BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, diuraikan tentang hasil penelitian serta pembahasana mengenai tindakan perawatan dekubitus oleh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Pirngadi Medan
5.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Maret 2014. Penelitian ini melibatkan 30 tindakan yaitu tindakan yang dilakukan oleh perawat
dalam perawatan dekubitus selama satu bulan. Hasil penelitian ini memaparkan gambaran tindakan perawat dalam
perawatan dekubitus di RSUD dr. Pirngadi Medan yang mencakup persiapan pasien, menjaga kebersihan, menjaga kelembaban, menjaga tekanan, pengkajian
dan komunikasi. 5.1.1 Tindakan Perawatan Dekubitus Oleh Perawat di RSUD dr. Pirngadi
Medan Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang tindakan perawatan
dekubitus oleh perawat didapatkan bahwa tindakan perawat yang tidak mempersiapkan pasien dengan baik sebanyak 23 tindakan 76.7, tindakan
perawat yang tidak menjaga kebersihan sebanyak 30 tindakan 100, tindakan
Universitas Sumatera Utara
perawat yang tidak menjaga kelembaban sebanyak 1 tindakan 3.3, tindakan perawat yang tidak menjaga tekanan dengan baik sebanyak 6 tindakan 20,
tindakan perawat yang tidak melakukan pengkajian sebanyak 30 tindakan 100, tindakan perawat yang tidak melakukan komunikasi 22 tindakan 73.3. Berikut
penjelasan tindakan perawat dalam perawatan dekubitus berdasarkan sub variabel. Tabel 5.1 Tindakan perawatan dekubitus oleh perawat berdasarkan sub variabel
NO Sub Variabel
Frekuensi n
Persentasi
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Persiapan Pasien Baik
Tidak Baik Total
Menjaga Kebersihan Baik
Tidak Baik Total
Menjaga kelembaban Baik
Tidak Baik Total
Menjaga Tekanan Baik
Tidak Baik Total
Pengkajian Baik
Tidak Baik Total
Komunikasi Baik
Tidak Baik Total
7 23
30 30
30 29
1 30
6 24
30 30
30 8
22 3
23.3 76.7
100 100
100 96.7
3.3 100
20 80
100 100
100 26.7
73.3 100
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pembahasan
5.2.1 Tindakan Perawatan Luka Dekubitus Oleh Perawat di RSUD dr. Pirngadi Medan
Penilaian ini dilakukan langsung secara observasi dengan menggunakan standar operasional prosedur. Standar penilaian observasi ini berdasarkan standar
nilai pada skill lab Fakultas Keperawatan USU. Tindakan perawatan luka dekubitus oleh perawat di RSUD dr. Pirngadi
Medan, didapat tindakan yang dilakukan berdasarkan sub variabel pada persiapan pasien 76.7 dilakukan dengan tidak baik. Terlihat bahwa tindakan pada
persiapan pasien masih sangat memprihatinkan. Jika dilihat secara rinci seluruh tindakan dalam memperkenalkan diri kepada
klien, termasuk nama dan jabatan atau peran tidak dilakukan dan lebih dari dua per tiga tindakan dalam menjelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan,
mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama, diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan dalam merencanakan perawatan
atau terapi selanjutnya tidak dilakukan. Jika hal ini dibiarkan akan mempengaruhi tingkat ketidakpercayaan klien terhadap perawat yang mengakibatkan
ketidakpuasan klien terhadap pelayanan kesehatan. Potter Perry 2009 mengatakan tujuan daripada tindakan
memperkenalkan diri yaitu untuk membangun kepercayaan klien dengan perawat.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan lainnya adalah memulai hubungan di mana klien menjadi mitra aktif pada proses penentuan perawatan apa yang akan dipilih
Melakukan sesuatu bagi pasien tanpa pemberitahuan sebelumnya atau melakukan sesuatu tanpa memberi informasi yang penting diketahui pasien dalam
menentukan suatu pilihan merupakan tindakan yang tidak memperhatikan prinsip otonomi Purba Endang, 2009. Kewajiban perawat salah satunya wajib
memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasienklien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya
Ismani, 2001 Tindakan perawatan dekubitus di RSUD dr. Pirngadi Medan untuk menjaga
kebersihan seluruhnya tidak dilakukan dengan baik. Terlihat pada lampiran 4 bahwa seluruh tindakan dalam melakukan cuci tangan sebelum melakukan
perawatan, mencuci tangan setelah melakukan perawatan dan menggunakan sarung tangan steril tidak dilakukan dengan baik.
