH Perdata Buku III.30

Ketentuan tentang perjanjian yang terdapat dalam Buku III KUH Perdata memiliki sifat mengatur (hukum pelengkap), artinya hukum yang dapat

28

SK BI No.27/162/KEP, Tgl. 31-03-1995 dan SE BI No.27/7/UPPB, Tgl. 31-03-1995, Tentang Kewajiban penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan Bank bagi Bank Umum

29

R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, Hal. 339

30

R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk pemberian kredit menurut hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, Hal. 3


(33)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

dikesampingkan oleh para pihak, apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat sendiri dalam suatu perjanjian.31 Para pihak bebas menentukan sendiri persetujuan mereka.32

Sifat mengatur (hukum pelengkap) dari KUH Perdata ini tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata

33

Dengan azas kebebasan berkontrak Kreditur dan Debitur mengatur persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam di antara mereka mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban yang harus dilakukan.

yang mengandung azas kebebasan berkontrak, artinya setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum serta dengan tetap memperhatikan syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

34

Azas kebebasan berkontrak ini disatu sisi dapat membuat para pihak lebih luwes dalam mengatur persetujuan atau kesepakatan yang akan dibuat, namun melihat unsur-unsur yang melekat dalam pemberian suatu kredit akan menimbulkan adanya kemungkinan cidera janji (wan prestatie) dari masing-masing pihak.

35

31

CST. Kansil dan Christine ST. Kansil, Modul Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2000, Hal. 10

32

Ibid, Hal.211

33

R. Subekti & R. Tjitrosudibio Op.Cit, Hal. 342

34

Rachmadi Usman, Op. Cit, Hal. 265

35

Rachmadi Usman, Op. Cit, Hal. 265-267


(34)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Thomas Suyatno,36

a. Kepercayaan

mengemukakan unsur-unsur dalam suatu pemberian kredit adalah :

Keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

b. Tenggang waktu

Suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk

Tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan berarti semakin tinggi pula tingkat resikonya.

d. Prestasi

Objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa, Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit dalam bentuk uanglah yang lazim dalam praktek perkreditan.

Dengan demikian cidera janji (wan prestatie) dari salah satu pihak atas kesepakatan yang telah dituangkan dalam perjanjian kredit akan mengakibatkan kredit yang telah disalurkan oleh Bank/Kreditur kepada Nasabah/Debitur menjadi Kredit bermasalah.37

Menurut Rachmadi Usman,38

36

Thomas Suyatno, H.A. Chalik, M. Sukada, C.T.Y. Ananda dan D.T. Marala, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, Hal.14

37

Tan Kamelo, Penyelesaian Kredit macet dengan eksekusi jaminan, Seminar Nasional “Perspektif notaris sebagai pejabat lelang” Sekolah Pasca Sarjana, Program Magister Kenotariatan, USU, 2007, Hal. 3

38

Rachmadi Usman, Op. Cit, Hal.259.

timbulnya kredit-kredit bermasalah dalam dunia perbankan dewasa ini, selain karena debitur tidak mau membayar utangnya, juga terlihat dalam prosedur pelaksanaan pemberian kreditnya yang ternyata juga mengalami penyimpangan.


(35)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Tan Kamelo39

Siswanto Sutojo

menyatakan kreditur dan debitur berpotensi untuk melakukan kesalahan melalui perbuatan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum.

40

1. Faktor intern Bank

mengemukakan penyebab kredit bermasalah dapat berhulu pada tiga macam sumber, yaitu :

Faktor intern Bank yang dapat menjadi penyebab munculnya kredit bermasalah adalah:

a. Rendahnya kemampuan atau ketajaman Bank melakukan analisis kelayakan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur

b. Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dan administrasi kredit mereka

c. Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham Bank dalam keputusan pemberian kredit

d. Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna Hempel Cs dalam Siswanto Sutojo,41

1. Taksasi nilai jaminan yang lebih tinggi dari nilai sebenarnya

mengemukakan dua puluh faktor intern Bank penyebab kredit bermasalah, yaitu:

