Perhitungan Poros Penggerak UtamaInput Dan Pasak

a. Pertama 785 67 , 784 3 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm b. Kedua 1255 47 , 1255 875 , 1 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm c. Ketiga 1721 76 , 1720 368 , 1 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm d. Top 2238 64 , 2237 052 , 1 2354 1 2 3 2 3       i n n i n n rpm Demikianlah perhitungan daya dan putaran tiap-tiap poros yang mana data ini akan dipergunakan dalam tahapan perhitungan berikutnya.

2.2 Perhitungan Poros Penggerak UtamaInput Dan Pasak

Poros penggerak utama yang berputar akibat gerakan bolak-balik piston dihubungkan dengan kopling yang bergigi pada diameter terluarnya. Poros ini berputar dengan daya 7,203 kW dan putarannya sebesar 9000 rpm, beban utama poros ini berupa beban puntir, pada ujung poros ini terdapat sebuah kopling yang memberikan beban lentur terhadap poros, namun beban lentur ini dapat diabaikan karena terlalu kecil dibandingkan beban puntir, walaupun demikian demi keamanan dalam pemakaian pengaruh beban lentur ini dimasukkan dalam faktor Cb yang harganya antara 1,2 –2,3. Variasi daya akan dialami oleh poros ini, daya yang besar diperlukan pada saat mendaki dan perubahan tingkatan kecepatan, namun daya normal diperlukan setelah perubahan kecepatan dan pada jalan datar, oleh karena itu daya yang digunakan untuk perhitungan ini adalah daya rata-rata dengan faktor koreksinya f c adalah 1,3 Tabel 2.2 sehingga daya rencana dari poros adalah: 36 , 9 203 , 7 3 , 1      P f P c d kW Tabel 2.2 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan,f c Daya yang akan ditransmisikan f c Daya rata-rata yang diperlukan Daya maksimum yang diperlukan Daya normal 1,2 – 2,0 0,8 – 1,2 1,0 – 1,5 Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 7 Momen puntir T yang dialami oleh poros dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:    s rotasi n kgmm p 10 74 , 9 kW 102 60 2 1000 d 5 s T n T p d      kgmm 3 , 1013 s rotasi 900 s kgmm 36 , 9 10 74 , 9 10 74 , 9 5 1 5       n P T d Dalam perencanaan ini bahan yang dipilih untuk poros adalah batang baja yang ditarik dingin dengan lambangnya S35C-D Tabel 2.3 yang tegangan tariknya σ B sebesar 53 kgmm 2 dan faktor keamanan Sf 1 bahan berlambang S-C adalah 6,0. Pemilihan material ini sebagai bahan poros dikarenakan batang baja ini telah ditarik dingin sehingga permukaan poros yang beralur pasak menjadi lebih keras dan kekuatannya bertambah besar. Di samping beralur pasak poros ini juga dibuat bertangga dengan diameter lebih besar pada tempat dipasangnya bantalan, hal ini bertujuan untuk menyesuaikannya dengan diameter dalam dari bantalan. Tabel 2.3 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang ditarik dingin untuk poros Standar dan macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarikkgmm 2 Keterangan Baja karbon konstruksi mesin JIS G 4501 S30C S35C S40C S45C S50C S55C Penormalan “ “ “ “ “ 48 52 55 58 62 66 Batang baja yang difinis dingin S35C-D S45C-D S55C-D - - - 53 60 72 Ditarik dingin, digerinda, dibubut, atau gabungan antara hal-hal tersebut Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 3 Pengaruh-pengaruh ini dimasukkan dalam perhitungan yang dinyatakan dengan Sf 2 yang harganya 1,3 sampai 3,0. Pada perencanaan ini faktor Sf 2 diambil sebesar 2,5, dari data-data diatas dapat ditentukan tegangan geser yang diizinkan τ a untuk poros yaitu: 35 , 3 5 , 2 6 53 2 1 a      Sf Sf B   kgmm 2 mm 15 mm 88 , 14 3 , 1013 5 , 1 5 , 1 35 , 3 1 , 5 1 , 5 3 1 3 1                    T C K d b t a s  Pembebanan yang akan dialami oleh poros dikenakan dengan sedikit kejutan pada waktu star dan pada waktu pemindahan tingkatan kecepatan, oleh karena itu faktor momen puntir K t diambil sebesar 1,5 Tabel 2.4, sementara itu faktor beban lentur C b diambil sebesar 1,5. Semua faktor ini akan digunakan dalam perhitungan diameter poros dengan memakai persamaan berikut: Tabel 2.4 Faktor Momen Puntir Cara pembebanan K t Beban dikenakan secara halus Terjadi sedikit kejutan Beban dikenakan dengan kejutan dan tumbukan besar 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 3,0 Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 8 Diameter poros harus dipilih dari Tabel 2.5, berdasarkan tabel tersebut diameter 15 mm hanya digunakan pada tempat bantalan dipasang, oleh karena itu diameter poros dipilih sebesar 16 mm. Tabel 2.5 Diameter Poros 4 4,5 5 5,6 6 6,3 7 7,1 8 9 10 11 11,2 12 12,5 14 15 16 17 18 19 20 22 22,4 24 25 28 30 31,5 32 35 35,5 38 40 42 45 48 50 55 56 60 63 65 70 71 75 80 85 90 95 100 105 110 112 120 125 130 140 150 160 170 180 190 200 220 224 240 250 260 280 300 315 320 340 355 360 380 400 420 440 450 460 480 500 530 560 600 630 Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1987, hal 9 Keterangan : atau 835 , 2 26 , 1 5 , 1 5 , 1 15 , 3 8 , 2 5 , 2 53 , 3 2 2         t b a t b a K C Sf K C atau Sf           26 , 1 16 3 , 1013 1 , 5 1 , 5 3 3     s d T  1. Tanda menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar 2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan gelinding Menurut Sularso Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, 1987, Berdasarkan diameter poros dapat ditentukan alur pasak pada poros dengan melihat tabel ukuran pasak yang telah distandarkan dan juga dapat ditentukan diameter poros tempat dipasangnya bantalan. Alur pasak 5 x 3 x filet 0,25 Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin, 1987, hal 10 Diameter dalam bantalan adalah = 17 mm jari-jari filet = 17 – 162 = 0,5 mm Kosentrasi tegangan pada poros bertangga adalah 0,516 = 0,03; 1716 = 1,06, β = 1,4 Kosentrasi tegangan pada alur pasak 0,2516 = 0,015, α =2,8 α β Tegangan geser yang terjadi pada poros adalah : kgmm 2 Pemeriksaan keamanan poros yang telah dihitung dapat dilakukan dengan membandingkan tegangan geser yang diizinkan yang dikoreksi dengan tegangan geser yang dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan C b dan K t . Sebuah poros aman digunakan apabila tegangan geser yang diizinkan yang dikoreksi lebih besar dari tegangan geser yang dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor C b dan K t . Berdasarkan perbandingan diatas maka poros yang telah dihitung adalah aman dan layak untuk digunakan. Penerusan daya dari poros utama keporos transisi dilakukan oleh kopling yang bergigi pada diameter luarnya, penerusan daya tidak akan terjadi apabila tidak ada pengikat antara poros dan kopling, maka digunakanlah pasak untuk melakukan fungsi tersebut. Data-data untuk menghitung pasak dapat diperoleh dari perhitungan poros, data tersebut adalah d s dan T, maka gaya tangensial F pada permukaan poros adalah: kg Berdasarkan tabel alur pasak standar, maka dimensi dari pasak adalah: Penampang pasak 5 x 5 Kedalaman alur pasak pada poros t 1 = 3,0 mm Kedalaman alur pasak pada naf t 2 = 2,3 mm Bahan pasak yang dipilih adalah batang baja S45C-D dengan tegangan tariknya σ B adalah 60 kgm 2 dengan faktor keamanan Sf k1 adalah 6 dan Sf k2 dipilih sebesar 2 karena beban dikenakan dengan sedikit kejutan. Untuk menghindari kerusakan permukaan samping pasak, maka perlu dihitung tegangan geser yang dizinkan τ ka dengan menggunakan persamaan berikut: 5 2 6 60 1 2      k k B ka Sf Sf   kgmm 2 Gaya yang bekerja pada sisi samping pasak akan menimbulkan tekanan terhadap pasak yang besarnya adalah :   2 1 t atau t l F p   Namun tekanan permukaan ini mempunyai batas tertentu yang dinamakan dengan tekanan permukaan yang dizinkan p a yang harganya adalah 8 kgmm 2 untuk poros diameter kecil dan 10 kgmm 2 untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga diatas untuk poros berputaran tinggi. Untuk poros yang direncanakan ini harus dipilih sebesar 4 kgmm 2 karena poros berdiameter kecil dan 66 , 126 2 16 3 , 1013 2    s d T F berputaran tinggi. Panjang pasak yang diperlukan dapat dihitung dari tegangan geser yang diizinkan yaitu: mm 06 , 5 5 5 6 , 126 1 1         l l bl F k ka k    Panjang pasak juga dapat ditentukan dari tekanan permukaan yang diizinkan mm 08 , 11 4 3 , 2 6 , 126 2 2      l l P Dari kedua panjang yang didapat dari perhitungan, maka yang diambil adalah yang lebih besar yaitu 11,08 mm, namun panjang dari pasak telah distandarkan dalam tabel ukuran pasak, dari tabel tersebut kita bisa memilih nilai yang mendekati dengan nilai yang didapat dari perhitungan yaitu 14 mm. Untuk mengetahui keamanan dari perhitungan pasak ini maka beberapa syarat keamanan harus dipenuhi oleh pasak ini, syarat tersebut adalah: 0,25 bd s 0,35 0,75 l k d s 1,5 3125 , 16 5   s d b 0,25 0,3125 0,35 875 , 16 14   s k d l 0,75 0,875 1,5 Berdasarkan syarat diatas, maka pasak yang telah dihitung adalah aman dan baik untuk digunakan.

2.3 Perhitungan Poros Kedua Dan Spline