1
DIBALIK PAKET KEBIJAKAN BANK INDONESIA 16 JUNI 2010
1
Melalui paket kebijakan 16 Juni 2010 Bank Indonesia BI mengambil langkah‐langkah untuk
memperdalam pasar keuangan yaitu dengan menyediakan instrument pasar yang lebih beragam dan
mendorong perbankan lebih banyak bertransaksi di pasar sekunder demand creation. Di pihak lain,
profil jatuh waktu maturity profile transaksi perbankan dengan BI diutamakan ke tenor yang lebih
panjang guna menyerap kelebihan likuiditas yang tidak diperlukan. Dengan langkah‐langkah kebijakan
tsb diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, menjaga kesinambungan stabilitas
makro, sekaligus memperkuat momentum pemulihan ekonomi. Artikel ini ingin memberikan
pemahaman yang menyeluruh baik aspek substansi dan teknis dari paket kebijakan tsb
.
1. Mengapa
BI menerbitkan “Paket Kebijakan 16 Juni 2010” ?
Dari pengalaman krisis ke krisis 1998‐2005‐2008 telah menempa Pemerintah dan Bank Indonesia
untuk terus semakin memperkokoh fondasi fundamental makroekonomi, terutama melalui
pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter yang konsisten dan berhati‐hati prudent. Dengan
pengelolaan kebijakan makro seperti itu, ekonomi Indonesia dapat melewati badai krisis global
20082009 relatif lebih baik dari negara lain. Selama krisis 2009, terbukti hanya tiga negara di Asia
yang terhindar dari kontraksi ekonomi, yakni China, India, dan Indonesia.
Dengan pengelolaan kebijakan makro yang konsisten dan prudent, kepercayaan internasional pun
terus membaik. Peringkat kredit sovereign credit rating Indonesia perlahan tapi pasti terus
meningkat mendekati zona investment grade Grafik 1. Dalam satu atau dua tahun ke depan,
Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam zona ‘investment grade’ tsb. Credit Default Swap CDS
Indonesia saat ini beraada pada level terendahnya, menunjukkan tingginya kepercayaan pasar
terhadap perekonomian Indonesia ke depan Grafik 2
Grafik 1: Sovereign Credit Rating Indonesia Fitch
Grafik 1: Credit Default Swap CDS Indonesia
1
Pertanyaan terhadap artikel ini dapat ditujukan ke nanangbi.go.id
Nanang Hendarsah, Senior Economist Direktorat
Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter atau ramdan_denibi.go.id
Ramdan Denny Prakoso, Senior Economist,
Direktorat Pengelolaan Moneter
BBB ‐
BB+ BB
BB ‐
B+ B
B ‐
Outlook Positif
23 ‐Des‐97
8 ‐Jan‐98
21 ‐Jan‐98
16 ‐Mar‐98
1 ‐Aug‐02
20 ‐Nov‐03
27 ‐Jan‐05
14 ‐Feb‐08
25 ‐Jan‐10
100 300
500 700
900 1100
1300
9,000 9,500
10,000 10,500
11,000 11,500
12,000 12,500
Jan ‐08 Jun‐08 Nov‐08 Apr‐09 Sep‐09 Feb‐10
IDRUSD
S
IDRUS Risk
Worsen IDR
Depreciates CDS
Spread
2 Berbagai
pencapaian positif tsb semakin memperkuat optimisme, prospek ekonomi Indonesia akan terus
membaik. Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan terus meningkat disertai dengan inflasi yang rendah
dan stabil. Namun
demikian, tidak sedikit tantangan yang perlu diatasi. Pemulihan ekonomi dan pasar keuangan global
masih dihadapkan pada berbagai ketidakpastian. Misalnya, krisis fiskal yang membelit beberapa
negara Eropa masih menjadi potensi risiko downside risk yang dapat mengancam pemulihan
ekonomi global dan memicu kembalinya gejolak di pasar keuangan. Sementara
itu, keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan terus meningkat, belum ditopang
oleh struktur mikro pasar keuangan yang dalam dan likuid. Bahkan, pasar keuangan masih mengalami
kelebihan likuiditas karena tidak mengalir optimal ke sektor riil. Untuk menjaga stabilitas moneter,
BI pun harus menjaga keseimbangan jumlah likuiditas di pasar keuangan agar sesuai dengan
kemampuan ekonomi untuk menyerapnya. BI melakukan penyerapan kelebihan likuiditas tsb terutama
melalui penerbitan Sertifikat Bank Indonesia SBI. Diagram
1. Lalu Lintas Modal Portfolio Global : Push and Pull Factors
Diagram 2 : Monetary Policy, Depth of Financial
Market, and Short Term Capital Flows.
