Antalgin Diklofenak Piroksikam Parasetamol Prednison dan Deksametason

2.2. Jamu Pegal Linu

Jamu pegal linu digunakan untuk keluhan pegal linu rematik. Terdapat banyak ramuan untuk jamu pegal linu baik ramuan yang digunakan dengan cara digosok maupun dengan cara diminum. Salah satu contoh jamu pegal linu sebagai obat gosok yaitu ramuan jamu yang dibuat dari bahan daun jeruk nipis 13 genggam, daun ketepeng cina 13 genggam, daun sambiloto 13 genggam, daun sirih 10 lembar, akar pepaya seukuran 2 jari, akar kepayang seukuran 2 jari, akar kelor seukuran 3 jari, cabe rawit 10 buah, dan alkohol 70 1 liter. Semua bahan tersebut dicampur dan ditumbuk sampai halus kemudian direndam ke dalam alkohol selama 7 hari lalu diperas airnya. Ramuan jamu digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit Dalimartha dan Adrian, 2013. Contoh jamu pegal linu yang diminum adalah ramuan jamu yang dibuat dari bahan daun sosor bebek segar sebanyak 30-60 g. Cara meramu jamu yaitu dengan merebus daun sosor bebek yang telah dicuci dalam 3 gelas air sampai air tersisa 1 gelas. Kemudian setelah dingin, air disaring dan diminum 2 kali sehari masing-masing sebanyak 12 gelas Dalimartha dan Adrian, 2013. 2.3. Efek Samping Obat yang Ditambahkan pada Jamu Pegal Linu 2.3.1. Fenilbutason Fenilbutason merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase nonselektif. Efek samping Fenilbutason dapat berupa gangguan saluran cerna, ruam kulit, vertigo, nyeri kepala. Efek yang lebih serius dapat berupa perdarahan lambung, hepatitis, ikterik, gagal ginjal, reaksi hipersensitif dan depresi sumsum tulang MIMS, 2013.

2.3.2. Antalgin

Antalgin merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase. Efek samping dapat berupa agranulositosis dan alergi MIMS, 2013. Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Diklofenak

Diklofenak merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase. Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala Wilmana dan Gan, 2012.

2.3.4. Piroksikam

Piroksikam merupakan obat anti inflamasi nonsteroid dengan kerja menghambat enzim siklooksigenase. Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung. Efek samping lain adalah pusing, tinnitus, nyeri kepala dan eritema kulit Wilmana dan Gan, 2012.

2.3.5. Parasetamol

Parasetamol Asetaminofen merupakan obat analgesik untuk terapi nyeri ringan sampai sedang. Obat ini adalah penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek antiinflamasi bermakna. Efek samping pada dosis terapi kadang terjadi peningkatan ringan enzim hati tanpa ikterus, hal ini reversibel jika pemberian obat dihentikan. Pada dosis yang lebih besar, dapat timbul pusing, mudah terangsang, dan disorientasi. Pemberian 15 g asetaminofen dapat berakibat fatal, kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas berat dengan nekrosis lobulus sentral, kadang berhubungan dengan nekrosis tubulus ginjal akut Furst dan Ulrich, 2006.

2.3.6. Prednison dan Deksametason

Prednison dan Deksametason merupakan obat steroid golongan glukokortikoid yang memiliki efek antiinflamasi. Obat ini dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi. Ada dua penyebab timbulnya efek samping penggunaan kortokosteroid. Efek samping dapat timbul karena penghentian obat secara tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar Suherman dan Ascobat, 2012. Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, artralgia, Universitas Sumatera Utara dan malaise. Hal ini terjadi akibat kurang berfungsinya kelenjar adrenal yang telah lama tidak memproduksi kortikosteroid endogen karena rendahnya mekanisme umpan balik oleh kortikosteroid eksogen Suherman dan Ascobat, 2012. Komplikasi yang timbul akibat pemberian obat dalam jangka waktu lama ialah gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami perdarahan atau perforasi, osteoporosis, miopati, psikosis, habitus pasien Cushing antara lain moon face, buffalo hump, timbunan lemak supraklavikular, obesitas sentral, ekstremitas kurus, striae, ekimosis, akne, dan hirsutisme Suherman dan Ascobat, 2012. 2.4. Pengetahuan 2.4.1. Definisi Pengetahuan