digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II RELASI KIAI DAN POLITIK
A. Genealogi Kiai
Kata Kiai dalam terminologi Jawa memiliki makna sesuatu yang diyakini memiliki tuah atau keramat. Artinya segala sesuatu yang memiliki
keistimewaan dan keluarbiasaan dibandingkan yang lain, dalam terminologi Jawa dapat dikategorikan kiai. Terdapat nama-nama benda atau binatang
yang oleh masyarakat Jawa biasa disebut kiai karena dianggap memiliki keistimewaan keramat, seperti beberapa gamelan yang terdapat di keraton-
keraton kesultanan, kereta kuda, keris, tombak dan lain sebagainya. Orang Jawa, menamakan kiai kepada siapa pun atau apa saja yang mereka puja dan
mereka hormati. Misalnya, Kiai Sabuk Inten, Kiai Nagasasra dan Kiai Pleret senjata. Bahkan, di kota Solo terdapat seekor kerbau bule yang oleh
masyarakat sekitar dinobatkan sebagai kiai, karena diyakini dapat mendatangkan berkah, yaitu Kiai Slamet. Yang pada setiap malam pesta
sekatenan digiring beramai-ramai mengelilingi kota Solo.
1
Orang disebut kiai pada mulanya sebab ilmu dan pengabdian yang diberikannya bagi masyarakat. Pengabdian dia tulus ikhlas dan tanpa pamrih
apa pun. Kiai adalah figur, di mana ilmu pengetahuan, kasih sayang, bantuan dan pengayoman bisa didapatkan masyarakat darinya.
Dalam konteks masyarakat muslim Indonesia, istilah kiai pada gilirannya dirujukkan pada figur seorang pemimpin non-formal-kultural yang
dianggap memiliki ilmu keagamaan yang kemudian dikenal dengan ulama.
1
Ibnu Hajar, Kiai di tengah Pusaran Politik Jogjakarta: IRCiSoD, 2009, hlm. 20.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kiai dan ulama lambat laun dianggap sebagai dua istilah sama. Masyarakat muslim Jawa mengasumsikan bahwa kiai adalah ulama karena ilmu agama
yang dimiliki. Pemaknaan ulama bagi kata kiai sangat lumrah digunakan hingga kini, meskipun pada perkembangannya kiai kerap pula dipadankan
dengan ustadz atau syekh. Pada dasarnya, kurang tepat menyamakan makna ulama dengan kiai.
Namun, pemaknaan ini dipergunakan ketika tidak menemukan padanan kata kiai dalam bahasa Arab yang lebih dekat daripada kata ‘alim atau dalam
bentuk jamaknya ‘ulama.
2
Term ulama sejajar dengan sebuah ayat yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang dari hamba-hambaKu yang paling takut padaKu adalah
ulama QS. Al-Faathir {35}:28. Ilmu agama yang dimiliki ulama baca:kiai sudah semestinya menjadikan kiai lebih takut pada ancaman dan kelalaian
atas kewajiban sebagai hamba Allah dan khalifatullah fil’ardl wakil Allah di bumi. Dengan kata lain, kiai ulama diyakini sebagai sosok religius yang
memiliki kemampuan di bidang keagamaan, atau kiai adalah cermin dan simbol seorang yang taat dan memiliki pemahaman yang kuat terhadap
agama. Dalam bahasa Jawa, kiai diduga berakar pada kata ya iki yang
disebutkan berkali-kali. Setiap masyarakat menghadapi persoalan, baik itu masalah agama, penghidupan, pernikahan, keluarga dan semacamnya, maka
mereka selalu mencari bantuan orang pintar. Spontan mereka bilang “kalau punya masalah kehidupan, ya iki ya ini, kalau punya masalah pernikahan, ya
2
Ibnu Hajar, Kiai… hlm. 21.