18
PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di
daerah yang belum cukup terdapat PPAT. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang
ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas
Pemerintah tertentu.
2. Tugas dan Wewenang PPAT
Tugas dan wewenang PPAT tersebut adalah: Membuat akta otentik
Salah satu kewenangan PPAT, yaitu membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun, dengan syarat-syarat: 1
Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 2
Berwenang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat, hal ini sesuai dengan tempat kedudukan dan wilayah jabatan PPAT.
Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota.
Philipus M Hadjon, sebagai pakar hukum administrasi menyatakan bahwa syarat Akta Otentik yaitu:
23
1 Di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang atau bentuknya
baku. 2
Dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Umum. Akta otentik sebagaimana Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 tentang Jabatan Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah PP No. 37-1998 sudah memenuhi ketentuan akta otentik jika
mengacu pada pendapat Philipus M Hadjon. Semua akta PPAT bentuknya baku yang dibuat oleh BPN dan PPAT tinggal mengisi blangko tersebut dan PPAT
adalah seorang pejabat umum.
Pejabat umum adalah organ negara yang diperlengkapi dengan kekuasaan umum, berwenang menjalankan sebagian kekuasaan negara untuk
membuat alat bukti tertulis dan otentik dalam bidang hukum perdata. Pasal 1868 KUH Perdata merupakan dasar legalitas eksistensi akta
PPAT, dengan syarat-syarat sebagai berikut : 1 Akta itu harus dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum.
2 Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang.
23
Philipus M Hadjon, Formulir Pendaftaran Tanah Bukan Akta Otentik, Surabaya Post, 31 Januari 2001.