Berdasarkan beberapa pandangan oleh para ahli, bahwa psikologi sastra adalah suatu pendekatan yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan yang memberikan perhatian berkaitan dengan unsur kejiwaan tokoh- tokoh fiksional dalam karya sastra.
2.2.2 Hubungan Psikologi dengan Dunia Sastra
Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh dalam drama
maupun prosa. Jatman dalam Endraswara 2004:97 berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tidak
langsung dan fungsional. Pertautan tidak langsung baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan
sastra memiliki hubungan karena sama-sama mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam
sastra bersifat imajinatif. Sehubungan dengan pandangan tersebut, Endraswara 2004:99 menambahkan bahwa sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun
sastra sering menujukkan kemiripan. Meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajiner, tetap memanfaatkan hukum-hukum psikologi untuk
menghidupkan karakter tokoh-tokohnya. Menurut Freud dalam Ratna 2004:345 psikologi dalam sastra
memiliki implikasi yang sangat luas tergantung bagaimana cara mengoperasikannya. Hubungan psikologi dengan sastra didasarkan atas
pemahaman bahwa sebagaimana bahasa pasien, sastra secara langsung
menampilkan ketaksadaran bahasa. Kenyataan bahwa psikologi Freud memanfaatkan mimpi, fantasi, dan mite, sedangkan ketiga hal tersebut
merupakan masalah pokok dalam sastra. Sementara itu, menurut Wellek dan Warren dalam Ratna 2004:350 dalam karya sastra yang berhasil, psikologi
sudah menyatu menjadi karya seni, selanjutnya adalah menguraikan kembali sehingga menjadi jelas dan nyata apa yang dilakukan oleh karya tersebut.
Terkait dengan hubungan antara sastra dan psikologi, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Pertama, suatu karya sastra harus
merefleksikan kekuatan, kekaryaan dan kepakaran penciptaanya. Kedua, karya sastra harus memiliki keistimewaan dalam hal gaya dan masalah bahasa
sebagai alat untuk mengungkap pikiran dan perasaan pengarang. Ketiga, masalah gaya, struktur, dan tema karya sastra harus saling terkait dengan
elemen-elemen yang mencerminkan pikiran dan perasaan individu Abrams dalam Minderop 2010:61-62.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai hubungan psikologi dengan dunia sastra, bahwa psikologi dan sastra sama-sama mempelajari keadaan
kejiwaan, oleh sebab itu karya sastra harus mencerminkan pikiran manusia yang memiliki implikasi tergantung bagaimana mengoperasikannya.
2.2.3 Psikologi Kepribadian