Mencuci tangan merupakan hal yang penting pada setiap lingkungan tempat klien di rawat, termasuk rumah sakit. Mencuci tangan adalah tindakan
yang paling efektif untuk mengontrol infeksi nosokomial infeksi yang berasal dari rumah sakit dan di definisikan sebagai “menggosok seluruh permukaan
kedua tangan yang bersabunberbusa dengan kuat secara bersamaan” Garner Favero dalam Kozier Erb 2009.
Universitas Sumatera Utara
Hasil observasi peneliti tidak sejalan dengan penelitian Sri Wulandari 2010, tindakan dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan yang
dilakukan oleh perawat memiliki frekuensi yang cukup besar yaitu 77.1 dan yang tidak mencuci tangan ketika beralih dari satu klien ke klien berikutnya
85.7. Cara mencuci tangan pun tidak sesuai dengan panduan prosedur pada buku Potter Perry 2010, dimana perawat hanya membasahi tangan kemudian
tidak mengeringkan tangan pada handuk steril tetapi pada pakaian dinasnya. Cara penggunaan sarung tangan steril tidak sesuai dengan panduan prosedur
dalam menggunakan sarung tangan steril. Tindakan dalam menggunakan sarung tangan yang dilakukan oleh perawat yaitu satu sarung tangan untuk seluruh klien
yang ada di ruangan, dari satu klien ke klien lainnya. Hal ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
biasanya disebut infeksi didapat dari pelayanan kesehatan atau nosokomial, yaitu infeksi yang dihasilkan dari penyampaian pelayanan pada suatu sarana pelayanan
kesehatan Potter Perry, 2010. Perry, Peterson dan Potter 2005 juga mengatakan rasionalnya mencuci
tangan sebelum dan sesudah perawatan dan penggunaan sarung tangan steril yaitu untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah pemajanan tidak
disengaja pada cairan tubuh. Menurut Kozier Erb 2009, bahwa mencuci tangan harus dilakukan
sebelum prosedur invasif, merawat klien yang rentan, merawat luka, menyediakan makanan. Mencuci tangan setelah merawat luka, menangani benda yang
Universitas Sumatera Utara
terkontaminasi seperti pispot atau linen yang basah, merawat klien yang terinfeksi dan melepaskan sarung tangan. Mencuci tangan juga harus dilakukan antara
merawat klien. Peneliti juga menemukan bahwa salah satu kepala ruang membatasi
perawatnya dalam menggunakan banyak sarung tangan. Tindakan ini tidak sesuai dengan peran manajer terhadap penjaminan kualitas rumah sakit. Pengalaman
telah menunjukkan bahwa bila aktivitas penjaminan kualitas tidak mendapatkan respon dari manajer, motivasi akan terhenti dan menjadi negatif, sehingga pada
akhirnya penjaminan kualitas akan dipandang sebagai sesuatu yang hanya membuang waktu saja Marr Giebing, 2001.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti di RSUD dr. Pirngadi Medan, menunjukkan bahwa mayoritas tindakan menjaga kelembaban oleh perawat telah
dilakukan. Lingkungan penyembuhan luka yang lembab merupakan hal yang paling penting untuk penyembuhan luka karena lingkungan lembab
mempengaruhi kecepatan epitelialisasi dan pembentukan jumlah skar. Lingkungan penyembuhan luka yang lembab memberi kondisi optimum untuk
mempercepat proses penyembuhan. Potter Perry, 2006. Tindakan
dalam mempertahankan
kelembaban pada dekubitus klien oleh perawat telah dilakukan, tetapi penggunaan balutannya yaitu hanya menggunakan
kassa. Kassa yang digunakan pun bukan merupakan kassa steril. Penggunaan kassa terutama non steril dapat memperlambat penyembuhan. Penggunaan kassa
tidak dapat menginfasi bakteri sehingga tidak dapat mengontrol infeksi.
