19
3 Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut.
PPAT memiliki tugas pokok sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 PP No. 37-1998 yakni:
”Akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan
dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu
”. PPAT memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan
pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan
hukum sebagaimana dimaksud diatas adalah: 1 Jual beli;
2 Tukar menukar; 3 Hibah;
4 Pemasukan ke dalam perusahaan inbreng; 5 Pembagian hak bersama;
6 Pemberian hak guna bangunanhak pakai atas tanah hak milik; 7 Pemberian hak tanggungan
8 Pemberian kuasa membebankan hak tanggungan.
Di samping berwenang untuk membuat kedelapan jenis akta tesebut di atas PPAT juga berwenang untuk membuat perjanjian tentang kepemilikan
rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia.
24
Pasal 24 PP No. 37-1998 menyebutkan bahwa Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan akta PPAT diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pendaftaran tanah. Hal ini disebabkan oleh karena akta PPAT tersebut akan dipergunakan sebagai Akta Otentik mengenai
perbuatan hukum yang mengakibatkan perubahan data yuridis pendaftaran tanah.
Dalam peraturan ini ditekankan beberapa aspek dari perbuatan hukum tersebut yang kejelasannya menjadi tanggung jawab PPAT, yaitu:
Q Mengenai kebenaran dari kejadian yang termuat dalam akta, misalnya mengenai jenis perbuatan hukum yang dimaksud oleh para pihak mengenai
sudah dilakukannya pembayaran dalam jual beli, dan sebagainya. Q Mengenai objek perbuatan hukum, baik data fisik maupun data yuridisnya.
24
Habieb Adjie, 2009, Meneropong Khazanah dan PPAT di Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 254.
20
Q Mengenai identitas para penghadap yang merupakan pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum.
Dalam hal PPAT tidak mengetahui secara pribadi mengenai hal-hal tersebut dia dapat mencari kesaksian dari saksi-saksi yang disyaratkan dalam
pembuatan akta.
3. Memberikan Nasehat Hukum terhadap Akta yang dibuatnya
Dalam membuat akta –akta tersebut PPAT berwenang untuk
memberikan penyuluhan ataupun saran-saran hukum kepada para pihak. Di samping semuanya itu PPAT harus menjelaskan tentang perbuatan yang tidak
diperbolehkan menurut undang-undang yang berlaku. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan PPAT tersebut harus menurut bentuk yang sudah ditetapkan,
dan tata cara prosedur yang sudah ditetapkan.
Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang diterangkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian maka segala sesuatu
yang berhubungan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan harus berlandaskan dan berdasarkan atas hukum, sebagai barometer untuk mengukur
suatu perbuatan atau tindakan telah sesuai atau tidak dengan ketentuan yang telah disepakati. Negara hukum merupakan suatu negara yang dalam wilayahnya
terdapat alat-alat perlengkapan negara, khususnya alat-alat perlengkapan dari pemerintah dalam tindakannya terhadap para warga negara dan dalam
hubungannya tidak boleh bertindak sewenang-wenang, melainkan harus memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku, dan semua orang
dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
Notaris merupakan pejabat umum yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan pelayanan sebagaimana yang dimaksud dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UU No. 30-2004. Awalnya mengenai kewenangan jabatan notaris
diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris Stb. 1860-3 untuk xiii selanjutnya disebut sebagai PJN. Pasal 1 PJN memuat pengertian tentang notaris yaitu:
“Notaris itu adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang
diharuskan oleh suatu peraturan umum atau dikehendaki oleh yang berkepentingan agar dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian
tanggalnya, menyimpan aktanya dan dari pada itu memberikan grosse, salinan dan kutipannya kesemua itu sebegitu jauh pembuatan akta itu oleh suatu
peraturan umum tidak pula ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain”.
Dengan diberlakukannya UU No. 30-2004 maka berdasarkan Pasal 91
UU No. 30-2004 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
21
1. Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie Stb 1860:3 sebagaimana
telah diubah terakhir dalam Lembaran Negara Tahun 1945 Nomor 101; 2.
Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris; 3.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 700; 4.
Pasal 54 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4379; dan
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1949 tentang
SumpahJanji Jabatan Notaris, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris UU No. 2-2014 maka UU No. 30-2004 direvisi akan tetapi tidak semua dirubah, misalnya hanya Pasal 67, Pasal 69, Pasal 81, Pasal 82
dan Pasal-pasal lainnya yang diatur dalam UU No. 2-2014.
Akibat dari perubahan peraturan perundangan terkait dengan Notaris, pengertian Notaris mengalami sedikit perubahan. Pengertian Notaris menurut
Pasal 1 ayat 1 UU No. 30-2004, yaitu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud
dalam undang-undang ini.
Pengertian Notaris menurut Pasal 1 ayat 1 UU No. 2-2014, yaitu: “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang ini atau berdasarkan undang-
undang lainnya.” Kewenangan sebagaimana dimaksud di atas adalah Kewenangan
notaris yang diatur dalam Pasal 15 UU No. 2-2014. 1 Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang- undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
Tugas notaris memberikan bantuan tentang membuat akta otentik. Dan demikian, penting bagi notaris untuk dapat memahami ketentuan yang diatur
oleh undang-undang supaya masyarakat umum yang tidak tahu atau kurang memahami aturan hukum, dapat memahami dengan benar serta tidak