Penyajian Data Analisa Data .1 Reduksi Data

54 Salatiga, SC termasuk pasien TB Paru dalam kategori I dengan BTA +2 dan mendapat Obat Anti Tuberkulosis sejak tanggal 1 Maret 2014. 4.2 Analisa Data 4.2.1 Reduksi Data Peneliti menulis hasil rekaman wawancara ke dalam bentuk verbatim terlampir dan menentukan data yang berfokus pada pokok-pokok penelitian.

4.2.2 Penyajian Data

Penyajian data adalah dalam bentuk pengkodean dan kategorisasi sesuai aspek atau pokok penelitian peneliti.

4.2.2.1 Pengetahuan Keluarga

4.2.2.1.1 Partisipan A PA 1. Penyakit TB Paru Menurut PA penyakit TB Paru itu adalah penyakit yang mengganggu paru-paru dan dapat menular yang ditandai dengan batuk-batuk selama 55 berhari-hari dan terkadang menyebabkan sesak napas. Hal itu juga berdasarkan pengalaman yang dialami suaminya SA. “batuk ya...,yang nampak sekali kan yang jelas batuk .” PA; 3 “mungkin paru-paru ya..”PA; 8 “kadang ya...kayak sesak.”PA; 12 “ya...TB jelas nular.”PA; 14 2. Penularan Penyakit TB Paru Menurut PA penularan penyakit TB Paru terjadi melalui udara pada saat penderita TB Paru batuk. Ketika penderita TB Paru membuang dahaknya, maka bakteri tuberkulosis akan tersebar. Selain itu berkomunikasi langsung dalam jarak dekat dengan penderita TB Paru juga akan mengakibatkan terjadinya penularan terutama bila orang yang dekat dengan penderita TB Paru tidak menutup mulut atau hidung. “pernapasan ya yang jelas. Saat batuk bisa. Lewat kita berhadapan gini aja kan kalau gak nutup, nular.”PA; 16- 17. Serupa: PA; 79 56 3. Pencegahan penularan penyakit TB Paru Menurut PA, cara mencegah terjadinya penularan penyakit TB Paru adalah tidak berkomunikasi langsung dalam jarak dekat dengan penderita dan harus menutup mulut ketika penderita batuk terutama bagi anak-anak. Anak-anak lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan orang dewasa. Selain itu penderita TB Paru tidak boleh membuang dahaknya sembarangan melainkan menggunakan alat seperti plastik. “kalau gak nutup, nular.”PA; 17 “mungkin tidak terlalu dekat dulu ya… PA; 53- 55 “mungkin plastik yang tepat.”PA; 81 Meskipun PA tahu bahwa menutup mulut dan hidung harus dilakukan agar tidak tertular penyakit TB Paru, PA tidak mau membuat jarak atau membatasi diri untuk berkomunikasi dekat dengan SA. Ketika di rumah sakit perawat 57 menyarankan memakai masker akan tetapi PA tidak mau memakai masker. PA lebih mementingkan untuk menjaga perasaan SA bahkan jika SA meminta untuk tidak didekati, PA menolak. Menurut PA sendiri, walaupun semua usaha sudah dilakukan, hanya Tuhanlah yang menentukan nasib setiap orang. PA dan keluarga juga tidak membuat batas untuk harus tidur berpisah dengan SA. “perasaan gak nyampe ya..hati saya itu gak sampe..”PA;89 Pernyataan serupa : PA;87, PA; 103 PA lebih menekankan bahwa kebersihan adalah hal utama yang harus diperhatikan, baik kebersihan diri maupun makanan. Selain menjaga kebersihan PA juga rajin menjemur alat-alat tidur seminggu sekali terutama jika sudah tidak nyaman digunakan dan selalu membuka jendela pada pagi hari. PA juga tetap memperhatikan gizi keluarga 58 dengan mengatur menu makanan sehari-hari. “mungkin saya harus gosok gigi atau gimana ya..berusaha cuci tangan, ganti baju, mandi..yang penting harus bersih.”PA; 92. Serupa : PA; 64 “jendela kalau pagi itu dibuka.” PA; 68 “ kadang seminggu. “PA; 70 “ya ikan...sayur...tahu, tempe, paling ya itu. Ayam..”PA; 48 Peneliti menanyakan pendapat PA mengenai kebiasaan SA yang saat ini masih merokok meskipun masih dalam