macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan ini juga mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan yang tidak beradab,
tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi sia-sia.
4.6 Makna Pola Lantai
Pola lantai yang ada dalam kesenian Dayakan adalah pola dinamis, yaitu pola dengan arah gerak bebas, bisa ke samping, ke depan, ke belakang, ke sudut dan
berbagai bentuk pola atau garis. Bisa lurus, melingkar, spiral, melengkung, persegi, dan sebagainya. Pemaknaan dari masing-masing pola lantai masih terkait
dengan gerakan Rodat Dayakan yang diidentikkan dengan tarian Prajuritan. Sehingga pola lantai yang ada merupakan penggambaran dari sifat yang dimiliki
prajurit ketika menghadapi musuh dan melindungi kerajaannya. Diantaranya terdapat pola barisan yang menunjukkan sikap suatu pasukan prajurit yang tegas,
dengan pemimpin yang berani dan mampu memimpin pasukannya dengan baik. Selain itu terdapat pola barisan yang menunjukkan sautu pasukan prajurit yang
kuat dan kokoh dengan keberadaan pemimpin tengah-tengah mereka. Pemimpin yang bisa diandalkan ketika berada di depan, dan pemimpin yang mampu
memberi dorongan yang baik kepada pasukannya ketika berada di belakang. Ada pula barisan yang menggambarkan suatu pasukan prajurit yang kuat dalam
pertahanannya. Tidak dapat dimasuki dari sisi manapun. Pemimpin berada di depan sedang bagian belakang ditutup dengan barisan pasukan. Selain itu terdapat
pola barisan yang menggambarkan pasukan yang menempatkan posisi pemimpin di tengah, dan posisi pasukan yang berada di segala penjuru membentuk suatu
pertahanan yang baik sehingga akan memudahkan untuk mengalahkan musuh.
Kemudian digambarkan pula posisi pemimpin dan pasukannya saling menyebar. Hal ini diartikan sebagai upaya mengelabuhi musuh agar tidak secara jelas terlihat
keberadaannya oleh musuh. Menurut beberapa informan, makna kesenian Dayakan terutama yang disajikan
oleh kelompok “Perwira Rimba” ini secara keseluruhan, dalam arti bukan makna dari tiap-tiap unsurnya adalah terdapat suatu bentuk cerita perjuangan para
prajurit atau tentara RI dalam upaya melindungi sang Tokoh Sentral yaitu K.H. Subkhi yang berasal dari Kauman, Parakan dari ancaman serangan musuh
penjajah. Dalam cerita ia melarikan diri untuk mengungsi ke hutan untuk menghindari penjajah.
Cerita ini pada pementasan kesenian Dayakan disajikan dalam tiga babak berturut-turut, yaitu pada babak Rodat Dayakan, Montholan dan Kewanan. Pada
babak Rodat Dayakan para pemainnya menggambarkan dirinya sebagai tentara nasional atau prajurit TNI yang berjuang dengan turut mendampingi dan
melindungi K.H. Subkhi dalam pengungsiannya ke hutan. Para prajurit tentara ini digambarkan berbondong-bondong membentuk barisan sebagai pengawal dalam
perjalanan K.H Subkhi ke hutan. Para prajurit tersebut berusaha melindungi beliau karena mereka tidak mau tokoh yang sangat berperan dalam pengadaan
persenjataan mereka menjadi target penjajah.
Gambar 4.2 Salah Satu Gerakan Dalam Pertunjukan Kesenian Dayakan
Dokumentasi Kristina N, 23 juli 2013
Kemudian pada
babak Montholan
digambarkan terdapat
rombongan pengombyong dari K.H. Subkhi yang selalu bergurau dalam perjalanan ke hutan
tersebut. Gurauan tersebut ditunjukkan dengan nyanyian dan tebak-tebakan lucu. Gurauan dari para pengombyong tersebut mampu melepaskan kepenatan dan
kelelahan dalam perjalanan rombongan K.H. Subkhi tersebut dalam pengungsiannya ke hutan. Dalam pengungsian ke hutan ini rombongan K.H.
Subkhi diganggu oleh hewan-hewan buas penunggu hutan yang dalam kesenian Dayakan
“Perwira Rimba” digambarkan pada babak Kewanan. Namun karena kesaktian yang dimiliki oleh K.H. Subkhi hewan-hewan buas tersebut dapat
dilumpuhkan oleh beliau. Babak ini menjadi akhir dari keseluruhan babak yang ada pada pertunjukan kesenian Dayakan.
4.7 Instrumen Untuk Iringan Musik Dayakan di Kota Magelang