43 tidak mau makan dan berat badan jauh di bawah rata-
rata anak seumurnya. Ada juga kesalahpahaman yang peneliti temukan
yaitu keluarga C dalam penelitian ini menganggap bahwa penyakit TB Paru bukanlah penyakit menular
melainkan penyakit keturunan berdasarkan latar belakang yang dialami keluarga. Hal ini sejalan dengan
penelitian Ottmani dkk. 2008 yang menemukan bahwa stigma dalam masyarakat mengenai penyakit
TB Paru adalah bukan penyakit menular melainkan karena kondisi hidup, sosial ekonomi makanan, faktor
perilaku dan latar belakang keluarga.
1.4.2 Pengetahuan Keluarga Mengenai Penularan Penyakit TB Paru
Hasil wawancara mengenai cara penularan penyakit TB Paru menurut pendapat partisipan
penelitian diperoleh bahwa penularan penyakit TB Paru terjadi melalui udara saat pasien TB Paru batuk,
melalui komunikasi langsung dalam jarak dekat dengan penderita dan melalui dahak penderita yang
dibuang sembarangan sehingga bakteri tuberkulosis
44 dapat menyebar ke udara dan tertiup angin kemudian
terhirup oleh orang lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suharjo
2010 yang mengatakan bahwa penyakit TB Paru ditularkan melalui percikan batuk penderita TB yang
mengandung bakteri TB. Bakteri TB menyebar dengan mudahnya,
satu orang
yang terinfeksi
dapat menularkan kepada 10
– 15 orang lainnya. Daya penularan seorang penderita TB Paru ditentukan oleh
banyaknya bakteri tuberkulosis yang dikeluarkan dari parunya
melalui proses
batuk. Faktor
yang mempengaruhi kemungkinan seorang mengidap TB
Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, gizi buruk, dan sedang menderita penyakit lain HIV dan Diabetes
Melitus. Laban 2008 dalam bukunya juga mengatakan
bahwa pada waktu berbicara, meludah, bersin, ataupun batuk, penderita TB Paru akan mengeluarkan
bakteri TB yang ada di paru-parunya ke udara bebas dalam bentuk percikan. Ini sejalan dengan penelitian
Tewa dkk., 2011 bahwa orang yang terinfeksi dengan TB paru aktif dapat menyebarkan bakteri penyakit
45 melalui batuk, bersin, berbicara, mencium, atau
meludah. Depkes RI 2006 dalam buku pedoman nasional
penanggulangan tuberkulosis menyebutkan bahwa sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif.
Penularan dapat terjadi pada waktu penderita TB Paru batuk atau bersin, sehingga menyebarkan bakteri ke
udara dalam bentuk percikan dahak droplet nuclei. Satu kali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya
penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pula penderita TB Paru tersebut. Faktor yang
memungkinkan seseorang
terpajan bakteri
tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Ditinjau dari hasil penelitian dan teori, maka peneliti menyimpulkan bahwa penularan penyakit TB Paru
46 terjadi melalui percikan dahak droplet nuclei dan
ludah yang
mengandung bakteri
tuberkulosis. Penularan juga terjadi ketika penderita TB Paru batuk
dan berbicara. Droplet nuclei itulah yang mengandung bakteri tuberkulosis. Penderita TB Paru yang dimaksud
adalah penderita TB Paru dengan hasil pemeriksaan BTA positif aktif. Makin tinggi derajat kepositifan
penderita TB Paru, maka makin tinggi pula daya penularannya terhadap orang lain yang dekat dengan
penderita terutama keluarga. Menurut Satyo Agustin 2007, tidak semua
orang yang terinfeksi bakteri bakteri tuberkulosis akan mengidap TB Paru. Setiap orang akan memiliki
kekebalan TB paru jika sejak bayi sudah diberi imunisasi BCG. Penularan TB dapat terjadi di mana
saja. Individu yang memiliki kondisi tubuh yang lemah, kurang gizi, kekurangan protein, kekurangan darah
dan kurang beristirahat akan mudah tertular oleh penyakit TB Paru. Bakteri tuberkulosis menyukai
lingkungan kotor.
Kondisi ini
menyuburkan pertumbuhan bakteri TB. Apalagi jika penderita TB
Paru meludah dan membuang dahak sembarangan
47 dan orang di sekitar penderita belum di imunisasi BCG,
kurang gizi dan hidup di lingkungan yang kumuh. Oleh karena itu, penularan dapat dihindari dengan
menghindari faktor penyebab penularannya sehingga perlu adanya upaya pencegahan terhadap penularan
penyakit TB Paru itu sendiri.
1.4.3 Pengetahuan Keluarga Mengenai Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru