PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH (Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP
AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh DIRA TIARA
Afektif receiving dan responding pada materi pokok Pencemaran Lingkungan dan Limbah pada siswa kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung belum tercapai secara maksimal. Hal ini diduga karena guru belum pernah menggunakan model yang sesuai dengan materi Pencemaran Lingkungan dan Limbah. Untuk mengatasi hal itu, telah dilakukan penelitian menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain one-shot case study. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif berupa data lembar observasi afektif receiving dan responding melalui model Talking Stick yang
dianalisis secara deskriptif.
(2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Talking Stick berpengaruh dalam meningkatkan afektif receiving sebesar (77, 77%) dan afektif responding siswa sebesar (84,71%). Hal ini terlihat dari peningkatan afektif receiving pada aspek memberikan perhatian berkriteria baik (78,88%); menerima berkriteria baik (76,66%). Selanjutnya pada afektif responding pada aspek kemauan mencoba berkriteria baik (86,66%); mematuhi pedoman berkriteria baik (84,44%);
bertanggung jawab berkriteria baik(83,33%); menunjukkan ketertarikan berkriteria baik (85,555).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking Stick
berpengaruh dalam meningkatkan afektif receiving dan responding siswa pada materi Pencemaran Lingkungan dan Limbah.
Kata kunci : afektif receiving, afektif responding, pencemaran lingkungan dan limbah, talking stick
(3)
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh DIRA TIARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(4)
(5)
(6)
(7)
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 24 Juli 1992, yang merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mujiono Karyo dan Ibu Nurhayati.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK KARTINI (1997-1998), SD Negeri 2 PALAPA (1998-2004), SMP Negeri 23 Bandar Lampung (2004-2007), MA Negeri 2 Tanjung Karang (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tahun 2013), dan penelitian pendidikan di SMA PERSADA Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2014).
(8)
Alhamdullilahirobbil’alamin segala puji untukmu ya ALLah atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Karya sederhana ini ku persembahkan sebagai tanda cinta kasihku kepada:
Kedua orang tua ku
Bapak (Mujiono Karyo) dan mamak (Nurhayati) terimakasih untuk kasih sayang, doa dan dukungan yang tiada habisnya selama ini.
Kakak-kakak dan Adikku
Bang Edo (Alm) dan adik kesayangan Erik terimakasih untuk dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan.
Sarvia Trisniati, Dewinta Annisa, Tri Wulandari, Farina Sari, Trisnawati terimakasih untuk segala dukungan dan persaudaraannya selama ini. Hunny, terimakasih untuk semuanya. Untuk motivasi, semangat dan
dukungannya.
Seluruh pengajarku
(9)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ”
___Allah SWT. (Q.S Alam Nasyrah: 94)___
“Your love make me strong, Your hate make me unstoppable.
”
___CR 7___
“
Kesempatan selalu datang dari berbagai sudut,
bergantung diri kita mnyikapinya”
___ Dra
___
“Jalani hidup bagai air mengalir ikuti alirannya maka kita akan
mengetahui betapa banyak pengalaman yang terjadi”
(10)
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Afektif
Receiving dan Responding Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan dan
Limbah (Studi Experimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1 Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2 Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3 Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembimbing Idan Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4 Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5 Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembahas yang telah memberikan
(11)
selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
7 Partner terbaik (Sarvia Trisniati) terima kasih menemani ku disaat kegalauan
dan kesukaran ku selama ini;
8 Teman satu tim Susanti Agusta. Terimakasih atas kerjasamanya;
9 Sahabat-sahabatku Sarvia Trisniati, Mawar Oktivina, Mila Vanalita, Wodang
Sefty Goestira, Sisca P. S. N terima kasih atas semangat kebersamaan dan kekeluargaan luar biasa yang terjalin hingga saat ini;
10 Ganesha Operation terimakasih terkhusus untuk Mbak Widya, Mbak Catur, Mei yang telah memberikan motivasinya selama ini;
11 Rekan-rekan seperjuangan (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2010) dan kakak tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA serta teman-teman KKN dan PPL terimakasih atas bantuan, dan motivasi yang telah diberikan;
12 Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis
Dira Tiara
(12)
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir ... 7
G. Hipotesis Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick ... 9
B. Afektif ... 13
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Prosedur penelitian... 26
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 28
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
LAMPIRAN 1. Silabus... 47
(13)
6. Kunci Jawaban LKS II ... 73
7. Pertanyaan Lisan I ... 76
8. Pertanyaan Lisan II... 78
7. Data Hasil Penelitian ... 82
8. Foto-foto Penelitian ... 88
9. Surat Penilitian Pendahuluan... 94
10. Surat Izin Penilitian... 95
11. Surat Bukti Penelitian... 96
(14)
Halaman
Tabel
1 Kata operasional pada setiap level domain afektif ... 17
2 Tingkatan-tingkatan domain afektif menurut Taksonomi Bloom
... ... 20
3 Lembar observasi afektif receiving ...
29
4 Lembar observasi afektif responding...
30
5 Klasifikasi persentase afektif receiving dan responding siswa...
... ... 32
6 Hasil rata-rata tiap aspek afektif receiving siswa pertemuan I dan II
...
... ... 33
7 Hasil rata-rata tiap aspek afektif responding siswa pertemuan I dan
II ...
... ... 34
(15)
67
9 Rubrik Penilaian LKS II
... ... 75
(16)
Gambar Halaman 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat
... ... 8
2. Skema domain afektif
... ...
24
3. Desain one-shot case study .
... ... 26
4. Hasil pengamatan afektif receiving.
... ...
35
5. Hasil pengamatan afektif responding.
... ... 36
(17)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan, negara. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (UUSPN No. 20 tahun 2003: 3).
Dalam proses pembelajaran memiliki tujuan meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif dan psikomotor sudah
dilaksanakan oleh para pendidik, sedangkan aspek afektif belum memperoleh perhatian seperti pada kedua aspek lainnya. Masalah afektif merupakan hal yang penting namun implementasinya masih kurang, karena merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif. Ranah afektif harus nampak dalam proses belajar yang dicapai peserta didik. Menurut Popham 1995 (dalam Sukanti, 2011: 74-75) ranah afektif menentukan keberhasilan seseorang. Orang yang tidak memiliki
(18)
kemampuan afektif yang baik, sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal.
Ranah Afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian diri. Domain afektif menurut taksonomi Bloom memiliki beberapa tingkatan, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organizing, dan
characterization by avalue atau value complex menurut Krathwohl, Bloom & Masia, 1964 : 176-185 (Wicaksono. 2012: 113).
Secara rinci domain afektif memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut : Pada tingkatan receiving (attending), fokus pembelajaran adalah pada asumsi, artinya pada saat pembelajar diberi penjelasan tentang sebuah fenomena atau diberi stimulus, maka pembelajar akan mau menerima keberadaan fenomena atau stimulus tersebut. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu kesadaran (awareness), kemauan untuk menerima (willingness to receive), dan perhatian tertentu (selected attention).
Pada tingkatan menanggapi (responding), fokus pembelajaran adalah pada respon individu terhadap suatu fenomena, jadi lebih dari hanya sekadar memperhatikan. Pada tingkatan ini seorang pengajar dapat melihat secara langsung ketertarikan si pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada saat itu. Pada tingkatan ini, terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu:
acquiescence inresponding, willingness to respond, dan satisfaction in response (Wicaksono. 2012: 115).
(19)
Berdasarkan uraian diatas perlu meningkatkan Afektif (receiving dan responding) pada siswa, karena manusia tidak hanya menggunakan domain kognitif dan psikomotor saja, tetapi domain afektif juga penting dalam menunjang proses pembelajaran. Khususnya pada bagian afektif, yaitu responding dan receiving karena dapat membantu siswa menjadi aktif dalam mengemukakan pendapat. Kemampuan afektif ini juga tersirat dalam tujuan kurikulum 2013, yaitu Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Ikapidjakarta. 2013: 8).
Dari tujuan tersebut diketahui bahwa pada kurikulum 2013 menyiapkan pengembangan afektif, namun ketika dalam proses pembelajaran dilakukan belum terlihat adanya domain afektif dari siswa meliputi (receiving dan responding). Hal tersebut juga ditemukan ketika observasi dan diskusi dengan guru Biologi yang mengajar kelas X di SMA Persada Bandar Lampung, diketahui bahwa selama ini tidak semua siswa diberikan penilaian tentang afektif (receiving dan responding). Selain itu, pada proses pembelajaran berlangsung ketika guru meminta siswa untuk mengemukakan pendapat tentang pertanyaan materi yang sedang diajarkan, siswa tidak langsung berbicara ketika diminta untuk menyampaikan pendapatnya.
Untuk itu, agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dipilih model pembelajaran Talking Stick. Model pembelajaran ini merupakan model
(20)
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa akan mengikuti
pembelajaran dengan antusias dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan semua siswa dapat aktif dalam merespon dan menerima kegiatan pembelajara. Siswa yang tidak pernah mengajukan pendapat atau ide dituntut untuk mengemukakan pendapat, sehingga ia dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012: 38) tentang keefektifan pembelajaran biologi melalui model Talking Stick terhadap afektif siswa, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar aspek kognitif dan afektif siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura pokok materi
ekosistem tahun pelajaran 2011/2012. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, diduga model Talking Stick juga dapat diterapkan dalam materi pencemaran lingkungan dan limbah, karena dalam kedua materi ini banyak meminta pendapat dari siswa yang bisa dimunculkan sebagai stimulus belajar.
Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick dalam menggali afektif (responding dan receiving) pada siswa.
(21)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (receiving) siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah?
2. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (responding) siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh dari penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (receiving) siswa kelas X SMA pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah.
2. Pengaruh dari penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (responding) siswa kelas X SMA pada materi pokok
(22)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti : menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan pengalaman sebagai calon guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat unuk meningkatkan afektif (receiving dan responding)..
2. Bagi guru: memberikan suatu alternatif dalam memilih media dan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk megembangkan
kemampuanmengemukakan pendapat siswa.
3. Bagi siswa:memberikan pengalaman belajar biologi yang tidak
menjenuhkan dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.
4. Sekolah: yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMA
5. Dapat menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang tertarik ingin meneliti tentang topik penelitian yang sama.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA PERSADA Bandar Lampung semester genap TP 2013/2014.
2. Model pembelajaran tipe Talking stick, Yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut ; (a) membentuk kelompok; (b) menyiapkan sebuah tongkat; (c) penyampaian materi pengantar; (d) siswa
(23)
melakukan diskusi; (e) guru memberikan tongkat kepada siswa yang menjawab pertanyaan dari guru secara bergilir; (f) siswa anggota kelompok diperbolehkan membantu temannya; (g) guru menyimpulkan pelajaran.
3. Receiving (menerima) meliputi memberikan perhatian dan menerima 4. Responding (memberikan tanggapan) meliputi kemauan untuk mencoba,
mematuhi pedoman, bertanggung jawab, dan menunjukkan ketertarikan. 5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Pencemaran Lingkungan dan
Limbah.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi akan lebih bermakna jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga siswa akan lebih memahami materi yang disampaikan. Materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah
merupakan salah satu materi yang pembelajarannya dapat dilakukan dengan berdidkusi, melalui kegiatan berdiskusi ini menuntun siswa untuk
mengeluarkan pendapat sehingga domain afektif (receiving dan responding) dapat terlihat.
Dengan model pembelajaran Talking Stick yang menyenangkan, siswa akan mengikuti pembelajaran dengan antusias sehingga akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Dengan begitu, afektif (receiving dan
(24)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan model
pembelajaran Talking Stick, sedangkan variabel terikatnya adalah Afektif (receiving dan responding).
Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Ket: X: model pembelajran Talking Stick Y1: Afektif (receiving)
Y2 : Afektif (responding)
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh model pembelajaran talking stick terhadap peningkatan afektif (receiving) dan (responding) siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah.
Y1
X
(25)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Talking Stick
Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan pendapat. Metode ini dapat memberikan motivasi kepada siswa supaya
belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep, sehingga siswa mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada, misalnya pada bagian contoh soal yang merupakan bagian dari bahan belajar siswa dapat digunakan untuk menggambarkan teori, konsep dari materi pembelajaran yang dibahas dalam diskusi antara siswa dengan guru (Styawati, 2011: 4).
Menurut Suyatno (2009: 71) (dalam Suarni, 2012: 17) menyatakan bahwa,
“Model talking stick merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa dengan
menggunakan tongkat”. Pembelajaran dengan model ini dilakukan dengan
bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Sedangkan menurut Ramadhan (2010) (dalam Suarni, 2012: 17)
mengungkapkan bahwa Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua
(26)
orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku).
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang memunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dalam bidang pendidikan Talking Stick termasuk salah satu model
pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD/MIN, SMP/MTs, SMA/MAN/SMK. Selain melatih berbicara, model ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Model pembelajaran talking stick salah satu model pembelajaran yang kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
(27)
Menurut pendapat Dahlan (2000: 120) (dalam Suarni, 2012: 17) bahwa model pembelajaran Talking Stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus dijawab. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lain secara bergiliran, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
Sedangkan menurut pendapat dari Sudjana (2001: 10) (dalam Suarni, 2012: 18) yang menyatakan bahwa, model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan alat berupa tongkat sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan
menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan pada siswa dan bagi siswa mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru, maka siswa diberi pertanyaan oleh guru dan harus dijawab.
Dari dua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
talking stick adalah tongkat sebagai alat bantu guru estafet secara bergiliran
yang harus menjawab mendapat pertanyaan guru. Setelah menjelaskan pengertian model pembelajaran tersebut, tentu model pembelajaran talking
stick mempunyai langkah-langkahnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model Talking Stick
menurut Hanafiah dan Suhana, (2012: 48) yaitu sebagai berikut: 1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
(28)
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pegangannya.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana. 5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajarinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup wacananya.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi /penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10.Guru menutup pembelajaran.
Di Dalam model pembelajaran Talking Stick, model ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kekurangan dan kelebihan dari model Talking Stick
menurut Suprijono (2010: 110) sebagai berikut :
Kelebihan model Talking Stick a) menguji kesiapan siswa, b) melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat, c) memacu siswa agar lebih giat belajar (belajar dahulu), d) siswa berani mengemukakan pendapat
(29)
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang memunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran atau bergantian.
B. Afektif
Hasil belajar menurut Bloom 1976 (dalam Abdul, 2008: 2) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen, 1981 (dalam Abdul: 2) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang
pendidikan.
Menurut Popham, 1995 (dalam Abdul, 2008: 2), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam
(30)
merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
Menurut Krathwohl, 1961 (dalam Abdul, 2008: 2-3) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan
characterization.
1. Tingkat receiving
Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang
(31)
membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif.
2. Tingkat responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian
dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3. Tingkat valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang
menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
(32)
4. Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup. 5. Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
Menurut Dettmer, 2006 (dalam Nur aini 2011: 9) Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Level afektif versi lama terdiri dari 5 level yakni; receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization by a value or value complex.
Pada versi terbaru, level domain afektif terdiri dari receive, respond, value,
organize, internalize, characterize, wonder, dan aspire menurut Dettmer
(2006) (dalam Wicaksono, 2012: 112-113). Kata operasional pada setiap level domain afektif dan contohnya dapat dilihat pada tabel berikut.
(33)
Tabel 1. Kata operasional pada setiap level domain afektif
No Level Afektif Kata Operasional Contoh
1 Receive (menerima)
Peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya
Keterbukaan, kepedulian, perhatian, ketertarikan, berminat, dll
Contoh pernyataan pada angket Saya tertarik untuk menjadi anggota Biologi Study Club (BSC) Saya selalu memperhatikan penjelasan guru biologi Saya sulit memahami pelajaran biologi. Menurut saya, belajar biologi sangat penting
2 Respond (menanggapi)
Pada tingkat ini peserta didik tidak saja
memperhatikan
fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi.
menjawab,
membantu, senang, menyesuaikan, menyambut, melakukan, dll
Contoh pernyataan pada angket: Saya senang membaca buku biologi. Saya selalu membantu teman yang kesulitan dalam pelajaran biologi
3 Value (nilai) Valuing
melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen lengkap, menunjukkan, membedakan, menjelaskan, rendah, bentuk, memulai, mengundang, bergabung, membenarkan, mengusulkan, membaca, laporan, pilih, berbagi, belajar, bekerja, dll
Contoh pernyataan pada angket: Saya membaca buku biologi minimal 3 kali dalam seminggu. Pelajaran biologi sebaiknya dilakukan dengan cara praktek lapangan
4 Organize (mengatur)
Pada tingkat
organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. mengatur, menggabungkan, membandingkan, lengkap, membela, merumuskan, generalisasi, mengidentifikasi, mengintegrasikan, memodifikasi, ketertiban, mempersiapkan, berhubungan, mensintesis
Contoh pernyataan pada angket: Saya mengatur waktu khusus untuk belajar biologi di rumah
5 Internalize
(Menginternalisasi) bertindak, tampilan, pengaruh, mendengarkan, mengubah, mempertunjukkan, memenuhi syarat, merevisi, melayani, memecahkan,
Contoh pernyataan pada angket: Pembelajaran biologi memberikan pengaruh positif terhadap pola hidup saya. Saya akan mengubah kebiasaan buruk yang merusak
lingkungan menjadi kebiasaan untuk menjaga lingkungan.
(34)
verifikasi, dll
6 Characterize (Karakter)
Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang
mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup.
Mencirikan menggolongkan menggambarkan memberi ciri menandakan menunjukkan sifat
Contoh pernyataan pada lembar observasi:
Siswa menunjukkan sifat pola hidup sehat setelah
mempelajari biologi Siswa membuang sampah pada tempatnya yang menandakan bahwa siswa tersebut
mencintai lingkungan. Contoh pernyataan pada angket: Pelajaran biologi memberikan saya pemahaman untuk lebih mencintai lingkungan, sehingga saya berkomitmen untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Saya berolah raga setiap hari yang mencirikan saya menerapkan pola hidup sehat
7 Wonder (Keingintahuan) Mengagumi
Renungan bertanya-tanya Berpikir Heran Ingin tahu
Contoh pernyataan pada angket: Saya mengagumi betapa sempurnanya Tuhan menciptakan sebuah ekosistem Pembelajaran biologi membuat saya merasa lebih ingin tahu tentana alam. Jika nilai biologi saya rendah, saya akan berfikir untuk mencari strategi belajar yang lebih baik. Jika ada fenomena biologi yang saya temui, saya akan mencari tahu tentang fenomena tersebut dari buku atau bertanya pada orang.
8 Aspire (cita-cita) keinginan,
harapan, tujuan, impian, motivasi
Contoh pernyataan pada angket: Saya berharap pembelajaran biologi akan semakin inovatif dan kreatif. Saya belajar biologi dengan rajin supaya bisa menjadi peneliti bidang biologi.
(35)
Sejak disusunnya taksonomi oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956, maka tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a) Ranah Kognitif memuat perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir, b) Ranah Afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan pada
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian diri, dan
c) Ranah Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti menari, menggambar, menggunakan komputer, dan mengoperasikan mesin.
Domain afektif menurut taksonomi Bloom memiliki beberapa tingkatan, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organizing, dan
characterization by a value atau value complex Krathwohl, Bloom & Masia,
(36)
Secara rinci domain afektifmemiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut. Tabel 2. Tingkatan-tingkatan Domain Afektif menurut Taksonomi Bloom (dalam Wicaksono, 2012: 114).
Tingkatan Sub-Tingkatan
Receiving (attending) Awarenes
Willing to Receive
Controlled (selected attention)
Responding Aquiescence in responding
Willingness to respond
Satisfactionin response
Valuing Penerimaan terhadap nilai-nilai yang dianut
(acceptance of value)
Preferensi nilai
Komitmen
Organization Conceptualization of a value
Organization of a value system
Characterization by
value (value complex) Generalized set
Characterization
Pada tingkatan receiving (attending), fokus pembelajaran adalah pada asumsi, artinya pada saat pembelajar diberi penjelasan tentang sebuah fenomena atau diberi stimulus, maka pembelajar akan mau menerima keberadaan fenomena atau stimulus tersebut. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu kesadaran
(awareness), kemauan untuk menerima (willingness to receive), dan perhatian
tertentu (selected attention).
Kesadaran agak berbeda dengan perilaku kognitif, terutama pada saat merespon sebuah stimulus. Di dalam perilaku kognitif, pembelajar dapat mengungkapkan respon atas sebuah stimulus, sedangkan di sub level ini pembelajar hanya menerima stimulus tersebut tanpa ada kewajiban untuk menyatakan sebuah respon. Sebagai contoh, pembelajar hanya memperhatikan
(37)
lingkungan sekitar yang dianggap menarik seperti perabot kelas, bangunan sekolah tanpa memberikan komentar.
Pada sub level kemauan untuk menerima, pembelajar hanya memiliki kemauan untuk menerima stimulus yang diberikan oleh pengajar, sehingga pembelajar hanya berada dalam keadaan pasif menerima dengan cara memperhatikan apa yang diberikan kepadanya. Contoh di sub level ini adalah pada saat pembelajar telah bersedia untuk memperhatikan apa yang diucapkan oleh sang pengajar, meski tidak harus mampu memahami apa yang sedang diucapkan, tetapi sudah terdapat kemauan untuk berusaha fokus kepada apa yang sedang dikatakan atau sedang diterangkan pada saat itu.
Pada sub level yang ke-3 yaitu perhatian tertentu (selected attention), pembelajar telah mampu menerima stimulus secara sadar sehingga mampu memilah dengan baik stimulus yang diberikan oleh pengajar di luar stimulus yang ada pada saat itu. Sebagai contoh, si pembelajar telah mampu memilah antara satu rumus dengan rumus yang lain dalam sebuah pelajaran di bidang sains.
Pada tingkatan menanggapi (responding), fokus pembelajaran adalah pada respon individu terhadap suatu fenomena, jadi lebih dari hanya sekadar memperhatikan. Pada tingkatan ini seorang pengajar dapat melihat secara langsung ketertarikan si pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada saat itu. Pada tingkatan ini, terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu: acquiescence
inresponding, willingness to respond, dan satisfaction in response. Pada
(38)
pembelajar mulai menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan yang diterapkan atau menunjukkan reaksi terhadap kewajiban yang disampaikan oleh pengajar.
Demikian pula, pada willingness to respond si pembelajar telah menunjukkan sikap sukarela dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengajar. Sedangkan pada sub-tingkatan satisfaction in response, pengajar dapat melihat secara jelas kepuasan dan rasa senang yang ditunjukkan oleh para pembelajar secara eksplisit.
