Kajian Teori KAJIAN TEORITIS

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Melakukan sesuatu berarti memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang disebut dengan pikiran. Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep logis lain seperti konsep ingatan dalam karya Mead melalui kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. 2. Diri Self Banyak pemikiran Mead pada umumnya, dan khususnya tentang pikiran,melibatkan gagasannya mengenai konsep diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah obyek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun obyek. Diri mensyaratkan proses sosial yakni komunikasi antar manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Tetapi, segera setelah diri berkembang, ada kemungkinan baginya untuk terus ada tanpa kontak sosial. Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Artinya, di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Di lain pihak, diri dan refleksitas adalah penting bagi perkembangan pikiran. Memang mustahil untuk memisahkan pikiran dan diri karena diri adalah proses digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mental. Tetapi, meskipun membayangkannya sebagai proses mental, diri adalah sebuah proses sosial. Dalam pembahasan mengenai diri, Mead menolak gagasan yang meletakkannya dalam kesadaran dan sebaliknya meletakkannya dalam pengalaman sosial dan proses sosial. Dengan cara ini Mead mencoba memberikan arti behavioristis tentang diri. Diri adalah dimana orang memberikan tanggapan terhadap apa yang ia tujukan kepada orang lain dan dimana tanggapannya sendiri menjadi bagian dari tindakannya, di mana ia tidak hanya mendengarkan dirinya sendiri, tetapi juga merespon dirinya sendiri, berbicara dan menjawab dirinya sendiri sebagaimana orang lain menjawab kepada dirinya, sehingga mempunyai perilaku dimana individu menjadi obyek untuk dirinya sendiri. Karena itu diri adalah aspek lain dari proses sosial menyeluruh dimana individu adalah bagiannya. Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksivitas ataukemampuan menempatkan diri secara tak sadar ke dalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Akibatnya, orang mampu memeriksa diri sendiri sebagaimana orang lain memeriksa diri mereka sendiri. Seperti dikatakan Mead : Dengan cara merefleksikan, dengan mengembalikan pengalaman individu pada dirinya sendiri keseluruhan proses sosial menghasilkan pengalaman individu yang terlibat di dalamnya; dengan cara demikian, individu bisa menerima sikap orang lain terhadap dirinya, individu secara sadar mampu menyesuaikan dirinya sendiri terhadap proses sosial dan mampu mengubah proses yang dihasilkan dalam tindakan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sosial tertentu dilihat dari sudut penyesuaian dirinya terhadap tindakan sosial itu. 34 Diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan oranglain. Artinya, seseorang menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan apa yang akan dikatakan selanjutnya. Untuk mempunyai diri, individu harus mampu mencapai keadaan “di luar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu menjadi obyek bagi dirinya sendiri. Untuk berbuat demikian, individu pada dasarnya harus menempatkan dirinya sendiri dalam bidang pengalaman yang sama dengan orang lain. Tiap orang adalah bagian penting dari situasi yang dialami bersama dan tiap orang harus memperhatikan diri sendiri agar mampu bertindak rasional dalam situasi tertentu. Dalam bertindak rasional ini mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara impersonal, obyektif, dan tanpa emosi. Tetapi, manusia tidak dapat mengalami diri sendiri secara langsung. Mereka hanya dapat melakukannya secara tak langsung melalui penempatan diri mereka sendiri dari sudut pandang orang lain itu. Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai satu kesatuan. 34 “Ibid”, hlm. 254. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Masyarakat Society Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat society yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri.Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di tingkat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk “aku” me. Menurut pengertian individual ini masyarakat mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri, untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Sumbangan terpenting Mead tentang masyarakat, terletak dalam pemikirannya mengenai pikiran dan diri. Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyaisejumlah pemikiran tentang pranata sosial social institutions. Secara luas, Mead mendefinisikan pranata sebagai “tanggapan bersama dalam komunitas” atau “kebiasaan hidup komunitas”. Secara lebih khusus, ia mengatakan bahwa, keseluruhan tindakan komunitas tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu menurut cara yang sama, berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama dipihak komunitas. Proses ini disebut “pembentukan pranata”. Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama komunitas kedalam diri aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial karena menurut pandangan Mead, aktor tidak mempunyai diri dan belum menjadi anggota komunitas sesungguhnya sehingga mereka digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tidak mampu menanggapi diri mereka sendiri seperti yang dilakukan komunitas yang lebih luas. Untuk berbuat demikian, aktor harus menginternalisasikan sikap bersama komunitas. Namun, Mead dengan hati-hati mengemukakan bahwa pranata tak selalumenghancurkan individualitas atau melumpuhkan kreativitas. Mead mengakui adanya pranata sosial yang “menindas, stereotip, ultrakonservatif” yakni, yang dengan kekakuan, ketidaklenturan, dan ketidakprogesifannya menghancurkan atau melenyapkan individualitas. Menurut Mead, pranata sosial seharusnya hanya menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan individu dalam pengertian yang sangat luas dan umum saja, dan seharusnya menyediakan ruang yang cukup bagi individualitas dan kreativitas. Di sini Mead menunjukkan konsep pranata sosial yang sangat modern, baik sebagai pemaksa individu maupun sebagai yang memungkinkan mereka untuk menjadi individu yang kreatif. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 56

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

1. Subyek Penelitian

Informan dalam penelitian kualitatif berkembang secara terus- menerus dan secara bertujuan purposive sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 34 Selain itu, subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek atau informan ialah seorang yang benar- benar mengetahui serta terlibat dalam subyek penelitian, peneliti memastikan dan memutuskan seorang yang memberikan informasi yang berhubungan dengan penelitian ini serta dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian ini. Subyek penelitian ini adalah Kepala Desa Laban, tokoh masyarakat Islam Dusun Laban Kulon, tokoh masyarakat Hindu Dusun Laban Kulon, warga muslim Dusun Laban Kulon, warga Hindu Dusun Laban Kulon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: 34 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, hlm. 3. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tabel 3.1 Data-data subyek penelitian Nama Informan Jabatan Slamet Efendi Kepala Desa Laban Muhammad Irsyad Tokoh Umat Islam Dusun Laban Kulon Sugiharto Tokoh Umat Hindu Dusun Laban Kulon Supeno Tokoh Umat Hindu Dusun Laban Kulon Dudung Warga Umat Islam Dusun Laban Kulon Nanik Yulianti Warga Umat Islam Dusun Laban Kulon Winda Ariyeni Warga Umat Hindu Dusun Laban Kulon Adapun penjelasan mengenai profil usia, latar belakang, pendidikan, jenis kelamin, pengalaman pekerjaan, jabatan dan alasan dijadikannya sebagai informan kompetensinya untuk subyek penelitian ini diantaranya: 1.1 Informan pertama. Laki-laki kelahiran kota Gresik ini, bernama lengkap Slamet Efendi. Beliau adalah informan pertama dalam penelitian ini, yang mempunyai jabatan sebagai kepala desa Laban. Beliau kini berusia 45 tahun. Beliau merupakan lulusan SMA dan sekarang dalam masa jabatannya sebagai kepala desa Laban. Oleh karena itu, sebagai pemimpin desa beliau memikirkan berbagai strategi dalam menjalin keharmonisan antar masyarakat di desa Laban. Itulah mengapa peneliti memilih bapak Slamet Efendi menjadi informan pertama dalam penelitian ini. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1.2 Informan kedua. Laki-laki kelahiran 21 Maret 1976 ini berasal dari kota Gresik. Beliau bernama Muhammad Irsyad. Beliau berasal dari keluarga yang islamnya cukup kuat. Lulusan SMA dan alumni pondok di Gresik. Beliau sudah menikah dan sekarang dikaruniai satu orang anak perempuan. Pekerjaan beliau adalah servis jam di pasar menganti. Alasan peneliti memilih beliau dikarenakan beliau adalah wakil takmir masjid di dusun Laban Kulon, dan lebih mengetahui sebagai tokoh agama di dusun ini. 1.3 Informan ketiga. Laki-laki yang bernama lengkap Sugiharto ini merupakan informan ketiga dalam penelitian ini, yang berasal dari kota Gresik. Lahir pada tanggal 13 Mei 1962, kini telah berusia 54 tahun. Beliau merupakan lulusan SMA dan sekarang menjadi guru SD sejak 20 tahun yang lalu. Beliau mempunyai dua anak, laki-laki dan perempuan. Beliau juga seorang pemuka agama Hindu di dusun Laban ini, itulah alasan peneliti memilih beliau sebagai informan. 1.4 Informan keempat. Informan keempat bernama Supeno. Beliau kini berusia 54 tahun, lulusan SMA. Peneliti memilih beliau dikarenakan bapak Supeno adalah pinisepuh Pura Jagat Dumadi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1.5 Informan kelima. Laki-laki yang berusia 57 tahun ini bernama lengkap Dudung. Beliau warga islam asli dusun Laban kulon. Beliau mempunyai tiga orang anak. Beliau membuka warung kopi di Dusun laban dan kerap kali diramaikan oleh pembeli yang tidak hanya dari warga Islam saja melainkan dari warga Hindu juga. Peneliti menjadikan beliau informan karena sebagai warga Islam di Dusun Laban kulon ini. 1.6 Informan kelima. Wanita ini bernama lengkap Nanik Yulianti. Beliau lahir pada tanggal 11 Januari 1986. Pekerjaan beliau adalah pembawa acara stasiun radio Sradha FM di desa Laban. Alasan peneliti memilih beliau dikarenakan letak stasiun radio yang tepat berada di dalam halaman pura tempat umat Hindu sembahyang. 1.7 Informan keenam. Wanita muda kelahiran kota Gresik ini, bernama lengkap Winda Ariyeni. Winda adalah seorang mahasiswa semester delapan di UNTAG yang masih berusia 21 tahun. Peneliti menjadikan beliau informan keenam karena sebagai salah satu warga Hindu di dusun Laban kulon.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, obyek penelitiannya adalah aspek keilmuan komunikasi yang menjadi kajian penelitian. Obyek penelitian ini mengenai Dinamika Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Islam dan Hindu di digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dusun Laban Kulon, Desa Laban, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik.

3. Profil Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Dusun Laban Kulon, Desa Laban, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik yang penduduknya menganut berbagai macam agama yakni, Islam, Hindu, dan Kristen. Mayoritas penduduk yang beragama Islam dengan prosentase 65, Hindu 25, Kristen 10. Secara geografis Desa Laban terletak pada posisi 7.8 lintang selatan dan 12.9 bujur timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 3 m di atas permukaan air laut. Desa Laban terletak di wilayah Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Made, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Setro Kecamatan Menganti, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Randegansari, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Lakarsantri Kota Surabaya. Desa laban terdiri dari beberapa dusun diantaranya Dusun Laban Kulon yang menjadi lokasi penelitian. Jarak tempuh Desa Laban ke Ibukota Kecamatan adalah 3 km, yang dapat ditempuh dengan waktu 20 menit. Sedangkan jarak tempuh ke Ibukota Kabupaten adalah 35 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam.