PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendugaan konsentrasi karbon monoksida (CO) dari sumber garis (transportasi) menggunakan Box-Model "Street Canyon"

1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada beberapa nega ra industri dan berkembang, polusi udara merupakan masalah yang serius dan semakin lama keberadaannya semakin meningkat. Peningkatan polusi udara pada umumnya diakibatkan karena adanya produksi listrik, emisi kendaraan, aktivitas industri, pertambahan kepadatan penduduk, kurangnya hutan atau taman kota dan lain - lain. Aktivitas lain yang dapat menjadi sumber polusi udara ialah pembakaran sampah dan aktivitas rumah tangga. Hasil-hasil buangan dari aktivitas industri dan transportasi di kota dibagi menjadi 2 bagian, yaitu gas dan partikulat. Pencemar gas antara lain berupa karbon monoksida CO, oksida sulfur SO x , oksida nitrogen NO x dan hidrokarbon. Sedangkan partikulat berupa asap, kabut dan debu. Umumnya pada jalan -jalan besar yang jauh dari daerah perindustrian, kontribusi polutan sebagian bes ar berasal dari hasil pembuangan kendaraan yang melewati jalan tersebut. Setiap jalan mempunyai kondisi tercemar polusi berbeda-beda, dikarenakan distribusi kendaraan yang melewati suatu jalan berbeda-beda pula. Beberapa jenis gas dikeluarkan dari kendaraan bermotor, tapi yang kontribusinya paling besar sebagai pencemar adalah CO. Gas ini sangat berbahaya bagi manusia bila melebihi ambang batas yang telah ditentukan karena dapat meny ebabkan kematian Soedomo, 2001. Oleh karena itu penting dilakukannya pemantauan CO. Pemantauan dan penelitian kualitas udara di jalan road side dari sektor transportasi sudah banyak dilakukan di beberapa kota besar. Sebagai contoh prediksi konsentrasi CO pada Hope Street sepanjang tahun 1979 dengan menggunakan Box-Model ‘street canyon’. Didapatkan konsentrasi tertinggi di bulan Desember yang mencapai 25 mgm 3 Hassan dan Crowther, 1998. Kemudian tahun 1988, di kota Gungzhou, Cina Selatan, didapatkan nilai konsentrasi CO di ketiga jalan Zongshan, Renmin dan Huanshi Selatan masing-masing sebesar 9; 12,8 dan 10, 2 mgm 3 Qin dan Kot, 1993. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa pemantauan kualitas udara ambien, salah satuny a yang dilakukan BPLHD Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah di kota Jakarta. Pemantauan kualitas udara dilakukan dengan metode kontinyu dan sesaat. Stasiun pemantauan tersebar di beberapa daerah. Peta letak lokasi stasiun pemantauan udara dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan hasilm pemantauan BPLHD, pada bulan April dan Mei 2005 nilai CO tertinggi sebesar 7,25 dan 10, 04 mgm 3 . Beberapa penelitian lain yaitu di Bandung tahun 2001 diperempatan jalan Juanda-Diponegoro -Sul anjana diperoleh konsentrasi CO tertinggi sebesar 13, 88 mgm 3 Widiarsa, 2001. Di Bogor pada bulan Maret 1998 dilakukan pengukuran konsentrasi CO di depan kampus IPB Baranangsiang, besar CO maksimum adalah 7,88 mgm 3 Haris, 1999. Dari hasil pemantauan di beberapa temp at tersebut banyak didapatkan nilai konsentrasi CO yang lebih besar dari pada nilai baku mutu sebesar 9 mg 3 Kementrian Lingkungan Hidup, 2002 Kota Jakarta merupakan salah satu pusat kegiatan industri dan transportasi di Indonesia, berpotensi mengalami pencemaran udara. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi mengenai distribusi dan konsentrasi polusi di kota ini terutama ditinjau dari sektor transportasi sumber bergerak. Namun demikian, keterbatasan alat dan biaya seringkali menjadi kendala dalam melakukan pemantauan kualitas udara. Sehingga dalam rangka pengendalian pencemaran udara perlu adanya alternatif lain dengan cara menduga konsentrasi polutan menggunakan model. Ada beberapa model perhitungan untuk memprediksi konsentrasi polutan. Salah satunya untuk memprediksi konsentrasi polutan pada ruas jalan adalah box-model.

I.2. Tujuan 1. M emprediksi konsentrasi karbon

monoksida CO pada sumber garis di Jalan M.H Thamrin Jakarta Pusat 2. Memperkirakan arah sebaran polutan berdasarkan arah angin. II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Polusi Udara.