Kerapatan Pemadatan Tumpukan Daya Ambang Sudut Tumpukan

52 diduga dipengaruhi oleh karakteristik permukaan partikel BIS. Sampel BIS C memiliki nilai BJ paling tinggi, hal ini disebabkan sampel C strukturnya padat dan masih banyak terdapat serpihan tempurung yang tercampur dalam BIS sehingga nilai BJ nya paling tinggi. Adapun sampel A strukturnya tidak padat dan banyak rongga antar partikel, sehingga nilai BJ nya lebih rendah. Perbedaan nilai BJ selain dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik permukan partikel, juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil 1999 yang menyatakan bahwa adanya variasi dalam nilai BJ dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan, distribusi ukuran partikel dan karakteristik permukaan partikel. BJ berpengaruh terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitas suatu campuran pakan. Ransum yang tersusun dari bahan pakan yang memiliki perbedaan BJ cukup besar, akan menghasilkan campuran tidak stabil dan mudah terpisah kembali Khalil 1999.

2. Kerapatan Tumpukan

Berat jenis erat hubungannya dengan kerapatan tumpukan, semakin tinggi nilai berat jenis maka kerapatan tumpukannya semakin besar. Sampel BIS C menunjukkan perbedaan yang nyata p0.05 dengan sampel BIS A dan B. Pada sampel C kerapatan tumpukannya paling tinggi, demikian pula halnya dengan nilai BJ nya. Menurut Chung dan Lee 1985, kerapatan tumpukan lebih penting dari berat jenis bahan, dalam hal pengeringan dan penyimpanan bahan secara praktis. Kerapatan tumpukan mempunyai peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang pada suatu bahan dengan berat tertentu seperti dalam pengisian alat pencampur, elevator dan juga silo. Kerapatan tumpukan juga berpengaruh terhadap daya campur dan stabilitas pencampuran pakan. Kerapatan tumpukan ketiga sampel BIS di atas 0.5 gml. Pencampuran bahan pakan dengan ukuran partikel yang sama tetapi memiliki kerapatan tumpukan tinggi kt 0.5 gml akan sulit dicampur. Bahan yang memiliki kerapatan tumpukan rendah kt 0.5 gml membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dipindahkan Chung Lee 1985.

3. Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Kerapatan pemadatan tumpukan mempunyai hubungan yang erat dengan kerapatan tumpukan. Pada kerapatan pemadatan tumpukan terdapat perbedaan yang nyata p0.05. Sampel BIS A memiliki kerapatan pemadatan tumpukan yang berbeda dengan sampel B dan C. Disini terlihat bahwa sampel A 53 memiliki kerapatan tumpukan 0.582 gml dan kerapatan pemadatan tumpukan 0.693 gml, nilai ini merupakan yang paling rendah dibanding perlakuan lainnnya. Sifat fisik lain yang ada hubungannya dengan kerapatan pemadatan tumpukan adalah modulus of fineness MF atau diameter partikel bahan. Semakin kecil nilai MF atau partikel bahan maka kerapatan pemadatan tumpukannya akan semakin tinggi. Sampel BIS A memiliki diameter bahan dan nilai MF yang paling tinggi yaitu masing-masing 0.285 cm dan 4.77 sehingga berpengaruh terhadap kerapatan pemadatan tumpukannya.

4. Daya Ambang

Daya ambang ketiga sampel menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p0.05. Sampel BIS B berbeda nyata dengan sampel BIS A dan C. Hal ini berarti apabila terjadi proses penurunan bahan dari ketinggian tertentu, maka waktu bahan tersebut mencapai dasar untuk sampel BIS B adalah yang paling cepat. Daya ambang yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses penuangan bahan, karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menuangkan bahan. Partikel bahan yang kecil akan memiliki daya ambang yang tinggi sehingga bahan lebih mudah tertiup angin berdebu, hal ini akan menyebabkan terhamburnya bahan dan akan mengurangi jumlah bahan yang terbuang.

5. Sudut Tumpukan

Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak partikel dalam suatu tumpukan. Semakin kecil sudut tumpukan, semakin bebas partikel bergerak dan semakin besar daya alir flow ability partikel tersebut. Pada Tabel 12 terlihat bahwa sudut tumpukan sampel BIS A 29.71 o lebih besar dari sampel BIS B 23.61 o dan C 23.61 o . Menurut Ruttloff 1981, diacu dalam Khalil 1999 bahan yang memiliki sudut tumpukan ≤ 29 o sangat baik dan mudah diangkut secara mekanik. Hal ini berarti bahwa sampel BIS B dan C memiliki kemudahan dalam hal pengangkutan secara mekanik, karena ruangan yang diperlukan dalam penyimpanan BIS lebih kecil.

6. Tingkat Kehalusan dan Diameter Bahan