keadaan sakit. PA berpendapat bahwa kebiasaan merokok suaminya tidak berpengaruh terhadap proses penyembuhannya. PA mengatakan demikian dengan pertimbangan bahwa orang zaman dahulu yang lebih banyak merokok saja tetap hidup sampai usia tua atau boleh dikatakan memiliki umur panjang. “orang zaman dahulu itu malah lebih parah kalau dipikirnya …….Tapi kok dia itu bisa sampe usia segitulah .”PA; 114 59 Upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru lainnya yang dilakukan keluarga adalah dengan imunisasi BCG pada waktu masih kecil dulu. Anak-anak PA juga semuanya sudah diimunisasi BCG. Akan tetapi PA tetap beranggapan bahwa walaupun orang sudah diimunisasi BCG, tetap saja bisa tertular jika bergabung dengan penderita TB Paru. PA; 128 Selain itu, PA juga mengatakan bahwa SA rajin menjalani pengobatannya. PA; 126 Satu hal yang peneliti peroleh dari hasil wawancara kepada PA yaitu menjaga perasaan satu sama lain dalam keluarga adalah hal utama. Keluarga tahu mengenai penyakit TB Paru. Akan tetapi dalam praktiknya, keluarga kurang mengaplikasikan karena keluarga PA memiliki prinsip menjaga perasaan dan pikiran tetap senang. 60 Berdasarkan hasil observasi terhadap lingkungan rumah dalam dua waktu yang berbeda, peneliti mendapati bahwa rumah nampak bersih, terdapat ventilasi dan jendela dengan jenis dinding tembok serta lantai keramik. Hawa di dalam rumah terasa segar dan tidak lembab. Kondisi lingkungan rumah dari PA ini dapat membantu proses pencegahan penularan penyakit TB Paru karena rumah mendapat cukup banyak sinar matahari yang dapat membunuh bakteri tuberkulosis. Jenis lantai keramik juga dapat mencegah tejadinya kelembaban dibandingkan dengan lantai tanah sehingga dapat menekan tingkat kehidupan bakteri tuberkulosis. Selain itu lingkungan rumah juga tidak termasuk padat penduduk. 4.2.2.1.2 Partisipan B PB 1. Penyakit TB Paru Berdasarkan hasil wawancara, PB mengatakan bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit menular yang 61 menyerang organ paru-paru, ditandai dengan batuk-batuk pada malam hari, batuknya mengeluarkan lendir dan disertai darah. PB mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan penyakit TB Paru berdasarkan atas pengalaman yang dilihat pada isterinya SB. “kalau malam itu batuk-batuk, keluar darahnya..”PB; 7. Serupa :PB; 91-92 “ya menular memang.. PB; 62 “paru-parunya itu..”PB;261 2. Penularan Penyakit TB Paru Menurut PB penyakit TB Paru menular menular ke orang lain lewat udara yang mengandung bakteri dari ludah dan dahak penderitanya. Selain itu PB juga memisahkan alat makan dengan penderita TB Paru karena menurut PB alat makan juga dapat menjadi sarana penularannya. “ya…lewat udara..”PB; 62 Serupa: PB; 146-150, PB; 153-155 62 2. Pencegahan penularan penyakit TB Paru Menurut PB, untuk mencegah penularan penyakit TB Paru, orang sehat terutama anak-anak tidak boleh berkomunikasi dekat dengan penderita TB Paru. Orang sehat harus menggunakan masker jika berbicara dekat penderita. “anaknya kalau bicara suruh menjauh..”PB; 67 serupa: PB; 103- 105, PB; 279. “saya suruh pake masker o..”PB; 71 PB juga mengatakan bahwa penderita TB Paru tidak boleh membuang ludah atau dahaknya sembarangan karena mengandung bakteri. Membuang dahak lebih baik menggunakan botol dan dibuang ke WC. “gak boleh……itu katanya bisa menular…”PB; 143 serupa PB; 145-150. “itu…dulu dikasih botol itu..”PB;172 “kalau udah penuh dibuang ke wc..”PB; 178 63 PB juga mengatakan bahwa penderita TB Paru harus tidur terpisah dengan anggota keluarga yang sehat dan tidak menggunakan alat makan secara bersama. Ketika isterinya SB dalam kondisi yang benar-benar sakit, PB dan anaknya tidur terpisah dengan SB selama 1 bulan pertama. Anaknya juga sering ditinggalkan di rumah orang tua PB agar tidak kontak komunikasi dulu dengan SB. “saya taruh tempatnya mbah..”PB; 75 “iya…tidurnya pisah…”PB; 82, 84 “sendiri-sendiri…piringnya itu.. ”PB; 153-155 serupa: PB; 280 PB mengatakan bahwa penderita TB Paru harus rajin berjemur disinar matahari pagi agar badan hangat. PB juga selalu membuka jendela pada pagi hari agar sinar matahari masuk dan menjemur alat tidur sekali dalam seminggu agar bakteri-bakterinya mati. 64 “kalau pagi hari sering disuruh berjemur itu..“PB; 118 “ya..buka jendela..buka pintu,.”PB; 123 “ya sering…ya..satu minggu sekali..”PB; 135-139 Upaya lain yang secara tidak langsung dapat mendukung dan membantu keluarga mencegah penularan penyakit TB Paru adalah sering mengkonsumsi makanan yang cukup gizi. Dengan demikian dapat membantu menjaga daya tahan tubuh dari serangan bakteri penyakit khususnya bakteri tuberkulosis. “itu….ikan, telur, trus itu daun.. sayuran…susu…” PB; 216 Serupa: PB; 224 PB juga merokok di luar ruangan jika ingin merokok, demi menjaga kondisi PB. “ya kalau merokok…saya kan keluar…”PB; 192 PB tidak tahu dirinya sudah diimunisasi BCG atau belum sedangkan anaknya sudah diimunisasi. PB sendiri tidak mengerti tujuan imunisasi BCG. 65 PB; 166-168. SB sebagai penderita TB Paru juga masih aktif dalam menjalanai proses pengobatannya. PB; 182. Berdasarkan hasil observasi terhadap lingkungan rumah yang telah peneliti lakukan dalam dua waktu yang berbeda, ruangan dalam rumah nampak kurang rapi, tertutup rapat, tidak tampak adanya ventilasi, hanya terdapat satu jendela di ruangan tamu dan satu jendela di kamar tidur sehingga hawa dalam rumah terasa sedikit lembab. Jenis dinding rumah adalah papan sedangkan jenis lantainya adalah semen. Lingkungan rumah tidak padat penduduk dan disekitar rumah banyak pepohonan, bersih dan cukup jauh dari jalan raya besarutama sehingga tidak begitu terpapar dengan polusi udara. Kurangnya pencahayaan karena tidak ada ventilasi dan kurang jendela dapat menjadi faktor pendukung bagi hidupnya bakteri tuberkulosis. Akan tetapi walaupun demikian 66 keluarga tetap rajin membuka jendela setiap hari sehingga kemungkinan besar akan dapat membunuh bakteri dengan sinar matahari dengan didukung jenis lantai semen yang tidak menyebabkan kelembaban. 4.2.2.1.3 Partisipan C PC 1. Penyakit TB Paru PC mengatakan bahwa ia tidak banyak tahu mengenai penyakit TB Paru. Meskipun PC pernah mendapatkan informasi dari bidan di daerahnya bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit yang menular, PC tidak mengerti maksud menular, cara penularannya dan juga tidak tahu cara mencegah penularannya. PC mengatakan bahwa bidan tidak memberitahu selebihnya dan tidak menyarankan hal-hal penting mengenai penyakit TB Paru yang diderita suaminya SC. “kata bidan situ ya..menular mbak.”PC; 3 “gak tahu e mbak..heheh tidak begitu tahu hi mbak..”PC; 12 67 PC dan keluarga masih menganggap bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit keturunan karena penyakit TB Paru pernah dialami ibu mertua PC almarhumah. Jadi, dari riwayat penyakit keluarga inilah yang membuat keluarga memiliki anggapan bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit keturunan dan tidak memahami jika penyakit TB Paru dapat menular. “iya mbak. Mbah e dulu