Genealogi Kiai RELASI KIAI DAN POLITIK
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
makelar jabatan politik dan proyek; dan kiai yang berpolitik tetapi tidak mempunyai pedoman berpolitik sembilan pedoman berpolitik bagi
nahdliyin yang saya sebut tik mapolitik. Dalam praktiknya seorang Kiai politik bisa berperan sebagai pengurus partai politik, anggota DPRD, dan
makelar jabatan politik dan proyek. Pengakuan KH. Hafids Hasyim menyatakan bahwa didirikannya partai politik adalah untuk meraih dan
mempertahankan kekuasaan sehingga ayatnya adalah kursi. Bisa berperan sebagai perantara jabatan politis dan proyek. Kita ingin orang-orang kita yang
amanah menjadi penguasa dan konstituen sering minta bantuan. Kita memperjuangkan melalui mekanisme aturan-aturan dan lobi. Wilayah politik
adalah wilayah subhat abu-abu, ragu-ragu. Di sisi lain, ada kiai yang bukan anggota DPRD, anggota partai politik, kiai sebagai ulama reaksi cepat yang
berperan sebagai makelar jabatan politik dan proyek. Kiai dengan varian ini diperankan oleh Kiai Suaidi dan Kiai Fachrurrazy, keduanya pengasuh
pesantren. Sementara itu, kiai politik tetapi tidak mempunyai pedoman berpolitikk sembilan pedoman berpolitik bagi Nahdliyin yang disebut tik
mapolitik , seperti yang dilakukan oleh kiai-kiai yang meminta sumbangan ke
pemerintah daerah dan perusahaan dengan alasan-alasan subyektif. Pemberian bantuan itu dari sisi pemberi untuk minta dukungan terhadap
kekuasaannya. Kiai spiritual adalah kiai yang mempunyai kekuatan supranatural dari
Allah SWT yang dikenal dengan ilmu kasyaf mengetahui sebelum kejadian dan masyarakat mengakui cocok saat berkonsultasi kepada beliau. Di
Pasuruan, tipe kiai spiritual yang berpengaruh di tingkat nasional adalah KH.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hamid dan KH. Hasani, dan KH. Hunain ketiganya almarhum. Saat ini, penerus ketiga beliau itu dipahami oleh masyarakat sebagai kiai spiritual,
secara berurutan Kiai Idris Hamid, KH. A. Nawawi, dan Kiai Asnawi Hunain. Kiai spiritual ini tamunya banyak dengan berbagai motivasi. Proses
merasakan karomah kiai dilakukan dengan institusi sowan, nyabis. Para tamu menjelaskan permasalahan yang dihadapi, di hadapan sang kiai, selanjutnya
sang kiai memberikan doa untuk diamalkan. Kemudian, setiap tamu memberikan sejumlah uang seikhlasnya kepada sang kiai yang diberikan pada
saat berpamitan pulang dengan cara menempelkan amplop sambil membungkukkan badan, mencium tangan kanan sang kiai. Salam itu disebut
salam tempel, salam kettheng. Di tingkat lokal, yaitu KH. Jazim Nur Pesantren Darul Mafatihil Ulum, Podokaton, KH. Kholil, KH. Mashut, dan
KH. Mochtar Basri Rembang. Kiai morok adalah kiai yang mengajarkan al-Qurãn di langgar-langgar
atau di rumah mereka. Kiai tarekat adalah kiai yang disahkan sebagai mursyid, muqaddam tarekat dengan silsilah yang sahih. Kiai panggung
adalah kiai yang mempunyai keahlian untuk ceramah ke-Islam-an di forum pengajian, majelis taklim dan memenuhi undangan menjadi penceramah
dalam upacara keagamaan dan kenegaraan ‘nasional’. Menurut masyarakat, kedudukan kiai spiritual, kiai tarekat, kiai morok
masih dijadikan sebagai panutan dalam menyelesaikan beberapa masalah. Mereka diyakini menerapkan wira’i hati-hati, qanaah sederhana,
secukupnya dan zuhud hidup sebagai kehidupan yang fana sehingga lebih berorientasi kepada kehidupan akhirat. Kiai-kiai terebut dalam berpoliik
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
berada di balik layar dengan tujuan merangkul umat. Kiai politik yang aktif di parpol, DPRD, apalagi URC mendapatkan penghormatan yang relatif rendah
karena berada dalam kegiatan abu-abu shubhat. Para kiai mempunyai pilihan berpolitik yang bervariasi pula. Variasi
itu terjadi disebabkan oleh acuan berpolitik kiai adalah berdasarkan illat dan kaidah ushul fikih yang digunakan berbeda. Kiai menerapkan politik
tabarukan, politik makmum, politik istiqomah, politik nafsi-nafsi, dan politik makrifat. Politik tabarukan adalah pilihan politik yang ditentukan berdasarkan
pilihan politik gurunya sewaktu nyantri dan pilihan anak kiai yang dihormatinya. Politik makmum adalah penentuan politik berdasarkan
kepentingan patron politiknya. Politik istiqomah adalah penentuan politik yang ajeg sebagai pendukung partai yang didukung oleh ulama, yaitu Partai
NU, PPP, dan PKB. Politik nafsi-nafsi adalah penentuan pilihan politik secara otonom terserah individu masing-masing. Politik makrifat artinya, kiai itu
tidak terjun dalam politik praktis dan menjelaskan dan memberikan pernyataan dalam politik tanpa panggung, sewaktu orang berkonsultasi atau
dengan simbol salam dari kiai fulan. Perbedaan sikap tawadhu’ dan saling menghormati ‘berkumpul tidak bersatu, berpencar tidak berpisah’ dan ‘tidak
ada lawan dan kawan yang abadi, yang abadi hanya kepentingan.