dengan tekanan yang akhirnya melebar ke epidermis Maklebust, 1995 dalam Potter Perry, 2006.
Pembentukan luka dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang terjadi saat menaikkan posisi klien di atas tempat tidur. Area sacral dan
tumit merupaka area yang paling rentan. Efek tekanan juga dapat ditingkatkan oleh distribusi berat badan yang tidak merata. Seseorang mendapatkan tekanan
konstan pada tubuh dari permukaan tempatya berada karena adanya gravitasi. Jika tekanan tidak terdistribusi secara merata pada tubuh maka gradient tekanan
jaringan yang mendapatkan tekanan akan meningkat dan metabolism sel kulit di titik tekanan mengalami gangguan.
2.2.6 Klasifikasi Dekubitus Tahap atau Warna
Salah satu yang paling dini untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah dengan menggunakan sistem nilai atau tahapan. Sistem ini pertama kali
dikemukakan oleh Shea 1975 dalam Potter Perry, 2006 sebagai suatu cara untuk memperoleh metode jelas dan konsisten untuk menggambarkan dan
mengklasifikasikan dekubitus. Sistem tahapan dekubitus berdasarkan gambaran kedalaman jaringan yang rusak. Ulkus yang tertutup dengan jaringan nekrotik
sebut seperti eschar tidak dapat dimasukkan dalam tahapan hingga jaringan tersebut dibuang dan kedalaman dekubitus dapat diobservasi.
Ada beberapa sistem tahapan yang berbeda digunakan klinik AHCPR, 1994 dalam Potter Perry, 2006. Penting untuk dicatat setiap sistem tahapan ini
menggunakan definisi yang berbeda. Oleh karena itu dekubitus yang sama dapat
Universitas Sumatera Utara
mempunyai nomor tahapan yang berbeda, tergantung sistem tahapan yang digunakan.
Tahapan dibawah ini berasal dari NPUAP 1992 dan tahapan ini juga digunakan dalam Pedoman Pengobatan AHCPR 1994. Pada konfrensi
konsensus NPUAP 1995 mengubah definisi untuk tahap I yang memperlihatkan karakterisktik pengkajian pasien berkulit gelap. Berbagai indikator selain warna
kulit, seperti suhu, adanya pori-pori “kulit jeruk”, kekakuan atau ketegangan, kekerasan dan data laboratorium dapat membantu mengkaji pasien berkulit gelap
Maklebust Sieggreen, 1991 dalam Potter Perry, 2006. Saat mengkaji klien berkulit gelap, memerlukan pencahayaan yang sesuai
untuk mengkaji kulit secara akurat. Dianjurkan berupa cahaya alam atau halogen. Hal ini mencegah muncul warna biru yang dihasilkan dari sumber lampu pijar
pada kulit berpigmen gelap, yang dapat mengganggu pengkajian yang akurat Bennet, 1995 dalam Potter Perry, 2006.
Berikut karakteristik klinis dekubitus dari derajat I sampai derajat IV Potter Perry, 2006:
I. Eritema tidak pucat pada kulit utuh, lesi ulkus kulit yang diperbesar. Kulit
tidak berwarna, hangat, atau keras juga dapat menjadi indikator. II.
Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis danatau dermis. Ulkus superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet atau lubang
yang dangkal. III.
Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan yang rusak atau nekrotik yang mungkin akan melebar ke bawah, tapi tidak melampaui
Universitas Sumatera Utara
fascia yang berada di bawahnya. Ulkus secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
IV. Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destruksi ekstensif, nekrosis
jaringan; atau kerusakan otot, tulang atau struktur penyangga misal. Tendon, kapsul sendi dll.
Dekubitus tidak berkembang dari derajat I sampai ke derajat IV NPUAP, 1995. Maklebust 1995 peringatan klinik untuk diingat walaupun sistem
tahapan menggunakan urutan nomor untuk menggambarkan dekubitus, tetapi tidak berarti ada perkembangan tingkat keparahan dekubitus Potter Perry,
2006. Luka nekrotik diklasifikasikan dengan luka hitam, disertai dengan eksudat
dan debris berserat kuning, dan luka pada fase penyembuhan aktif dan bersih disertai dengan granulasi berwarna merah muda hingga merah dan jaringan epitel
diklasifikasikan dengan luka merah. Luka dapat memiliki warna yang bercampur, contohnya 25 kuning dan 75 merah Potter Perry, 2006.
2.2.7 Pengkajian Dekubitus