pernah. Ibu..tapi udah parah” PC; 14 Meskipun demikian, PC mengetahui bahwa penyakit TB Paru ditandai dengan batuk-batuk secara terus menerus selama berhari-hari. Batuk-batuk terutama sering terjadi pada waktu malam hari sesuai yang dialami SC. Selain batuk-batuk penyakit TB Paru juga ditandai dengan malas makan sehingga berat badan menurun. “sering batuk..kalau malam tidur itu batuk terus…”PC; 19 “malas makan…badannya jadi kurus.”PC; 21 68 2. Penularan Penyakit TB Paru PC tidak memahami bahwa penyakit TB paru dapat menular sehingga tidak mengetahui lebih banyak lagi mengenai cara penularan penyakit TB Paru. 3. Pencegahan penularan penyakit TB Paru Tidak ada upaya khusus dari keluarga PC untuk mencegah penularan penyakit TB Paru karena menganggap penyakit TB Paru bukanlah suatu penyakit menular. Keluarga hanya menerapkan prinsip kesopanan atau tenggang rasa dalam lingkungannya. Menurut PC, jika batuk harus menutup mulut sambil mempraktikkannya demi menjaga tenggang rasa dengan orang lain. “orang desa itu kan punya tenggang rasa itu mbak.”PC; 29-32 serupa: PC; 42-43 PC dan Bapak mertuanya tidak tahu sudah diimuniasi BCG atau belum, sedangkan anaknya sudah diimunisasi BCG. PC juga tidak mengetahui fungsi imunisasi BCG. PC 69 mengatakan bahwa imunisasi untuk anak selalu diingatkan oleh bidan. “Udah…kalau nggak diimunisasi ya..di ingatkan sama bu bidan.”PC; 47 Ketika peneliti bertanya mengenai makanan, PC mengatakan bahwa dalam keluarga mereka lebih menghindari makanan berminyak. Keluarga tidak mengerti alasan harus menghindari makanan berminyak karena hanya mengikuti anjuran dokter. Anjuran menghindari makanan berminyak ini diupayakan untuk semua anggota keluarga. “gak boleh yang berminyak itu.”PC; 72-75 Mengenai kebiasaan membersihkan rumah, membuka jendela pada pagi hari, menjemur alat tidur biasanya sekali dalam seminggu dan tidur terpisah memang sudah menjadi kebiasaan keluarga setiap hari. Sebelum SC sakit juga, PC dan anaknya sudah tidak tidur bersama dengan PC. Hal itu dilakukan karena menurut PC, tidur bersama membuatnya kepanasan. PC juga selalu 70 menjemur alat tidur sekali dalam seminggu sebagai rutinitas. “kalau itu kan udah dari dulu. Kalau pagi saya udah buka semuanya. jam 5 udah buka …dst“PC; 81-90 “bapaknya tidur sendiri.”PC; 115-121, PC;89 Ketika wawancara, suami PC SC masih nampak batuk-batuk dan terbukti juga bahwa ketika batuk, SC menutup mulut dengan tangan akan tetapi hal itu tidak dilakukan oleh anggota keluarga yang di dekatnya. Tindakan ini secara tidak langsung dapat mencegah penularan penyakit TB Paru dari penderita. Selain itu juga SC masih aktif melakukan pengobatan di RSPAW Salatiga. PC; 125 Ketika peneliti bertanya mengenai keadaan kesehatan keluarga selama ini, PC mengatakan bahwa mereka hanya sering sakit biasa seperti batuk. Ketika batuk, mereka memeriksakan diri ke bidan dan dapat sembuh dengan minum obat yang diberikan bidannya. 71 “kadang yo batuk..tapi ke bu bidan gitu aja ud ah sembuh.”PC; 106 Berdasarkan hasil observasi, peneliti memperoleh bahwa hawa dalam rumah tidak terasa lembab, lingkungan rumah tidak padat penduduk, cukup bersih dan terdapat jendela serta ventilasi di setiap ruangan dalam rumah. Jenis dinding rumah adalah papan dan jenis lantainya adalah keramik. Kondisi ini dapat menekan kemampuan hidup bakteri tuberkulosis. Kondisi lingkungan rumah, runagna yang tidak lembab serta pencahayaan yang baik dapat membantu pencegahan penularan penyakit TB Paru dalam kehidupan PC dan keluarga. 72

4.2.2.2 Kategorisasi Analisa Data No

Tema Sub Tema Partisipan A Partisipan B Partisipan C 1 Pengetahuan Keluarga mengenai penyakit TB Paru a. Batuk berhari-hari PA; 3 -4, PA; 10 PB; 7. PB; 91-92 PC; 19 b. Batuk berdarah PB; 7, PB; 91-92 c. Sesak napas PA; 12 d. Menular PA; 14 PB; 62 e. Mengganggu paru-paru PA; 8 PB; 261 f. Nafsu makan menurun PC; 21 g. Tidak tahu jika penyakit TB Paru menular. PC; 12 2 Pengetahuan keluarga mengenai cara penularan penyakit TB Paru a. Lewat udara pada saat penderita TB Paru batuk dan berbicara. PA; 16-17, PA; 79 PB; 62 PB;146-150 b. Melalui pemakaian alat makan bersama PB; 153-155 73 3 Pengetahuan keluarga mengenai upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru a. Tidak berkomunikasi langsung dalam jarak dekat dengan penderita TB Paru terutama bagi anak-anak PA; 53 -55 PB; 67, PB;103-105, PB; 279. b. Mengupayakan penderita TB Paru dan orang sehat untuk menutup mulut dan hidung. PA; 17 PB1; 71 PC; 42-43 c. Mengupayakan penderita TB Paru tidak membuang dahakludah sembarangan tapi menyiapkan alat khusus. PA; 81 PB; 43- 150 d. Mengupayakan membersihkan diri dan mengganti pakaian yang dipakai setelah kontak dengan penderita TB Paru PA; 92 PA; 68 e. Tidak tidur bersama dengan penderita TB Paru PB; 75-84 PC; 115- 121 f. Memisahkan alat makan dengan penderita TB Paru PB; 153-155, PB; 280 g. Mengupayakan untuk menjemur alat tidur penderita PA; 70 PB;135 - 139. PC; 89 h. Mengupayakan penderita TB Paru untuk berjemur pada pagi hari PB; 118 i. Mengupayakan untuk membuka pintu dan jendela pada pagi hari PA; 68 PB; 123 PC; 81-90 74 j. Imunisasi BCG PA; 128 PB;166-168 PC; 47 k. Mengupayakan penderita TB Paru agar rutin kontrol ke rumah sakit. PA; 126 PB; 182 PC; 125 l. Mengupayakan mengkonsumsi makanan yang bergizi PA; 48 PB; 216, PB; 224 36 4.3 Uji Keabsahan Data 4.3.1 Triangulasi Sumber Partisipan A SA

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Keluarga Mengenai Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di RSPAW Salatiga T1 462010064 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Keluarga Mengenai Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di RSPAW Salatiga T1 462010064 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Keluarga Mengenai Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di RSPAW Salatiga T1 462010064 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Keluarga Mengenai Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di RSPAW Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Keluarga Mengenai Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di RSPAW Salatiga

0 4 67

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga Terhadap Pemutusan Rantai Penularan TB Paru di Kecamatan Kao Halmahera Utara T1 462008066 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga Terhadap Pemutusan Rantai Penularan TB Paru di Kecamatan Kao Halmahera Utara T1 462008066 BAB II

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga Terhadap Pemutusan Rantai Penularan TB Paru di Kecamatan Kao Halmahera Utara T1 462008066 BAB IV

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga Terhadap Pemutusan Rantai Penularan TB Paru di Kecamatan Kao Halmahera Utara T1 462008066 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga Terhadap Pemutusan Rantai Penularan TB Paru di Kecamatan Kao Halmahera Utara

0 0 15