2. Penarikan dana kredit oleh debitur sebelum dukomentasi kredit diselesaikan

3. Kredit diberikan tanpa pendapat dan saran dari komite kredit, atau diusulkan oleh petugas Bank yang mempunyai hubungan persahabatan dengan Bank

4. Kredit diberikan kepada perusahaan baru yang dikelola pengusaha yang belum berpengalaman

5. Penambahan kredit tanpa tambahan jaminan yang cukup

6. Berulang kali Bank mengirimkan surat teguran tentang penunggakan bunga, tanpa tindakan lanjutan yang berarti

7. Bank jarang mengadakan analisis cash flows dan daya cicil debitur 8. Account officer tidak sering meneliti status kredit

39

Tan Kamelo, Op. Cit, Hal. 11.

40

Siswanto Sutojo, Op. Cit, Hal. 18-25

41

Hampel, George H, Coleman, Alan B dan Simonson, Donald G, Bank Management : Text and Cases, John Wiley & Sons Inc, New York, 1990, dalam Sutojo, Siswanto, Op.Cit, Hal. 23


(36)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

9. Tidak ada usaha Bank untuk mengawasi penggunaan kredit, sehingga timbul kemungkinan debitur menggunakannya secara tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian kredit

10. Komunikasi antara Bank dan debitur tidak berjalan lancar

11. Tidak ada rencana dan jadwal pembayaran kembali kredit yang tegas atau tidak dilampirkan pada perjanjian kredit

12. Bank tidak dapat menerima neraca dan daftar L/R debitur secara teratur 13. Bank tidak dapat merealisir jaminan kredit karena debitur mengajukan

berbagai macam argumen juridis

14. Bank gagal menerapkan sistem dan prosedur tertulis mereka

15. Pimpinan puncak Bank terlalu dominan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit

16. Bank mengabaikan terjadinya cerukan, walaupun sadar bahwa cerukan adalah salah satu tanda terganggunya kondisi keuangan debitur

17. Bank tidak berhasil meninjau kondisi fasilitas produksi milik debitur 18. Daftar keuangan dan dokumen pendukung yang diserahkan kepada

Bank, telah direkayasa sebelumnya, tidak diaudit atau tidak diverifikasi 19. Bank tidak memperhatikan laporan dari pihak ketiga yang bernada

kurang menguntungkan debitur

20. Bank tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka mencium tanda-tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang kearah kredit bermasalah

Menurut Sutojo, apabila dibaca secara teliti tampak bahwa banyak di antara kedua puluh faktor intern tadi sebenarnya merupakan penjelasan dari keempat faktor intern Bank yang telah diuraikan diatas.

2. Faktor intern Debitur, dapat berupa:

a. Setiap jenis gangguan terhadap kesinambungan keuangan mereka sehingga menyebabkan ketidaklancaran pembayaran bunga dan/atau cicilan kredit

b. Gangguan terhadap diri pribadi debitur

Misalnya kecelakaan, sakit, kematian dan perceraian Robert H Behrens,42

1. Mismanagement (Salah urus)

mengetengahkan tiga faktor utama intern debitur penyebab munculnya kredit korporasi bermasalah, yaitu:

2. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalankan, dan

3. Fraud (Penipuan)

42

Behrens, Robert H, Commercial Loan Officer’s Handbook, Bankers Publishing Company, Tokyo, Jepang, 1994, dalam Sutojo, Siswanto, Op.Cit, Hal. 22-23


(37)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

3. Faktor ektern

1. Perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang merugikan kegiatan bisnis perusahaan mereka

2. Bencana Alam, seperti Gempa bumi, banjir, badai, musim kemarau yang berkepanjangan, kebakaran dan sebagainya

3. Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan untuk mengembangkan kondisi ekonomi keuangan atau sektor-sektor usaha tertentu. Apabila bidang usaha debitur kebetulan terkena dampak kurang menguntungkan dari peraturan pemerintah tertentu, maka peraturan tersebut dapat menjadi sebab menurunnya hasil usaha dan likuiditas keuangan mereka.

Erman Munzir,43 1. Kegagalan usaha Debitur

mengutarakan empat macam faktor ekstern penyebab kredit bermasalah, yaitu:

2. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit

3. Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat, oleh debitur yang tidak bertanggung jawab, dan

4. Musibah yang menimpa perusahaan debitur Moh. Tjoekam,44

a. Kondisi keuangan Debitur

menyebutkan sumber dari tanda-tanda penyimpangan berasal dari sejumlah variabel:

b. Kondisi business activity debitur setiap waktu c. Sikap para debitur

d. Sikap bankir

e. Banking environtment

Dengan demikian penyebab kredit menjadi bermasalah dapat diakibat oleh faktor yang timbul dari dalam Bank sendiri (Intern Bank) yaitu Kreditur maupun faktor dari luar Bank (Extern Bank) yaitu Debitur karena pengingkaran

(wan prestatie) dari kesepakatan yang telah dituangkan dalam perjanjian

kredit.45

43

Munzir, Erman, Seminar Penghapusan Kredit macet : Problematika dan pemecahannya, Bank Indonesia, Jakarta, 1996, Siswanto Sutojo, Op.Cit, Hal. 24

44

Moh. Tjoekam, Op. Cit, Hal. 264.

45


(38)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Kredit bermasalah merupakan bagian dari kehidupan bisnis perbankan yang selalu membayangi dalam setiap proses pemberian kredit yang disalurkan,46 namun tidak boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang. Harus ditangani secara serius sehingga tidak tumbuh menjadi kredit macet yang akan merugikan Bank.47

Untuk menangani kredit bermasalah terlebih dahulu perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab kredit bermasalah, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah yang akan diambil agar kredit bermasalah dapat diselamatkan dan atau diselesaikan.

48

Umumnya jika terjadinya kredit bermasalah, Bank akan melakukan langkah-langkah/tindakan-tindakan, yang akan dilakukan dengan melihat kondisi dari kredit bermasalah yang ada.

49

Dalam langkah penyelamatan ini dipakai beberapa strategi,50

a. Rescheduling

yaitu: Memberi keringanan kepada nasabah berupa penjadwalan kembali pembayaran-pembayaran utang pokok/angsuran pokok, bunga dan biaya lainnya, jangka waktu dan masa tenggang kredit (grace period), menurunkan jumlah pembayaran angsuran, sehingga nasabah mempunyai waktu dan kekuatan baru untuk memecahkan kesulitan likuiditas atau cash flow perusahaan dan perusahaan akan berjalan normal kembali.

b. Reconditioning

Merupakan tindakan penyelamatan kredit dengan jalan memberikan keringanan atas persyaratan kredit, penundaan pembayaran bunga sampai pada waktu tertentu (grace period), penurunan suku bunga, pembebasan bunga ataupun pengkonversian kredit dengan jangka waktu pendek menjadi

46

Siswanto Sutojo, Op. Cit, Hal. v

47

Moh. Tjoekam, Op. Cit, Hal. 262

48

Siswanto Sutojo, Op. Cit, Hal. 31

49

Rachmadi Usman, Op.Cit, Hal. 293

50


(39)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

jangka waktu panjang. perubahan sebahagian atau seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan/atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit-kredit.

c. Restructuring

Merupakan tindakan penyelamatan kredit dengan melakukan perubahan struktur kredit. Tindakan-tindakannya dapat berupa penambahan jumlah kredit (injection) dan atau merubah struktur kredit misalnya dari kredit modal kerja menjadi kredit angsuran, perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan/atau jangka waktunya yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut:

i. Penambahan dana Bank dan/atau

ii. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan/atau

iii.Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan/atau persyaratan kembali

Siswanto Sutojo,51

a. Rescheduling (Penjadualan kembali pelunasan kredit)

mengemukakan upaya penyelamatan kredit Bank adalah:

Menunda pembayaran kredit yang telah jatuh tempo dengan menyusun pembayaran yang lebih ringan sehingga diharapkan mampu untuk membayar kewajibannya

b. Reconditioning (Penataan kembali persyaratan kredit)

Menata kembali jangka waktu dan persyaratan kredit yang telah disetujui bersama

c. Reorganization and Recapitalization (Reorganisasi dan Rekapitalisasi)

Meningkatkan efisiensi dan kinerja operasi bisnis kreditur, sehingga diharapkan sedikit demi sedikit kondisi keuangan dan daya cicil debitur membaik.

Moh. Tjoekam52

51

Siswanto Sutojo, Op.Cit, Hal.193-198

52

Moh. Tjoekam, Op.Cit, Hal. 289-291

menyatakan untuk mencapai penyelamatan (loan

settlement), Bank dapat menganjurkan nasabah untuk melakukan merger, joint venture dan take over management yang dapat berupa Akuisisi maupun Aliansi.

Penyelamatan kredit dapat pula dilakukan dengan Loan workout yaitu manajemen perusahaan mencoba melakukan latihan-latihan manajerial dan


(40)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Penyelesaian kredit diambil oleh Bank jika langkah-langkah penyelamatan/penyehatan kredit sudah tidak dapat lagi dilakukan dan atau tidak berhasil dilaksanakan.53

Gatot Soemartono

54

a. Negosiasi

menyatakan penyelesaian kredit bermasalah dapat dilakukan melalui:

Penyelesaian yang dilakukan oleh para pihak, baik para pihak secara langsung maupun melalui perwakilan masing-masing

b. Mediasi

Merupakan cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan, dengan perantara pihak ketiga/mediator yang berfungsi sebagai fasilitator, tanpa campur terhadap putusan yang diambil oleh kedua belah pihak

c. Arbitrase

Merupakan penyelesaian berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak dan dilakukan oleh Arbiter yang dipilih dan diberi kewenangan mengambil keputusan

d. Pengadilan

Merupakan lembaga resmi kenegaraan yang diberi kewenangan untuk mengadili, yaitu menerima, memeriksa dan memutus perkara berdasarkan hukum acara dan ketentuan perundangan yang berlaku.

Menurut Moh. Tjoekam,55 a. Negosiasi

dengan strategi penyelesaian kredit dapat diambil beberapa langkah sebagai berikut:

Melalui negosiasi Bank dapat melakukan penguasaan hasil usaha seluruh/sebagian, sewa barang agunan, mencarikan mitra usaha yang berjalan baik. Semua hasil tersebut dipergunakan untuk menurunkan baki debet debitur

b. Pengambilalihan manajemen perusahaan

Dimana Bank bersama nasabah mencari perusahaan yang mampu mengambil alih, baik berupa angkat, joint venture, aliansi, akuisisi dan merger. Disamping itu kemungkinan melikuidasi agunan yang tidak terkait dengan proses usaha.

53

Sutan Remy Sjahdeni, dalam Rachmadi Usman, Op.Cit, Hal. 293

54

Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, Hal.67

55


(41)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

c. Penyerahan hak penagihan kepada badan-badan resmi yang secara juridis berhak menagih piutang, seperti Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Pengadilan Negeri (PN), Badan Arbitrase Nasional (BAN) dan lain sebagainya

d. Debitur macet dinyatakan Pailit karena insolvency atau bankrupt, yang penagihannya diajukan kepada Balai Harta Peninggalan (BHP)

Sementara menurut Rachmadi Usman,56

1. Penyerahan pengurusan kredit macet kepada PUPN.

dalam rangka menyelesaikan kredit bermasalah Bank dapat menempuh cara-cara sebagai berikut:

Merupakan penyelesaian kredit berdasarkan Undang-undang Nomor. 49/Prp/Tahun 1960 Tentang panitia urusan piutang negara (PUPN).

2. Proses gugatan perdata

Penyelesaian kredit yang sejalan dengan klausula yang biasanya tercantum dalam setiap perjanjian kredit antara Bank dengan Nasabah, maka dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya, Bank dapat mengajukan gugatan perdata kepada pengadilan

3. Penyelesaian melalui badan arbitrase (Perwasitan)

Penyelesaian kredit dimana dalam perjanjian kredit terkadang dicantumkan pula klausula yang menyebutkan bahwa apabila timbul sengketa sebagai akibat dari perjanjian kredit, maka penyelesaiannya melalui arbitrase dan keputusan arbitrase merupakan keputusan final.

4. Penagihan oleh Penagih utang swasta (Debt Collector)

Merupakan penyelesaian kredit macet dengan memanfaatkan jasa penagih utang swasta, yang ternyata jauh lebih efektif dibandingkan dengan cara menyerahkan kepada PUPN atau melalui proses gugatan perdata.

Dengan demikian dalam hal terjadi kredit bermasalah dan untuk keperluan itu pihak Bank telah melakukan segala upaya preventif yang mungkin dilakukan untuk mencegah agar kredit tidak bermasalah, Bank akan melakukan upaya-upaya represif. Upaya-upaya represif mula-mula yang dilakukan adalah melakukan upaya penyelamatan kredit atas kredit bermasalah dimaksud. Setelah upaya represif yang dilakukan tersebut ternyata tidak berhasil juga menyelamatkan kredit itu, maka Bank akan menempuh upaya penyelesaian kredit.57

56

Rachmadi Usman, Op. Cit, Hal. 296-303

57


(42)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

2. Konsepsi

Kata kredit berasal dari bahasa Latin yaitu Credere yang berarti Percaya. dalam bahasa Inggris disebut Believe atau Trust atau Confidence.58 Dalam bahasa Belanda istilahnya Vertrou’wen,59

Dalam konteks operasional perbankan, terkandung pengertian bahwa bank selaku pemberi kredit percaya untuk meminjamkan sejumlah uang kepada debitur, karena debitur telah dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu tertentu.

yang kesemuanya memiliki arti Percaya.

60

Moh. Tjoekam, SE

61

Rachmadi Usman, SH

merumuskan, kredit adalah suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (Bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur (Bank) dan Debitur (User).

62

58

Moh. Tjoekam, Op. Cit, Hal.1

59

Van Hoeve, Kamus Umum, Belanda – Indonesia, Ichtiar Baru, Jakarta, 1981, Hal. 741

60

UU RI Nomor 10 Tahun 1998, Op.cit, Pasal 8

61

Moh. Tjoekam, Op.Cit, Hal.1

62

Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum Perbankan di Indonesia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, Hal.236

menyatakan, bahwa kreditor (yang memberi kredit, lazimnya Bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitor (nasabah/penerima kredit) mempunyai kepercayaan bahwa debitor dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit.


(43)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Menurut Prof. Mariam Darus Badrulzaman,63

Encyclopedia of Profesional Management,

Kredit dikenal dalam arti memberi kredit. Memberi kredit adalah sinonim dengan membuka kredit, maksudnya adalah perjanjian pinjam uang.

64

UU Perbankan menggunakan dua istilah yang berbeda yaitu kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Penggunaan kedua istilah itu menunjukkan adanya dinamika perkembangan perbankan saat ini, dimana selain bank-bank yang menjalankan usaha secara konvensional berkembang juga bank-bank berdasarkan prinsip syariah. Bank yang menjalankan usahanya secara konvensional menyebutnya sebagai kredit, sedangkan bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

memberikan pengertian

Kredit adalah To give or extend economic value to someone or to business firm

else now on faith or trust that the economic equivalent will be returned to the extender in the future.

65

Undang-undang Perbankan memberikan definisi tentang kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka

63

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT.Citra Aditya, Bandung, 1994, Hal. 19

64

Encyclopedia of Profesional Management, volume I, Hal.250, Moh. Tjoekam, Op. Cit Hal.2

65


(44)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

waktu tertentu dengan pemberian bunga,66 sedangkan tentang pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.67

Dari pengertian kedua istilah tersebut, salah satu perbedaannya adalah terletak pada bentuk kontra prestasi yang akan diberikan oleh nasabah peminjam (debitur) kepada pihak bank selaku kreditur atas pemberian kredit atau pembiayaan dimaksud. Pada bank dengan prinsip konvensional kontra prestasi yang diberikan debitur adalah berupa bunga, sedangkan pada bank dengan prinsip syariah kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama.