Pada tingkatan valuing, pembelajar akan menunjukkan komitmennya berdasarkan nilai yang dianutnya yang selanjutnya akan menuntun perilaku pembelajar. Kondisi ini sangat berbeda dengan konsep motivasi eksternal yang hanya mengarah kepada kepatuhan. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan valueing, yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai yang dianut (acceptance of value), preferensi nilai, dan komitmen.
Pada sub-tingkatan acceptance of value, pembelajar telah memiliki keyakinan bahwa dirinya telah memiliki nilai-nilai tertentu dalam dirinya dan memiliki kemauan untuk dapat diidentifikasi oleh orang lain berdasarkan keyakinan tersebut. Misalnya, seorang siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat bertoleransi dengan banyak orang yang berasal dari berbagai daerah asal. Pada subtingkatan preference of value, pembelajar tidak hanya yakin pada nilai yang telah dia miliki, namun juga berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai
tersebut. Sedangkan pada sub-tingkatan commitment, seseorang tidak hanya percaya terhadap suatu nilai tetapi juga berusaha berkomitmen kepada nilai
(39)
tersebut sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah motivasi dalam melakukan suatu tindakan.
Pada tingkatan organisasi (organization), pembelajar sudah sampai pada tahapan mempercayai nilai-nilai tertentu, selanjutnya ia akan dihadapkan pada lebih dari satu nilai atau beberapa nilai yang harus dipercayainya. Pada
tingkatan ini, pembelajar mulai mengorganisasi nilai-nilai tersebut dan mencari hubungan antara satu nilai dengan nilai yang lain, dan selanjutnya berusaha menemukan nilai yang menurutnya paling dominan. Organization memiliki 2(dua) sub tingkatan, yaitu: conceptualization of a value dan organization of a
value system. Sebagai lanjutan dari level sebelumnya, maka pada
conceptualization of a value, seorang pembelajar mulai merelasikan nilai-nilai
yang dia miliki dan berusaha mencari nilai mana yang seharusnya dia pegang teguh. Selanjutnya, setelah melakukan abstraksi dari nilai yang dia miliki pada sub-tingkatan organization of a value system, pembelajar akan berusaha mengorganisasi seluruh nilai yang ia temukan.
Pada tingkatan yang terakhir yaitu characterization by value set atau value
complex, pembelajar dianggap telah memiliki nilai yang kuat di dalam dirinya,
maka ia akan berusaha melakukan generalisasi terhadap perilakunya dan mengintegrasikan keyakinan, ide dan tingkah laku menjadi sebuah filosofi hidup. Terdapat dua sub level yaitu: generalized set dan characterization.
Pada sub-tingkatan generalized set, seorang pembelajar telah mampu bersikap konsisten dari dalam diri sendiri atau internal berdasarkan nilai-nilai yang telah ia miliki. Sedangkan sub-tingkatan characterization merupakan puncak dari
(40)
proses internalisasi. Karenanya, pada sub level ini pembelajar telah mampu memiliki filosofi pribadi yang kuat dan konsisten.
Gambar 2. Skema domain afektif (Wicaksono, 2012: 115).
(41)
III. METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Persada Bandar Lampung pada bulan Mei semester genap tahun ajaran 2013-2014.
B.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X1 semester genap
SMA Persada Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1 yang dipilih dengan teknik cluster random
sampling (Margono, 2005: 127).
C.Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain One-Shot Case
Study. Desain ini hanya memberi perlakuan pada satu kelas. Kelas X1 diberi
perlakuan menggunakan model pembelajaran Talking Stick untuk dua materi pokok yaitu pencemaran lingkungan dan limbah. Kemudian diobservasi hasil dari perlakuan model pembelajaran tersebut.
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut: Kelompok perlakuan Observasi I X O
(42)
Keterangan :I = Kelas X1; X = Perlakuan model pembelajaran Talking Stick;
O = Observasi Afektif Receiving dan Responding siswa. Gambar 3. Desain One – Shot Case Study (dimodifikasi dari Sugiyono,
2013:74).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap pertemuan.
e. Membuat lembar observasi untuk mengetahui afektif (receiving dan
responding) siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Talking StickPenelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
(43)
a. Pendahuluan
1)Siswa diberikan apersepsi. Guru menanyakan:
(Pertemuan I); ”Bagaimana kondisi lingkungan disekitar kalian
saat ini?”
(Pertemuan II); “Bagaimana pengaruh pencemaran di lingkungan kita terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup?”
2)Siswa memperoleh motivasi dari guru:
(Pertemuan I): ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan
sehingga kita dapat menghindari aktivitas tersebut”
(Pertemuan II): ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat
mengetahui jenis-jenis limbah dan bagaimana cara daur ulangnya” 3)Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
diakhir pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick. 4)Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing.
b. Kegiatan inti
1)Siswa mendengarkan materi pengantar yang disampaikan oleh guru. Pertemuan pertama mengenai pencemaran, jenis dan sumbernya. Pertemuan kedua mengenai cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta mengenai limbah.
2)Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
3)Siswa berdiskusi mengerjakan LKS dengan dibimbing dan diawasi oleh guru.
(44)
4)Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok yang telah dikerjakan dan didiskusikan.
5)Guru memberikan tongkat kepada salah satu siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapatkan tongkat harus menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru sedangkan anggota kelompok yang lain dapat membantu apa bila siswa yang memegang tongkat tidak dapat menjawab. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.
c. Penutup
1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap pertemuan.
2) Guru meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
E.Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
Data penelitian berupa data kualitatif yaitu deskripsi afektif (receiving dan
responding) siswa selama pembelajaran.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Lembar Observasi Afektif (responding dan receiving) siswa
(45)
Data afektif (receiving dan responding) siswa diperoleh melalui lembar observasi afektif (responding dan receiving) siswa berisi semua aspek afektif yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa
diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ )
pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Tabel 3. Lembar Observasi Afektif (Receiving) Siswa
No Nama
Aspek yang diamati
A B
1 2 3 1 2 3
1 2
3 Dst
∑xi N X
Kriteria
Keterangan : 1. Domain receiving
A. Memberikan perhatian:
1. Terlihat tidak siap ketika menerima stick
2. Terlihat kaget ketika menerima stick
(46)
B. Menerima:
1. Terlihat tidak senang ketika menerima stick
2. Terlihat biasa saja ketika menerima stick
3. Terlihat senang ketika menerima stick
Menurut Dettmer, 2006 (dalam Wicaksono, 2012: 112-113).
Tabel 4. Lembar Observasi Afektif (Responding) Siswa
No Nama
Aspek yang diamati
A B C D
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2
3 Dst
∑xi n X
Kriteria
Keterangan :
1. Domain Responding
A. Kemauan untuk mencoba
1.Tidak mau mencoba menjawab pertanyaan ketika menerima stick
2. Ragu-ragu mencoba menjawab pertanyaan ketika menerima stick
(47)
B. Mematuhi pedoman
1. Tidak mematuhi pedoman,sebagian besar waktu proses pembelajaran digunakan untuk bermain- main
2. Kurang mematuhi pedoman, kurang serius ketika proses belajar 3. Mematuhi pedoman, serius ketika proses pembelajaran
C. Bertanggung jawab
1. Tidak bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika menerima stick
2. Kurang bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika menerima stick
3. Bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika menerima
stick
D. Menunjukkan ketertarikan
1. Terlihat tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran 2. Terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran 3. Terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
Menurut Dettmer, 2006 (dalam Wicaksono, 2012: 112-113).
F. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan Data Afektif Siswa
Data afektif (receiving dan responding) siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks afektif (receiving dan responding) siswa.
(48)
Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:
1) Menghitung rata–rata skor afektif receiving dan responding dengan menggunakan rumus:
100
x n
xi
Keterangan = Rata-rata skor receiving dan responding siswa ∑xi = Jumlah skor maksimal yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum
(dimodifikasi dari Sudjana, 2002: 67)
2) Setelah memperoleh rata-rata skor afektif receiving dan respondingsiswa kemudian menafsirkan atau menentukan kriteria Indeks afektif receiving
dan responding sesuai klasifikasi pada tabel 3.3.
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Afektif (Receiving dan Responding) Siswa
No Skor Kriteria Afektif (Receiving dan
Responding)
1. 87,50 - 100 Sangat baik 2. 75,00 - 87,49 Baik 3. 50,00 - 74,99 Cukup 4. 0 - 49,99 Kurang
(49)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Talking Stick berpengaruh dalam meningkatkan afektif (receiving) siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran Talking Stick berpengaruh dalam meningkatkan afektif (responding) siswa.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model Talking Stick dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan afektif (receiving dan responding) siswa.
2. Model pembelajaran Talking Stick memiliki sintaks yang memerlukan waktu yang cukup lama, guru diharapkan memberikan arahan yang jelas dan tegas kepada siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih efektif.
(50)
3. Untuk memperoleh data hasil observasi siswa hendaknya mengarahkan observer dalam pengisian lembar obervasi afektif (receiving dan
responding) siswa dengan jelas untuk tiap aspek sehingga observer
(51)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2013. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Artikel Diakses dari
http://abdullah.wordpress.com/2013/07/04/artikel/pengembanga-perangkat-penilaian -afektif/pdf. pada selasa 27 November 2013 18.18 WIB.
Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. Diakses dari
http.www.depniknas.co.id pada Jum’at 15 November 2013 11. 10 WIB.
Hanafiah, Nanang dan Suhana. 2012. Konsep dan Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.
Ikapidjakarta. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Diakses dari http://www.ikapidjakarta.com pada
Jum’at 22 Desember 2013 22.10 WIB.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Nur’aini, Eka. 2011. Kata Operasional Bloom Versi Baru Untuk Mata Pelajaran Biologi. Artikel Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://goliath.ecnext.com/kata -opersional-taksonomi-bloom-versi-baru3.html pada Jumat, 6 Desember 2013 17.30 WIB.
Puspitasari. 2012. Efektifitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas VII D SMP Negeri 3
Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Artikel Semnas IX Pendidikan
Biologi FKIP UNS. Diakses dari
http://staff.uns.ac.id/sites/default/files/132048519/artikel%20semnas%20FKIP%20B IOLOGI%20UNS.pdf pada Selasa 3 Desember 2013 04.07 WIB
Setyawati, Dewi. 2011. Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Metode Talking Stick Dalam Model Learning Cycle Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri
5 Surakarta. Diakses dari http://talkingstick/30-91-1pb.pdf pada Selasa 30 Desember
(52)
Suarni, Enok. 2012. Penerapan Metode Talking Stick Pada Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Aktvitas Belajara Siswa Kelas XI IPA di SMA WARGA BAKTI
CIMAHI. Jurnal Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Diakses
dari http://s/sdt/0707968/chapture2.pdf pada Kamis, 7 November 2013 20.09 WIB. Sudjana. 2002. Metode Statiska. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sukanti. 2011. Penilaian Afektif Pada Pembelajaran Afektif. Jurnal Pendidikan Akutansi
Indonesia Vol. IX No. 1. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari
http://domain/afektif/9602993/pb/pdf. pada kamis 7 November 2013 21.01 WIB Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka
Belajar. Yogyakarta
Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Oleh Siswa. Skripsi. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana. Sidoarjo. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20. 2003. Sitem Pendidikan Nasional. Citra
Umbara. Bandung.
Wicaksono, Soetami Rizky. 2012. Srtategi Penerapan domain Afektif Dilingkup
Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Vol. 12 No. 2. Diakses dari
(53)
Sekolah : SMA Persada Bandar Lampung Mata Pelajaran : BIOLOGI
Kelas / Semester : X ( Sepuluh) / II
Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar
Materi
Pokok Indikator
Kegiatan
Pembelajaran Penilaian
Alokas i waktu Sumber belajar 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Keterkaita n antara kegiatan manusia dengan masalah pencemara n lingkungan Keterkaita n kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan Menentukan kegiatan manusia yang terkait dengan pencemaran lingkungan. Mengaitkan aktivitas manusia dengan masalah pencemaran lingkungan. Menjelaska n dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran lingkungan. Menjelaska n upaya mencegah pencemaran dan melestarika n lingkungan. Siswa membentuk kelompok heterogen. Mendiskusika n dan mengerjakan LKS yang dibagikan guru. Mendengarka n penjelasan guru. Memjawab pertanyaan yang di ajukan guru.
Membuat kesimpulan
Jenis:
Nontes
Bentuk:
Lembar Observa si Afektif
Receivi
ng dan
Respon ding
Siswa
2 x 45 menit Sumber: 1. Maryati , Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangg a. (atau buku Biologi kelas X yang relevan ) Bahan: 1. LKS (Lemba r Kerja Siswa) 4.3 Menganalisi s jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah Berbagai jenis limbah Penangana n limbah dengan cara daur ulang Membedakan berbagai jenis limbah Menjelaskan penanganan limbah dengan cara daur ulang Siswa membentuk kelompok heterogen. Mendiskusika n dan mengerjakan LKS yang dibagikan Jenis:
Nontes
Bentuk:
Lembar Observa si
2 x 45 menit Sumber: 1. Maryati, Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. (atau buku
(54)
Mendengarka n penjelasan guru.
Memjawab pertanyaan yang di ajukan guru.
Membuat kesimpulan
Receivi
ng dan
Respon ding
Siswa
kelas X yang relevan)
Bahan:
1. LKS (Lemb ar Kerja Siswa)
(55)
Sekolah :SMA Persada Bandar Lampung
Mata Pelajaran :Biologi
Materi Pokok :Pencemaran
Kelas/Semester :X/Genap
Pertemuan ke- : 1 (Satu)
Alokasi Waktu :2 x 45 menit
Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.2IMenjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan lingkungan dan pelestarian lingkungan
Indikator : 1. Menentukan kegiatan manusia yang terkait dengan pencemaran lingkungan. 2. Mengaitkan aktivitas manusia dengan masalah pencemaran lingkungan . 3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran lingkungan. 4. Menjelaskan upaya mencegah pencemaran dan melestarikan lingkungan.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu :
1. Menentukan aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan 2. Mengaiktan aktivitas manusia dengan masalah yang ditimbulkan
3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran 4. Menjelaskan upaya mencegah dan melestarikan lingkungan
B.Materi Pembelajaran
a. Aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran lingkungan b. Aktivitas manusia dan masalah yang ditimbulkan
c. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas manusia
d. Upaya pencegahan pencemaran dan pelestarian lingkungan
C. Strategi Pembelajaran
(56)
o Skenario Pembelajaran Sintaks Talking stick W aktu
Kegiatan Guru Kegiatan
Siswa 1 Kegiatan Pendahuluan
a. Guru membacakan tujuan pembelajaran.
b. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan
“Bagaimana kondisi lingkungan disekitar kalian saat ini?”. c. Guru memberikan
motivasi” Dengan mempelajari materi ini, kita dapat
mengetahui aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan sehingga kita dapat menghindari aktivitas tersebut “.
a. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. b.Siswa mendengarkan penjelasan dan menjawab pertanyaan dari guru. c. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Penyampaian tujuan dan motivasi
Presentasi guru
(20 menit)
2 Kegiatan Inti
a.Guru menjelaskan materi pengantar tentang pencemaran jenis dan sumbernya.
b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
c.Guru membimbing dan mengawasi proses diskusi dalam LKS.
d. Guru menerima LKS yang dikumpulkan oleh siswa. a.Siswa mendengarkan materi pengantar yang disampaikan oleh guru b.Siswa menerima Lembar Kerja Siswa (LKS) c.Siswa melakukan diskusi dalam mengejakan (LKS) d. Siswa mengumpulka n LKS yang telah Kegiatan kelompok (60 menit)
(57)
e.Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran. f. Guru memerintahkan
anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya yang menerima tongkat tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru. g. Guru memberi
penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa.
e.Tiap salah satu siswa yang mendapatkan tongkat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
f. Siswa anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan. g. Siswa mendengarkan penjelasan guru. Tanya jawab
3 Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b.Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang datang. a.Siswa menyimpulkan materi hasil Pembelajaran. b. Siswa mendengarkan penjelasan guru. (10 menit)
E. Sumber Belajar/Alat/Bahan
1. Sumber Belajar:
a) Maryati, Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. (atau buku Biologi kelas X yang relevan) 2. Bahan :
(58)
1) Jenis : Nontes
2) Bentuk instrumen : Lembar Observasi Afektif (Receiving dan Responding)
(59)
Sekolah :SMA Persada Bandar Lampung
Mata Pelajaran :Biologi
Materi Pokok :Pencemaran
Kelas/Semester :X/Genap
Pertemuan ke- : 2 (dua)
Alokasi Waktu :2 x 45 menit
Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan lingkungan dan pelestarian lingkungan
4.3 Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah
Indikator : 1. Membedakan berbagai jenis limbah
2. Menjelaskan penanganan limbah dengan cara daur ulang
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu :
1. Membedakan berbagai jenis limbah
2. Menentukan cara daur ulang limbah yang tepat dalam penanganan limbah 3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan jika limbah tidak ditangani dengan benar
B. Materi Pembelajaran
1. Berbagai jenis limbah
2. Penanganan limbah dengan cara daur ulang yang tepat
C. Strategi Pembelajaran
(60)
No
Skenario Pembelajaran Sintaks
Talking stick
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Kegiatan Pendahuluan
a. Guru membacakan tujuan pembelajaran.
b. Guru memberikan apresiasi dengan
menanyakan “Bagaimana pengaruh pencemaran di lingkungan kita terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup?”. c. Guru memberikan motivasi”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui jenis-jenis limbah dan bagaimana cara daur ulangnya“.
a. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. b. Siswa mendengarkan penjelasan dan menjawab pertanyaan dari guru. c. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Penyampaian tujuan dan motivasi (20 menit)
2 Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan materi pengantar tentang limbah.
b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
c. Guru membimbing dan mengawasi proses diskusi dalam LKS.
d. Guru menerima LKS yang dikumpulkan oleh siswa.
e. Guru memberikan
a. Siswa mendengarkan materi pengantar yang disampaikan oleh guru b. Siswa menerima Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Siswa melakukan diskusi dalam mengejakan (LKS) d. Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. e. Tiap salah satu
Kegiatan kelompok Tanya jawab (60 menit)
(61)
siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapat tongkat harus menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.
f. Guru memerintahkan anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya yang menerima tongkat tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
g. Guru memberi
penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa. mendapatkan tongkat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
f. Siswa anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan. g. Siswa mendengarkan penjelasan guru.
3 Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang datang. a. Siswa menyimpulkan materi hasil Pembelajaran. b. Siswa mendengarkan penjelasan guru. (10 menit)
E. Sumber Belajar/Alat/Bahan
1. Sumber Belajar:
a) Maryati, Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. (atau buku Biologi kelas X yang relevan) 2. Bahan :
(62)
1) Jenis : Nontes
2) Bentuk instrumen : Lembar Observasi Afektif (Receiving dan Responding)
(63)
Anggota :
1. ………
2. ………
3. ………
4. ………
5. ………
Lembar Kerja Siswa I
Tujuan:
1. Menentukan macam-macam kegiatan manusia yang terkait dengan pencemaran lingkungan 2. Menjelaskan keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah pencemaran lingkungan
3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran lingkungan 4. Menjelaskan upaya mencegah dan melestarikan lingkungan
Petunjuk!
1. Bekerja samalah dengan kelompokmu untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan di bawah ini!
2. Kemudian, diskusikan bersama kelompokmu jawaban dari LKS yang telah dikerjakan! 3. Tuliskan jawaban di tempat yang telah disediakan!
4. Kerjakan pertanyaan dibawah ini selama 30 menit!
Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 1 - 3!
Kegiatan manusia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat, memaksa para petani padi mulai menggunakan pestisida. Umumnya petani memilih untuk mengambil manfaat pestisida karena dapat menangkal tumbuhan dari serangan hama sehingga produktivitas tumbuhan menjadi tinggi. Namun penggunaannya ternyata menimbulkan dampak penurunan kualitas tanah karena penumpukan sisa atau residu bahan kimia pada tanah.
(64)
http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/02/29/145634_nasi-putih_
663_382.jpg
Kebutuhan pangan
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/seorang
-petani-menyemprotkan-pestisida-pada-tanaman-padi-di-areal- sawah.jpg
Pemenuhan kebutuhan (penggunaan pestisida)
Penurunan kualitas tanah
1.
1. Masalah apa yang terdapat pada wacana diatas dan apa penyebabnya? (skor 4)
Jawab:
……… ………
(65)
lingkungan!(skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ……… ………
3. Tuliskan dua dampak negatif pencemaran tanah akibat aktivitas manusia bagi lingkungan pada wacana di atas!(skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ………
Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 4-6!
Kebutuhan sandang manusia yang makin meningkat juga mendorong manusia untuk menciptakan teknologi yang dapat meningkatkan jumlah produksi dan jenis bahan pakaian. Untuk itu, manusia membangun pabrik tekstil. Di berbagai daerah banyak pengusaha yang mendirikan pabrik tekstil. Pabrik tekstil tentu akan mengahasilkan limbah dari produk yang dihasilkannya. Limbah yang dihasilkan dapat berupa sisa-sisa pewarnaan yang digunakan untuk pakaian. Biasanya limbah ini dibuang kesungai.
(66)
http://media.halomalang.com/media/2012/03/Shopping/5/lines_2.jpg http://sin.stb.s-msn.com/i/8F/5E9FED257A24BD768A664A83F99D.jpg
Kebutuhan sandang Pemenuhan kebutuhan sandang (pabrik tekstil)
http://shellaaaach.files.wordpress.com/2012/08/limbah_pewarnaan_dari_pabrik_tekstil_majalaya.jpg http://tutiturimayanti.files.wordpress.com/2013/09/b22b208adbb6202053ce256c02a85317.jpg
Dampak terhadap lingkungan Limbah pabrik di buang ke sungai
4. Masalah apa yang terdapat pada wacana diatas dan apa penyebabnya?(skor 4)
Jawab:
……… ……… ………
5. Jelaskan keterkaitan kegiatan manusia pada gambar diatas dengan masalah pencemaran lingkungan! (skor 4)
Jawab:
……… ……… ………
(67)
wacana di atas! (skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ………
Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 7-9!
Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan transportasi, manusia menggunakan berbagai jenis kendaran bermotor untuk menunjang aktivitasnya. Tanpa adanya kendaraan bermotor, manusia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai tempat tujuan, sehingga waktu yang digunakan menjadi tidak efisien.Namun, pengunaan kendaraan bermotor tentu akan mengahasilkan polutan. Polutan yang dihasilkan berupa asap hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan tersebut. Polutan ini akan dibuang ke lingkungan sehingga udara tercemar.
http://3.bp.blogspot.com/_SY3lPUDVNMo/ transportasi.png http://us.images.detik.com/content/2012/11/14/4/121816_macetmaning4.jpg
Kebutuhan transportasi Pemenuhan kebutuhan transportasi
http://4.bp.blogspot.com/- /GsS21c4ZUF0/s1600/1305polusi.jpg
Polutan
(68)
Jawab:
……… ………
8. Jelaskan keterkaitan kegiatan manusia pada gambar diatas dengan masalah pencemaran lingkungan! (skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………
9. Tuliskan dua dampak negatif pencemaran udara akibat aktivitas manusia bagi lingkungan pada wacana di atas! (skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ……… ………
(69)
Dalam rangka menambah nilai estetika dan keasrian kota, pemerintah dan masyarakat bekerjasama membuat taman kota dengan cara menanami kota dengan pepohonan dan tumbuhan tertentu. Tumbuhan yang umumnya ditanam berupa bunga, pohon beringin, akasia, dan berbagai jenis pohon lainnya. Selain dapat memberikan keindahan dan juga menciptakan lingkungan kota yang lebih asri, ternyata tanpa disadari pemerintah dan masyarakat juga telah melakukan pelestarian lingkungan.
Kebutuhan estetika dan keasrian kota Pemenuhan kebutuhan estetika (menanam pohon)
http://intaninchan.files.wordpress.com/2012/11/img_3936.jpg http:// himpalaunas.com/sites/himpalaunas.com/files/0916-csryou-siswa%20sekolah%20tanam%20pohon.jpg
Hutan Kota
http://3.bp.blogspot.com/leuDZBYKrwQ/TclXxxr7kxI/AQ/hZioJc6YkXs/s1600/fghdfgh.jpg
10.Berdasarkan wacana di atas, tuliskan dua manfaat aktivitas manusia dalam pelestarian lingkungan! (skor 4)
Jawab:
……… ……… ………
(70)
Jawab:
……… ……… ……… ………
(71)
Kunci jawaban LKS Pertemuan I Pada Materi Pencemaran Lingkungan
1. Masalah pada wacana di atas adalah penurunan kualitas tanah karena penumpukan sisa atau residu bahan kimia pada tanah. Penyebabnya karena pemakaian pestisida oleh petani.
2. Kegiatan yang dilakukan manusia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Salah satunya yaitu kebutuhan pangan misalnya kebutuhan akan nasi. Untuk memenuhi kebutuhan nasi tersebut maka manusia (petani) akan menanam padi. Semakin meningkatnya kebutuhan akan nasi maka para petani pun meningkatkan produksi padi. Untuk meningkatkan kualitas produksi padi maka petani akan menggunakan pestisida karena dapat menangkal tumbuhan dari serangan hama sehingga produktivitas tumbuhan menjadi tinggi. Penggunaan pestisida ini berdampak pada kualitas tanah di area penanaman padi. Tanah akan menjadi kurang subur.
3. Dampak pencemaran tanah terhadap lingkungan:
a. Adalah adanya penurunan kualitas tanah sehingga tanah akan kehilangan unsur hara b. Tanaman akan sulit tumbuh sehingga berdampakm pada keseimbangan ekosistem
4. Masalah pada wacana yaitu pencemaran air sungai. Penyebabnya adalah pembuangan limbah yang dihasilkan dari sisa-sisa pewarnaan yang digunakan untuk pakaian.
5. Kegiatan yang dilakukan manusia juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sandang. Untuk memenuhi kebutuhan sandang tersebut maka manusia membangun pabrik tekstil.
6. Dampak pencemaran air terhadap lingkungan: a. Adalah akan merusak kualitas air disungai
b. Menyebabkan hewan-hewan air mati sehingga akan terganggagu keseimbangan lingkungan 7. Masalah pada wacana yaitu pencemaran udara. Penyebabnya adalah polutan yang dihasilkan berupa
asap hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan tersebut. Polutan ini akan dibuang ke lingkungan sehingga udara tercemar.
8. Keterkaitannya adalah dalam menunjang aktivitasnya manusia membutuhkan alat transportasi untuk memudahkan aktivitas sehari-hari, namun alat transportasi yang digunakan tersebut menggunakan BBM sehingga menyisakan asap diudara dan menyebabkan polusi bagi lingkungan tersebut.
9. Dampak pencemaran udara terhadap lingkungan a. Dampaknya adalah akan menyebabkan polusi udara b. Dampaknya lingkungan akan terasa lebih panas
10.Dua manfaat aktivitas manusia dalam pelestarian lingkungan a. Agar lingkungan tetap terjaga keasriannya
b. Agar potensi dan kekayaan alam dapat dinikmati oleh generasi mendatang 11.Manusia memiliki peranan penting dalam melestarikan lingkungan karena
Manusia dalam memenuhi kebutuhan berupa pangan, sandang, papan mengambilnya dari lingkungan bila tidak dijaga manusia juga akan kesulitan dalam memperoleh kebutuhan tersebut
(72)
Pertemuan Pertama Pada Materi Pencemaran Lingkungan
No. Soal
Skor Aspek yang dinilai
1 4 - Menuliskan masalah dan penyebab dengan benar 3 - Menuliskan masalah dengan benar tetapi penyebab
kurang benar
2 - Menuliskan masalah atau penyebab dengan benar 1 - Menuliskan masalah atau penyebab tetapi kurang tepat 0 - Tidak menjawab
2 4 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan dengan benar, jelas, dan runut 3 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan
pencemaran lingkungan dengan benar, jelas, tetapi kurang runut
2 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan dengan benar, tetapi kurang jelas
1 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan tetapi kurang tepat
0 - Tidak menjawab
3 4 - Menuliskan dua dampak negatif pencemaran tanah bagi lingkungan dengan benar
3 - Menuliskan dua dampak negatif pencemaran tanah bagi lingkungan tetapi satu dampak kurang tepat
2 - Menuliskan satu dampak negatif pencemaran tanah bagi lingkungan dengan benar
1 - Menuliskan satu dampak negatif pencemaran tanah bagi lingkungan tetapi kurang tepat
0 - Tidak menjawab
4 4 - Menuliskan masalah dan penyebab dengan benar 3 - Menuliskan masalah dengan benar tetapi penyebab
kurang benar
2 - Menuliskan masalah atau penyebab dengan benar 1 - Menuliskan masalah atau penyebab tetapi kurang tepat 0 - Tidak menjawab
5 4 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan dengan benar, jelas, dan runut 3 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan
pencemaran lingkungan dengan benar, jelas, tetapi kurang runut
2 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan dengan benar, tetapi kurang jelas
1 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan tetapi kurang tepat
0 - Tidak menjawab
6 4 - Menuliskan dua dampak negative pencemaran tanah bagi lingkungan dengan benar
3 - Menuliskan dua dampak negative pencemaran tanah bagi lingkungan tetapi satu dampak kurang tepat 2 - Menuliskan satu dampak negative pencemaran tanah
bagi lingkungan dengan benar
1 - Menuliskan masalah atau penyebab tetapi kurang tepat 0 - tidak menjawab
7 4 - Menuliskan masalah dan penyebab dengan benar 3 - Menuliskan masalah dengan benar tetapi penyebab
(73)
1 - Menuliskan masalah atau penyebab tetapi kurang tepat 0 - Tidak menjawab
8 4 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan dengan benar, jelas, dan runut 3 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan
pencemaran lingkungan dengan benar, jelas, tetapi kurang runut
2 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan dengan benar, tetapi kurang jelas
1 - Menuliskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pencemaran lingkungan tetapi kurang tepat
0 - Tidak menjawab
9 4 - Menuliskan dua dampak negative pencemaran tanah bagi lingkungan dengan benar
3 - Menuliskan dua dampak negative pencemaran tanah bagi lingkungan tetapi satu dampak kurang tepat 2 - Menuliskan satu dampak negative pencemaran tanah
bagi lingkungan dengan benar
1 - Menuliskan masalah atau penyebab tetapi kurang tepat 0 - Tidak menjawab
10 4 - Menuliskan dua manfaat aktivitas manusia dalam pelestarian lingkungan dengan benar
3 - Menuliskan dua manfaat aktivitas manusia dalam pelestarian lingkungan tetapi satu manfaat kurang tepat 2 - Menuliskan satu manfaat aktivitas manusia dalam
pelestarian lingkungan dengan benar
1 - Menuliskan satu manfaat aktivitas manusia dalam pelestarian lingkungan tetapi kurang tepat 0 - Tidak menjawab
11 2 - Menuliskan alasan manusia memiliki peranan penting dalam melestarikan lingkungann dengan benar 1 - Menuliskan dua manfaat aktivitas manusia dalam
pelestarian lingkungan tetapi kurang tepat 0 - Tidak menjawab
N : 42
Teknik penskoran : x100
N R
Skor
Keterangan :
Skor = Nilai yang diharapkan (dicari) R = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah total skor maksimal
(74)
Anggota :
1. ………
2. ………....
