Intrusi Studi Intrusi Air Laut Dengan Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole-Dipole Di Kawasan Desa Lubuk Saban Kecamatan Pantai cermin

4.3.3 Pada Lintasan III timur-barat

Pada analisis dan resisitivitas yang terdapat pada Gambar 4.4 bentuk penampang melintang terlihat bahwa susunan tiap lapisan bawah permukaan lebih teratur dan mendatar terhadap bidang vertical dan bervariasi sesuai dengan nilai resisitivitasnya masing-masing berdasarkan jenis material atau batuan yang dikandungnya. Ditemukan kandungan air garam sebagai akibat adanya intrusi air laut yang terletak pada kedalaman ± 0,854 – 19,3 meter, bentangan ± 7,5 – 142,5 meter yang diwakili oleh warna biru tua sampai hijau muda dengan nilai resistivitas sebesar 0,512 – 3,75 Ωm. Peristiwa ini terjadi mungkin disebabkan karena jarak yang relatif dekat dengan garis pantai serta adanya penggalian sumur tanah oleh penduduk untuk mencari sumber air tawar yang tidak terkontrol dan terlalu dalam sehingga menembus zona air laut di dalam tanah. Dan lokasi yang dekat dengan tambak.

4.4 Intrusi

Dari ketiga lintasan pengukuran menunjukkan telah terjadi intrusi air laut penyusupan air laut ke arah daratan hingga mencapai 100 meter dari garis pantai. Hal ini dapat dilihat dari nilai resistivitas batuan yang terdapat pada masing-masing lintasan pengukuran. Lintasan I nilai resistivitasnya berkisar antara 1,08 - 116 Ω.m dengan kesalahan iterasi 22,3 . Lintasan II nilai resistivitas berkisar antara 4,54 – 71,5 Ωm dan Lintasan III nilai resistivitas berkisar antara 0,512 – 53,1 Ω.m, dimana suatu lintasan terjadi intrusi jika nilai resisivitasnya 0,5 - 5 Ω.m. Hal ini bisa saja dipengaruhi faktor jarak dari garis pantai, kedalam sumur, kondisi batuan dan struktur tanah penyusupan akuifer tanah. Semakin dekat jarak pengukuran dengan pantai maka nilai resistivitasnya akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya semakin jauh jarak pengukuran dari garis pantai maka nilai resistivitasnya semakin besar. Hal ini dapat kita lihat pada Universitas Sumatera Utara lintasan I dan lintasan III yang jarak pengukurannya sejajar dan dekat dengan garis pantai ±25m dan mempunyai nilai resistivitas terkecil adalah 0,512 Ω.m dan 1,08 Ω.m, sedangkan lintasan II yang pengukurannya tegak lurus dari garis pantai dengan jarak terdekat dengan garis pantai adalah ± 44m mempunyai nilai resistivitas terkecil 4,54 Ω.m dan semakin jauh dari garis pantai nilai resistivitasnya semakin besar. Jika dilihat dari litologi penyusun akuifer pada ketiga lintasan pengukuran mempunyai kesamaan yaitu batu pasir, pasir lempungan, tanah yang diinterpretasikan sebagai akuifer karena batu pasir merupakan batuan yang memiliki celah-celah atau rongga sehingga bias diisi oleh air dan juga dapat bergerak melalui celah-celah rongga tersebut. Endapan alluvial terdiri dari batuan bongkah, kerikil, dan lempung sebagai hasil endapan sungai dan tambak yang bersifat lepas, tidak terkonsolidasi dan bersifat poros yang menyebabkan air laut lebih mudah menyusup. Lapisan lempung pasiran merupakan lapisan yang kedap air, oleh karenanya walaupun mungkin saja pada lapisan ini terdapat air tanah yang mengalir akan tetapi masih dalam jumlah yang sedikit. Pasir dan kerikil memungkinkan terdapatnya air tanah, sebab pasir dan kerikil memiliki porositas dan permeabilitas yang besar dan air tanah berada diantara pori-pori pasir dan kerikil tersebut, sehingga pada lapisan tersebut sangatlah berpotensi terdapatnya air tanah. Kebanyakan batuan sedimen yang menempati daerah penelitian merupakan formasi pengandung air berproduksi rendah sampai sedang. Oleh karena itu, batu kapur, kerikil dan batu pasir merupakan formasi pengandung air produktif yang terdapat di daerah ini. Kelulusan dan daya simpan batuan sedimen bermacam-macam, tergantung pada tingkat keterdapatan sistem celahan dan rongga pelarutan yang berlangsung di dalamnya. Dalam batu sedimen lunak air tanah akan terdapat dalam kerangka ruang antara primer batuan, dan karenanya sebaran air tanah akan lebih merata. Di daerah batuan sedimen yang tidak atau sedikit tertutup lapisan lempung, sebagian besar air tanahnya bersifat tak tertekan, sedang untuk batu pasir memiliki kandungan porus yang lebih banyak Universitas Sumatera Utara dibandingkan batuan yang lain sehingga ketebalan batu pasir akan sangat menentukan dimensi akuifer. Porositas dan permeabilitas batuan juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya intrusi air laut. Dengan melihat hasil pendugaan jenis material batuan pada ketiga lintasan diketahui jenis-jenis material batuan tiap lapisan tanah seperti lempung,pasir, kerikil, batu pasir, dan batu kapur. Dapat diketahui nilai porositas dan permeabilitas batuan berdasarkan Tabel 2.2 dengan nilai porositas paling besar berkisar antara 5 - 45, dimana batuan lempung memiliki nilai porositas paling besar, dan yang paling kecil adalah batuan kapur. Sedangkan nilai permeabilitas berkisar antara 0,0004 mhari – 4100 mhari, dan lempung memiliki nilai permeabilitas yang cukup kecil sedangkan kerikil mempunyai nilai permeabilitas yang cukup besar. Lempung merupakan batuan yang mempunyai nilai porositas paling besar, yang memungkinkan batuan ini mampu menahan air diantara rongga-rongga batuannya. Lempung juga memiliki permeabilitas yang kecil, yang memungkinkan air sulit lolos melewati batuan tersebut. Semakin kecil rongganya semakin lambat alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akan mengakibatkan molekul air akan tetap tinggal. Sedangkan batuan kerikil mempunyai nilai permeabilitas yang cukup besar yaitu 4100 mhari yang memungkinkan air mudah lolos. Air akan mudah lolos jika permeabilitas batuan besar dan mempunyai porositas yang kecil. Air akan mudah melewati suatu batuan jika batuan terdapat tekanan yang besar, sehingga akan membuat air tertekan melewati batuan, jika permeabilitasnya besar maka akan mempermudahkan air melewatinya. Namun, jika permeabilitasnya kecil dan mempunyai porositas besar akan membuat air tertahan dan sulit untuk melewati lapisan batuan tersebut, hal ini terjadi pada batuan lempung. Intrusi air laut terjadi jika air laut meresap memasuki air bawah tanah, hal ini bergantung pada nilai permeabilitas dan porositasnya. Semakin kecil nilai permeabilitas suatu batuan maka semakin sulit untuk dilewati air resapan dari laut. Universitas Sumatera Utara Karena rongga-rongga pada batuan tersebut akan semakin kecil. Begitupula jika porositas batuan semakin besar kemungkinan air lolos semakin sukar. Hal ini dilihat dari kemampuan batuan tersebut untuk menahan air. Jika porositasnya kecil maka air resapan laut akan mudah melewatinya. Di beberapa wilayah lintasan pengukuran ini, terdapat penghalang barriers seperti mangrove atau bukit-bukit pasir cheniers yang memisahkan wilayah laut dengan lahan basah wetlands atau sumber air tawar. Kerusakan pada wilayah penghalang ini disebabkan oleh berbagai hal, yang mengakibatkan air laut mudah menyusup kearah daratan yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terbukanya penghalang tersebut dapat bersifat alami seperti kerusakan yang disebabkan oleh badai, atau akibat aktivitas manusia seperti pengerukan untuk kepentingan pelayaran, pengikisan dan pengalihan penggunaan sebagai lahan tambak. Mutu air tanah yang terdapat dalam endapan alluvium di daerah pantai umumnya jelek, airnya payau atau asin ini disebabkan karena penguapan yang tinggi serta pengaliran yang buruk, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan penggaraman dalam air. Selain itu, bentuk medan yang sangat datar dengan ketinggian hanya beberapai meter di atas permukaan laut menyebabkan paras air tanah sangat dangkal, ini diperkuat dari informasi yang berasal dari masyarakat sekitar daerah penelitian yang menyatakan bahwa untuk daerah yang menjorok dan berdekatan dengan pantai, air tanah yang dihasilkan mempunyai mutu yang kurang baik, dan sumur bor yang terdapat beberapa kilometer dari garis pantai dihasilkan air yang sedikit asin.

4.5 Hubungan Air Tanah dan Air laut

Dokumen yang terkait

Studi Intrusi Air Laut Dengan Menggunakan metode Resistivitas Listrik Konfigurasi wenner-Sclumberger Di Kawasan Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai cermin

1 31 124

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2D KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI KAWASAN GUNUNG SADENG KABUPATEN JEMBER

0 3 17

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE DI DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

10 36 81

ANALISIS INTRUSI AIR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2D DIPOLE DIPOLE DI DESA BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN.

2 11 19

PENDUGAAN INTRUSI AIR LAUT DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2D KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI DAERAH PANTAI PAYANGAN

0 0 15

APLIKASI METODE GEOLISTRIK SKALA MODEL U

1 2 7

Studi Intrusi Air Laut Dengan Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole-Dipole Di Kawasan Desa Lubuk Saban Kecamatan Pantai cermin

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Intrusi Air Laut Dengan Menggunakan metode Resistivitas Listrik Konfigurasi wenner-Sclumberger Di Kawasan Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai cermin

0 0 32

STUDI INTRUSI AIR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS LISTRIK KONFIGURASI WENNER – SCLUMBERGER DI KAWASAN DESA PANTAI CERMIN KIRI KECAMATAN PANTAI CERMIN SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : 080801042

0 0 11

IDENTIFIKASI PENYEBARAN ZONA POTENSI SUMBERDAYA BIJIH TIMAH MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE- DIPOLE DI BLOK CUNGFO KABUPATEN BANGKA

0 0 13