68

Dengan demikian baik kredit dan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah merupakan perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan antara bank dengan pihak lain, dalam hal ini nasabah peminjam dana. Perjanjian mana dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu tertentu akan melunasi atau mengembalikan uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

69

66

UU Nomor 10 Tahun 1998, Op Cit, Pasal 1 angka 11

67

UU Nomor 10 Tahun 1998, Op Cit, Pasal 1 angka 12

68

Rachmadi Usman, Op. Cit, Hal. 237

69

Rachmadi Usman, Loc. Cit.


(45)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Bank Indonesia70

a. Lancar (L)

membedakan kualitas kredit ke dalam 5 (lima) kolektibilitas yaitu :

b. Dalam Perhatian Khusus (DPK) c. Kurang Lancar (KL)

d. Diragukan (D) e. Macet (M)

Kredit yang termasuk dalam golongan kolektibilitas lancar dan dalam perhatian khusus dinilai sebagai kredit yang tidak bermasalah (Performing

loan), sedangkan kredit yang termasuk dalam golongan kurang lancar,

diragukan dan macet dinilai sebagai kredit bermasalah (non performing loan). Kredit bermasalah (kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macaet) merupakan beban bagi bank, karena menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan pengelolaan Bank, yang akan menyedot penghasilan Bank serta menganggu Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas Bank.71 Karenanya tidak ada satu Bank sehat manapun menghendaki kredit yang disalurkan menjadi kredit bermasalah, walaupun dalam kenyataannya kredit bermasalah menjadi bagian dari kehidupan bisnis Bank karena berbagai macam sebab.72

70

Peraturan Bank Indonesia (PBI), Nomor 9/06/PBI/2007, Tanggal 30 Maret 2007, Tentang Perubahan Kedua atas PBI 7/2 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

71

Moh Tjoekam, Op.Cit, Hal. 4

72

Siswanto Sutojo, Op. Cit, Hal. 181


(46)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Dengan adanya fakta kehidupan bisnis Bank tersebut, maka setiap Bank harus selalu siap menghadapi hal itu dan mempunyai keahlian untuk menanganinya.73

Upaya penanganan kredit bermasalah bukan hanya dilakukan setelah kredit yang disalurkan menjadi kredit yang bermasalah, namun perlu dilakukan sebelum kredit disalurkan74

1. Menghindarinya dari sejak awal kredit akan disalurkan/diberikan yaitu :

2. Pencegahan kredit yang disalurkan agar tidak menjadi bermasalah 3. Upaya untuk menyelamatkan kredit yang menjadi bermasalah, dan 4. Upaya untuk menyelesaikan kredit bermasalah

Upaya dimaksud bukan hanya dari sudut aspek bisnis/perbankan semata, namun perlu dan penting memperhatikan aspek lainnya dalam suatu penanganan kredit bermasalah.75

Dalam mengambil langkah-langkah dimaksud, bank agar memperhatikan dan melakukan evaluasi yang mendalam terhadap debitur-debitur yang akan diberikan kredit, karena akan mempengaruhi langkah berikutnya.

76

Upaya-upaya penanganannya perlu ditatakerjakan/dituangkan dalam dokumen secara tertulis.77

73

Siswanto Sutojo, Loc. Cit.

74

Rachmadi Usman, Loc. Cit.

75

Rachmadi Usman, Loc. Cit.

76

Siswanto Sutojo, Op. Cit, Hal. 123

77

Siswanto Sutojo, Ibid, Hal. 151


(47)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

G.Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan secara spesifik merupakan penelitian hukum normatif yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian empirik, karena merupakan penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan-bahan yang bersumber dari kepustakaan digabung dengan penelitian lapangan/sosiologis.78

Penelitian ini bertolak dari penerapan norma-norma yang kabur (vage

normen) akibat dari ketentuan tertentu yang kurang presisi pengaturannya,

untuk lebih dipertegas agar tidak ambigu, sehingga tidak membuka kemungkinan munculnya penafsiran berbeda (multi tafsir)79

Penelitian ini akan difokuskan untuk mengkaji penerapan khaidah-khaidah atau norma-norma dalam hukum positif,80

Penelitian ini dilakukan dengan cara melihatnya dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen yang ada, putusan pengadilan yang in kracht dan berbagai sumber lainnya

yaitu tentang implementasi aspek hukum penanganan kredit bermasalah yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dimana PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam melakukan hal itu, dengan membentuk suatu sistem penanganan yang bukan hanya memperhatikan aspek bisnis/ekonomi semata tetapi juga memperhatikan aspek hukum yang ada.

78

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, Hal. 51

79

Alvi Syahrin, Op. Cit, Hal.33

80


(48)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

Pendekatan masalah mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku (Statute Approach)81

Pendekatan juga dilakukan dengan dukungan data yang digunakan terhadap masalah yang berhubungan dengan kenyataan yang terjadi terhadap aspek hukum penanganan kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (testing research).

terhadap aspek hukum penanganan kredit

bermasalah di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

82

2. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan melalui studi bahan yang bersumber baik dalam bentuk teori maupun dalam praktek pelaksanaan di lapangan,83

a. Bahan Hukum Primer

yaitu berupa:

i.Undang-undang yang berlaku menyangkut aspek hukum penyelamatan kredit bermasalah

ii.PBI (Peraturan Bank Indonesia), Surat Keputusan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia

iii.KUP (Kebijakan Umum Perkreditan), PPK (Pedoman Pelaksanaan Kredit), Surat Keputusan/Surat Edaran dan kebijakan lainnya PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

81

Alvi Syahrin, Ibid, Hal.54

82

Soeratno dan Arsyad, Lincolin, Metodologi penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1999, Hal. 35

83


(49)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

b. Bahan Hukum Sekunder i.Buku-buku teks (Text book)

ii.Jurnal-jurnal Hukum maupun Ekonomi/Bisnis iii.Keputusan Pengadilan (Yurisprudensi)

iv.Hasil Seminar/Loka Karya, Penelitian hukum dan Karya Ilmiah lainnya c. Bahan Hukum Tersier

i.Kamus Hukum

ii.Kamus Ekonomi/Bisnis iii.Kamus Bahasa

iv.Kamus Umum v.Encyclopedia

vi.Majalah Hukum, Ekonomi/Bisnis

Pengumpulan data dilakukan melalui cara: a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu mengumpulkan dan menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan pustaka meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier

b. Studi Dokumen (Dokument Research)

Yaitu dengan melakukan studi atas dokumen-dokumen kredit, surat-surat keputusan/edaran, keputusan pengadilan/yurisprudensi

c. Wawancara (Interview)


(50)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

3. Analisis Data

Terhadap data-data yang ada terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan, pengelompokan, diolah, dan dievaluasi untuk diketahui validitasnya. Selanjutnya atas data dimaksud dilakukan analisis secara kualitatif dengan menggunakan metode induktif maupun deduktif, artinya pada pada prosedure induktif proses berasal dari proposisi khusus sebagai hasil pengamatan yang akan menjadi kesimpulan yang bersifat umum, sedang pada prosedure deduktif bertolak dari suatu proposisi umum, yang kebenarannya telah diketahui menjadi suatu kesimpulan yang bersifat khusus.84

4. Lokasi Penelitian

Dari hasil analisis akan didapat kesimpulan penelitian yang akan dipresentasikan dalam bentuk Deskriptif bertitik tolak dari hukum positif

Adapun lokasi penelitian dilakukan di Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Medan, jalan Putri Hijau, No. 2 B. Adapun pertimbangan penelitian dilakukan di Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Medan Putri Hijau adalah karena Kantor Cabang yang bersangkutan merupakan Kantor Cabang Besar ( Kantor Cabang Kelas I) dan semua produk perkreditan BRI dapat direalisasi pada Kanca BRI Medan Putri Hijau, sehingga kemungkinan kredit bermasalah yang ada juga cukup banyak.

84


(51)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

BAB II

RELEVANSI ASPEK YURIDIS

DALAM PENANGANAN KREDIT BERMASALAH

A.Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat

Berawal dari lembaga yang mengelola dana mesjid dan kemudian disalurkan kepada masyarakat dengan skema yang sederhana, pada 16 Desember 1895 lahirlah lembaga keuangan kecil bernama De Poerwokertosche

Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden di Purwokerto Jawa Tengah

sebagai cikal bakal Bank Rakyat Indonesia (BRI).85

Kini sebagian besar diantara kita telah mendengar tentang kinerja Bank Rakyat Indonesia (BRI)86

85

Bank BRI, Laporan Tahunan 2007, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, Divisi Sekretariat Perusahaan, Jakarta, 2007, Hal. 2 ” Seiring dengan berjalannya waktu, lembaga yang didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja tersebut semakin berkembang dan dibutuhkan masyarakat. Beberapa kali nama lembaga ini mengalami perubahan, berturut-turut Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenare, De Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank (Volksbank), Centrale Kas Voor Volkscredietwezen Algamene pada tahun 1912 dan Algamene Volkscredietbank (AVB) tahun 1934. Pada masa pendudukan Jepang, AVB diubah menjadi Syomin Ginko. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia II dan Indonesia merdeka, Pemerintah Indonesia kembali mengubah nama lembaga tersebut menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada 22 Februari 1946. Dengan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1946, BRI menjadi Bank Pertama yang dimiliki Pemerintah Repbulik Indonesia. Sebagai Bank miliki Pemerintah, BRI banyak berperan mewujudkan Visi Pemerintah dalam membangun ekonomi kerakyatan. Pada tahun 1960 Pemerintah mengubah nama BRI menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN). Berdasarkan Undang-undang Perbankan No.21 Tahun 1968 Pemerintah menetapkan kembali nama Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum dan berdasarkan Undang-undang Perbankan Nomor.7 Tahun 1992 BRI berubah nama dan status badan hukumnya menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Dengan fokus bisnis pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), BRI telah menginspirasi berbagai pihak untuk lebih mendayagunakan sektor UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Pada tanggal 10 November 2003 BRI Go Public dan pemerintah melepas 30 % kepemilikan sahamnya kepada pubik dan hingga saat ini komposisi saham publik mencapai 43 %.”

86

Burhanuddin Abdullah, Jalan Menuju Stabilitas – Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, LP3ES, Jakarta, 2006, Hal. 170


(52)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.

2. Visi, Misi dan Strategi87

a. Visi Bank Rakyat Indonesia

Menjadi Bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah

b. Misi Bank Rakyat Indonesia

(1). Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan memprioritas pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menunjang perekonomian masyarakat

(2). Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

(3). Memberikan keuntungan dan manfaat seoptimal mungkin kepada berbagai pihak yang berkepentingan

3. Struktur Organisasi, Jaringan Kerja dan Operasional

BRI merupakan Bank dengan jaringan kerja dan operasional yang terbesar dibandingkan dengan Bank lain di Indonesia.88 Saat ini BRI memiliki sekitar 5.38189

87

Bank BRI, Laporan Tahunan 2007, Op. Cit, Hal. 3

88

Bank BRI, Laporan Tahunan 2007, Op. Cit, Hal. 67

89

Jaringan Kantor BRI, Surat Kabar Harian Kompas, 31 Maret 2009, Hal. 19

unit kantor yang tersebar di seluruh nusantara, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan bahkan hingga mancanegara.


(1)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.


(2)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.


(3)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.


(4)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.


(5)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.


(6)

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau, 2009.