Diagram
3 : Capital Inflow and the Complicated Monetary
Policy
Global Liquidity Expansion
Post ‐Crisis
Advanced Economy
• Low
Interest Rate •
Unsustainable Debt
• Tightening
Lending Standard
Stronger Growth
Outlook Higher
Interest Rate
Expected Currency
Appreciation
Rising Asset
Valuation Return
GLOBAL :
PUSH FACTORS
EMERGING MARKET EM :
PULL FACTORS
Risk of Asset
Bubble Strong
Currency Appreciation
Risk of Sudden
Large Reversal
More Complex
Macroeconomic Management
MAJOR CONSEQUENCES
Vulnerable Financial
System
Short Term
Capital Flows
Monetary Policy
Shallow Financial
Market
Exchange Rate
Volatility Economic
Growth Inflation
?
Accommodate a
Stronger Currency ?
Short Term Capital
Inflows Policy
Mix
International Reserve
? External
Balance? Open
Market Operation
? Sterilized
Intervention?
Negative Spread ?
3 Di
tengah melimpahnya likuiditas global sebagai implikasi kebijakan quantitative easing di negara maju
selama krisis, terus membaiknya kepercayaan internasional, serta lebarnya selisih suku bunga dalam
dan luar negeri Grafik 3, mendorong arus masuk modal ke pasar keuangan domestik, termasuk
ke SBI. Preferensi penempatan investor portfolio lebih banyak ke SBI karena risikonya rendah
bebas risiko default dan pasarnya sangat likuid Grafik 4.
Grafik 3 : Selisih Suku Bunga Dalam dan Luar Negeri
Grafik 4: Lalu Lintas Portofolio Asing Flows
Dengan kondisi pasar keuangan domestik yang masih belum dalam dan terbatasnya instrument
keuangan yang tersedia, lalu lintas modal ke SBI dalam skala besar in‐out menyebabkan nilai tukar
rupiah cenderung fluktuatif Diagram 2 serta menimbulkan komplikasi bagi pengelolaan kebijakan
moneter Diagram 3. Nilai tukar rupiah yang terlalu fluktuatif dan sering bergerak menjauh dari nilai
fundamentalnya, akan menganggu kestabilan makro dan system keuangan serta pencapaian
keseimbangan optimal perekonomian internal and external balance sehingga menghambat
kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah panjang.
Guna merespon berbagai tantangan tsb, BI perlu mengambil langkah‐langkah kebijakan untuk
memperdalam pasar keuangan melalui penyediaan instrument yang lebih beragam dan mendorong
perbankan lebih banyak bertransaksi di pasar sekunder demand creation. Di pihak lain, profil jatuh
waktu transaksi perbankan dengan BI diutamakan ke tenor yang lebih panjang untuk menyerap
kelebihan likuiditas yang tidak diperlukan lengthening maturity profile. Dengan langkah‐langkah
kebijakan tsb diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, menjaga kesinambungan
stabilitas makro, sekaligus memperkuat momentum pemulihan ekonomi.
Apa saja cakupan paket kebijakan 16 Juni ?
1 Pelebaran
koridor suku bunga PUAB ON. 2
Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Netto PDN;
3 Penerapan
minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesia SBI; 4
Penambahan instrumen moneter non‐securities dalam bentuk term deposit;
5 Penerbitan
SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan; dan 6
Penerapan mekanisme triparty repurchase repo Surat Berharga Negara SBN.
‐3.0 ‐1.0
1.0 3.0
5.0 7.0
9.0 11.0
Ja n
‐0 5
Ma y‐
5 A
u g
‐0 5
N o
v‐ 5
F e
b ‐0
6 Ma
y‐ 6
A u
g ‐0
6 N
o v‐
6 F
e b
‐0 7
Ma y‐
7 A
u g
‐0 7
N o
v‐ 7
F e
b ‐0
8 Ma
y‐ 8
A u
g ‐0
8 N
o v‐
8 F
e b
‐0 9
Ma y‐
9 A
u g
‐0 9
N o
v‐ 9
F e
b ‐1
Malaysia Korea
Filipina Indonesia
9,000 9,500
10,000 10,500
11,000 11,500
12,000 ‐8000
‐6000 ‐4000
‐2000 2000
4000 6000
A u
g ‐0
8 Se
p ‐0
8 O
ct ‐0
8 N
o v‐
8 D
e c‐
8 Ja
n ‐0
9 Fe
b ‐0
9 Ma
r‐ 9
A p
r‐ 9
Ma y‐
9 Ju
n ‐0
9 Ju
l‐ 9
A u
g ‐0
9 Se
p ‐0
9 O
ct ‐0
9 N
o v‐
9 D
e c‐
9 Ja
n ‐1
Fe b
‐1 Ma
r‐ 1
A p
r‐ 1
Ma y‐
1 Ju
n ‐1
Saham SUN
SBI IDRUSD
USD Milion
IDRUSD
4 Rincian
masing‐masing kebijakan dapat dilihat pada Pokok‐Pokok Penjelasan Paket Kebijakan 16 Juni 2010.
1. Bagaimana