Kesimpulan Pengertian Teori Hukum

17 tersebut tidak mencerminkan kepastian hukum. Pertentangan tersebut dapat diselesaikan dengan asas lex specialis derogat legi generalis, yaitu peraturan yang khusus akan melumpuhkan peraturan yang umum sifatnya atau peraturan yang khususlah yang harus didahulukan. Peraturan tentang kepailitan, yakni UU No. 37-2004 lebih didahulukan dari pada UU No. 19-2003, jadi dapat disimpulkan bahwa kementrian keuangan yang berhak mempailitkan PERUM, berdasarkan Pasal 2 ayat 5 UU No. 37-2004.

5. Saran Merevisi Pasal 55 ayat 1

UU No. 19-2003 , agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan mempailitkan PERUM antara Kementerian keuangan dengan Direksi PERUM. B. Teori Kepastian Hukum Untuk Menganalisa Kedudukan Nota- risPPAT Dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia

1. Latar Belakang

Notaris merupakan pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. 22 Keberadaan notaris sebagai salah satu pejabat negara sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Dimana notaris merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah dalam hal ini negara, yang telah memberikan kepercayaan kepada notaris untuk menjalankan sebagian urusan atau tugas negara, khususnya dalam bidang hukum perdata. Perkembangannya, masyarakat Indonesia sudah tidak mengenal lagi perjanjian yang berdasar pada kepercayaan satu sama lain. Setiap orang yang ingin melakukan perjanjian maka akan mengarah pada notaris sebagai sarana keabsahan perjanjian yang dilakukan di antara kedua belah pihak. Sehingga kedudukan notaris sangatlah dibutuhkan hingga saat ini. Pejabat Pembuat Akta Tanah atau PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. Macam-macam pejabat pembuat akta tanah, selain PPAT terdapat PPAT Sementara dan PPAT khusus. 22 G H S Lumbun Tobing, 1996, Undang-Undang Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, hlm. 31. 18 PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu.

2. Tugas dan Wewenang PPAT

Tugas dan wewenang PPAT tersebut adalah:  Membuat akta otentik Salah satu kewenangan PPAT, yaitu membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, dengan syarat-syarat: 1 Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 2 Berwenang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat, hal ini sesuai dengan tempat kedudukan dan wilayah jabatan PPAT. Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota. Philipus M Hadjon, sebagai pakar hukum administrasi menyatakan bahwa syarat Akta Otentik yaitu: 23 1 Di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang atau bentuknya baku. 2 Dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Umum. Akta otentik sebagaimana Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 tentang Jabatan Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah PP No. 37-1998 sudah memenuhi ketentuan akta otentik jika mengacu pada pendapat Philipus M Hadjon. Semua akta PPAT bentuknya baku yang dibuat oleh BPN dan PPAT tinggal mengisi blangko tersebut dan PPAT adalah seorang pejabat umum. Pejabat umum adalah organ negara yang diperlengkapi dengan kekuasaan umum, berwenang menjalankan sebagian kekuasaan negara untuk membuat alat bukti tertulis dan otentik dalam bidang hukum perdata. Pasal 1868 KUH Perdata merupakan dasar legalitas eksistensi akta PPAT, dengan syarat-syarat sebagai berikut : 1 Akta itu harus dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum. 2 Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang. 23 Philipus M Hadjon, Formulir Pendaftaran Tanah Bukan Akta Otentik, Surabaya Post, 31 Januari 2001.