Universitas Sumatera Utara
Menggunakan kassa mengharuskan perawat mengganti balutan setiap hari, sehingga membuat dekubitus dapat terpapar udara luar yang mempengaruhi
peningkatan jumlah bakteri pada dekubitus. Balutan luka merupakan komponen utama dalam perawatan dekubitus. Pemilihan balutan luka harus berdasarkan
jaringan yang ada pada dekubitus dan kondisi kulit disekitar dekubitus NPUAP, 2009.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di RSUD dr. Pirngadi Medan, didapat mayoritas tindakan perawat dalam menjaga tekanan pada
pasien tidak dilakukan. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan untuk membalik pasien minimal setiap 2 jam sekali, dimana penekanan pada
dekubitus yang telah ada harus dihindari. Jadwal mengubah posisi dan membalik tubuh secara teratur harus diikuti
dengan meminimalkan tekanan dan mencegah kerusakan kulit. Jadwal membalik tubuh sedikitnya setiap 2 jam harus ditaati. Ketika pasien diposisikan atau
dibalik, harus hati-hati untuk meminimalkan gesekan dan friksi yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan mencetuskan kerusakan kulit pasien
Smeltzer Bare, 2002. Peneliti menemukan alasan salah satu perawat untuk tidak membalik klien
minimal 2 jam sekali karena keterbatasan waktu. Kurangnya waktu dengan jumlah pekerjaan yang harus mereka lakukan menjadi alasan. Menurut peneliti
kurangnya waktu bukan merupakan suatu alasan, perawat dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan kepada keluarga klien untuk melakukan miring kanan dan miring kiri minimal 2 jam sekali.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan bahwa seluruh tindakan dalam melakukan pengkajian terhadap dekubitus klien oleh perawat
tidak dilakukan. Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini
dan waktu sebelumnya, serta menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya Potter Perry, 2009. Peralatan yang kurang juga menjadi alasan
tidak dilakukannya pengkajian pada dekubitus. Mengukur kedalaman luka dengan menggunakan lidi kapas steril ataupun alat lain yang memungkinkan
pengukuran kedalaman luka Potter Perry, 2006. Pengkajian juga bukan hanya mengukur kedalaman dekubitus, diameter
dekubitus tetapi juga mengkaji kondisi kulit yang juga tidak dilakukan oleh perawat. Mengkaji kondisi kulit dapat menunjukkan kerusakan jaringan yang
progresif, ukuran objektif pada luka menentukan jenis balutan yang dipilih. Mengukur kedalaman merupakan ukuran penting untuk menetukan tahapan
dekubitus. Pengkajian dekubitus kulit dan sekitarnya, catat dan dokumentasi warna dan keadaan kulit di sekitar luka, mengukur diameter dekubitus dengan
penggaris atau film transparanPotter Perry, 2006. Hasil observasi tindakan perawat dalam perawatan dekubitus di RSUD dr.
Pirngadi Medan pada sub variabel komunikasi di dapatkan lebih dari dua per tiga tidakan perawat dalam melakukan komunikasi tidak dilakukan. Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Kemampuan komunikasi yang baik akan memelihara hubungan efektif dalam seluruh lingkungan praktik
professional dan juga membantu memenuhi standar pelayanan secara legal, etik dan klinis Potter Perry, 2009.
Secara lebih rinci dapat terlihat pada lampiran empat, bahwa seluruh tindakan perawat dalam melakukan evaluasi tidak dilakukan , lebih dari dua per
tiga tindakan perawat dalam melakukan ucapan terimakasih pada klien tidak dilakukan. Pada pendokumentasian mayoritas perawat telah melakukan
dokumentasi. Tindakan komunikasi pada evaluasi belum dilakukan dengan baik di RSUD
dr. Pirngadi Medan. Komunikasi tersebut sesungguhnya dapat membantu perawat untuk menentukan strategi dan intervensi yang telah berhasil dan perubahan apa
yang telah dicapai klien sebagai akibat intervensi. Komunikasi untuk mengakhiri pertemuan terhadap klien tidak dilakukan
lebih dari dua per tiga perawat. Hal ini menunjukkan kurangnya soft skill perawat. secara harafiah, soft skill dapat didefinisikan sebagai perilaku personal
dan interpersonal karakter positif yang dapat mengembangkan dan meningkatkan unjuk kerja. Salah satu soft skill yang berkaitan dengan tindakan
komunikasi ini adalah menghormati klien Nursalam Efendi, 2009. Komunikasi lainnya adalah dalam melakukan dokumentasi. Dokumentasi
adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi keperawatan
Universitas Sumatera Utara
dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antartim kesehatan lainnya dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan keperawatan
Nursalam, 2011. Tindakan perawat dalam mendokumentasi tidak dilakukan 3.3. Padahal
pendokumentasian itu sendiri memiliki peran yang sangat berarti bagi perawat, yaitu sebagai alat komunikasi dan sumber data pasien yang menjadi tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat. Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan
terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien Khler
dalam Mazly, 2010. Mendokumentasikan status dekubitus dan pengobatan yang spesifik.
Mencatat keadaan luka dalam catatan keperawatan. Menjelaskan jenis obat topikal dan balutan yang digunakan dan catat respon klien. Dokumentasi respon klien
berguna sebagai evaluasi pengobatan Potter Perry, 2006.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI