Perhitungan Daya Dan Putaran Pada Masing-Masing Poros

Tingkatan keempat : Bila tuas penekan ditekan lagi kedepan maka akan terkait roda gigi 7 dengan roda gigi 8 melalui shift drum, ini akibat dorongan roda gigi 5 dan 6 yang bergerak kekanan dari sket.

BAB II PERENCANAAN POROS DAN SPLINE

Poros adalah salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran secara bersamaan. Poros yang berfungsi dalam transmisi ini dapat diklasifikasikan menurut pembebanannya adalah sebagai berikut: 1. Poros transmisi, poros yang mengalami beban puntir murni atau puntir dan lentur. 2. Spindel, poros transmisi yang relatif pendek dan beban utamanya berupa puntiran. 3. Gandar, poros yang hanya menerima beban lentur saja, dipakai antara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat beban puntir.

2.1 Perhitungan Daya Dan Putaran Pada Masing-Masing Poros

Penerusan daya melalui poros dan roda gigi tidak selalu menghasilkan nilai yang tetap karena terjadi penghilangan daya sewaktu terjadinya kontak antara pasangan roda gigi, yang mana energi mekanik yang dimiliki oleh roda gigi penggerak berubah menjadi panas karena tumbukan dengan roda gigi yang digerakkan pada saat tenjadi kontak dan energi panas ini tidak dibutuhkan dalam system transmisi putaran. Oleh karena itu dalam perencanaan poros ini digunakan suatu faktor yang menunjukkan jumlah daya yang dapat diteruskan dalam transmisi putaran yaitu efisiensi transmisi η. Harga dari efisiensi ini adalah lebih kecil dari satu η 1 atau tidak pernah mencapai nilai 100. Dalam perencanaan poros kendaraan Suzuki shogun R yang berdaya 9,8 Hp dan berputaran 9000 rpm ini, efisiensi penerusan daya direncanakan sebesar 0,98 atau 98. Dengan diketahuinya efisiensi transmisi ini maka daya tiap poros dapat dihitung yaitu sebagai berikut:  Daya poros I penggerak utama = 9,8 Hp x 0.735 kW = 7,203 kW  Daya poros II poros transisi = 7,203 kW x 0,98 = 7,059 kW  Daya poros III poros output = 7,059 kW x 0,98 = 6,918 kW Putaran yang ditransmisikan melalui roda gigi dari satu poros keporos lainnya mengalami perubahan dari segi jumlah putarannya, hal ini dikarenakan perbandingan transmisi tidak selalu sama dengan satu i ≠ 1, sehingga putarannya bisa lebih kecil i 1 ataupun lebih besar i 1 dari semula. Hubungan antara jumlah putaran dengan i adalah sebagai berikut: 1 2 1 2 1 z z i i n n u     Dengan mempergunakan persamaan di atas dan diketahuinya perbandingan transmisi tiap pasangan roda gigi, maka putaran tiap poros dapat kita hitung. Perbandingan transmisi tiap pasangan roda gigi dalam gear box kenderaan Suzuki tipe shogun R dapat di lihat dalam Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Perbandingan transmisi tiap tahapan Tahapan Perbandingan transmisi Reduksi awal 3,8 Kecepatan pertamarendah 3 Kecepatan kedua 1,875 Kecepatan ketiga 1,368 Kecepatan keempattop 1,052 Sumber: Distributor Suzuki, Peunayong Berdasarkan data tersebut, maka kita dapat menentukan putaran tiap-tiap poros yaitu: 1. Putaran poros kedua, yang merupakan reduksi awal dari poros penggerak utama yang mempunyai putaran sebesar 9000 rpm. 2354 17 , 2354 823 , 3 9000 1 1 2 1 2       i n n i n n rpm 2. Putaran poros output, untuk poros ini tingkatan putaran yang dialaminya tergantung dari tingkatan kecepatan, maka untuk tingkatan kecepatan: a. Pertama 785 67 , 784 3 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm b. Kedua 1255 47 , 1255 875 , 1 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm c. Ketiga 1721 76 , 1720 368 , 1 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm d. Top 2238 64 , 2237 052 , 1 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm Demikianlah perhitungan daya dan putaran tiap-tiap poros yang mana data ini akan dipergunakan dalam tahapan perhitungan berikutnya.

2.2 Perhitungan Poros Penggerak UtamaInput Dan Pasak