3. ………
4. ………
5. ………
Lembar Kerja Siswa II
Tujuan:1. Membedakan berbagai jenis limbah
2. Menentukan cara daur ulang limbah yang tepat dalam penanganan limbah 3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan jika limbah tidak ditangani dengan benar
Petunjuk!
1. Bekerja samalah dengan kelompokmu untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan di bawah ini!
2. Tuliskan jawaban di tempat yang telah disediakan! 3. Kerjakan pertanyaan dibawah ini selama 30 menit!
(75)
1. Dari wacana diatas, berdasarkan wujudnya limbah-limbah yang dihasilkan termasuk kedalam limbah jenis apa? Sedangkan berdasarkan sumbernya dan senyawanya termasuk kedalam limbah jenis apakah limbah tersebut?
Jawab:
……… ……… ………
2. Tentukan bagaimana cara daur ulang yang tepat untuk limbah tersebut! Jawab:
……… ……… ………
3. Bagaimana jika limbah-limbah tersebut tidak ditangani dengan baik dan dibiarkan dibuang kelingkungan sekitar?
Jawab:
……… ……… ……… ……… Perhatikan wacana berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 4-6!
4. Berdasarkan wacana diatas, limbah yang dihasilkan termasuk kedalam limbah jenis apa berdasarkan wujud dan sumbernya?
Wacana 1:
Dengan semakin majunya perkembangan teknologi, menyebabkan manusia menghasilkan inovasi-inovasi baru salah satunya yaitu nanas kemasan. Dalam proses produksi pengalengan nanas ini, menghasilkan limbah berupa kulit nanas, bungkil nanas, dan air buangan dari pencucian nanas. Dalam produksi besar akan menghasilkan limbah yang jumlahnya juga besar, sehingga perlu penanganan yang tepat agar tidak merusak lingkungan sekitar.
Wacana 2:
Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan jumlah limbah akan semakin meningkat. Dulunya manusia menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan jumlah limbah tak bisa dielakkan lagi. Misalnya dari sebuah restaurant makanan, limbah air cuci piring yang dihasilkan dalam jumlah besar.
(76)
……… ……… ………
5. Tentukan bagaimana cara penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani limbah tersebut! Jawab:
……… ………
6. Bagaimana jika limbah tersebut tidak ditangani dengan baik dan dibuang begitu saja kelingkungan?
Jawab:
……… ……… ……… ……… Perhatikan daftar limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 7-8!
- Sisa kain bekas di tempat tukang jahit - Air cucian piring di rumah
- Sisa sayuran di rumah - Kemasan pestisida - Limbah cairan tahu - Kertas bekas dipercetakan
- Air sabun bekas mencuci di tempat Loundry
7. Kelompokkan limbah-limbah diatas berdasarkan wujudnya! Jawab:
……… ……… ……… ……… ………
8. Kelompokkan berdasarkan sumbernya! Jawab:
……… ……… ………
(77)
9. Apakah oli bekas tersebut termasuk kedalam limbah 3B? Mengapa? Jawab:
……… ……… ……… ……… ………
10.Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menangani limbah oli bekas tersebut? Jawab:
……… ……… ……… ……… ………
---- Selamat Mengerjakan ----
Wacana 3:
Seiring meningkatnya kebutuhan manusia, meningkat pula kegiatan transportasi dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Kendaraan-kendaraan yang digunakan dalam kegiatan tersebut ada kalanya harus dilakukan perawatan guna kelancaran kegiatan itu. Salah satu perawatan yang dilakukan yaitu mengganti oli yang sudah tidak layak lagi. Dari sebuah tempat servis kendaraan dapat menghasilkan berliter-liter oli bekas. Oli bekas ini mengandung berbagai macam logam berat seperti timbal dan besi sehingga diperlukannya penanganan dan pengolahan khusus.
(78)
Kunci jawaban LKS Pertemuan II Pada Materi Limbah
1. Berdasarkan wujudnya kulit dan bungkil nanas termasuk kedalam limbah padat, sedangkan air pencucian nanas termasuk kedalam limbah cair. Berdasarkan sumbernya, kulit nanas, bungkil nanas, teramasuk kedalam limbah industri. Sedangkan berdasarkan senyawamya, ketiga limbah tersebut termasuk kedalam limbah organik.
2. Cara daur ulang yang dapat dilakukan yaitu kulit nanas dan bungkil nanas dibuat menjadi pupuk kompos dan air pencucian nanas dapat dibuat menjadi pupuk cair atau bisa juga sebelum dibuang kelingkungan terlebih dahulu dilakukan sterilisasi.
3. Jika limbah-limbah tersebut dibiarkan dibuang begitu saja dilingkungan sekitar maka limbah tersebut akan membusuk dan menyebabkan udara disekitarnya tercemar dengan bau yang tak sedap, tanah dan air dilingkungan tersebut akan tercemar oleh rembesan limbah yang membusuk tersebut.
4. Limbah air cucian piring dari restaurant tersebut, berdasarkan wujudnya termasuk kedalam limbah cair. Sedangkan berdasarkan sumbernya termasuk kedalam limbah domestik.
5. Limbah air cucian piring tersebut dapat ditangani dengan diolah terlebih dahulu dan disterilisasi agar dapat dibuang kelingkungan.
6. Jika limbah air cucian piring tersebut dibuang begitu saja maka akan mencemari tanah dan lingkungan sekitar.
7. Berdasarkan wujudnya: Limbah padat:
- Sisa kain bekas di tempat tukang jahit - Sisa sayuran di rumah
- Kemasan pestisida
- Kertas bekas dipercetakan Limbah cair:
- Air cucian piring di rumah - Limbah cairan tahu
- Air sabun bekas mencuci di tempat Loundry
8. Berdasarkan sumbernya: Industri:
- Sisa kain bekas di tempat tukang jahit - Limbah cairan tahu
- Kertas bekas dipercetakan
- Air sabun bekas mencuci di tempat Loundry
Rumah tangga:
- Air cucian piring di rumah - Sisa sayuran di rumah
(79)
Kemasan pestisida
9. Ya. Karena memiliki ciri sebagai limbah B3 yaitu beracun dilihat dari kandungannya, mengandung logam berat berupa besi dan timbal.
10.Yaitu dengan mendaur ulang oli bekas tersebut menjadi oli yang dapat digunakan kembali atau diolah dan disterilisasi sehingga dapat dibuang kelingkungan.
(1)
Lampiran Foto-Foto Penelitian Pertemuan Pertama
Gambar 6. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru
(2)
88
Gambar 8. Guiru membimbing mengerjakan LKS
(3)
(4)
90
Lampiran Foto-Foto Penelitian
Pertemuan Kedua
Gambar 11. Siswa memperhatikan penjelasan guru
(5)
Gambar 13. Siswa melakukan diskusi
(6)
92