Gambar 4.7 Grafik Pemasaran
4.3 Pembahasan
Analisis hasil penelitian faktor-faktor penghambat perkembangan tenun troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kebupaten Jepara dengan
menggunakan analisis Deskriptif Persentase
4.3.1 Modal
Modal dengan
persentase 58.30
sebagai faktor penghambat
perkembangan tenun troso termasuk kategori sedang dalam menghambat perkembangan tenun troso. Pengusaha tenun troso sebagian besar pengusaha
mengeluarkan modal kerja berupa biaya produksi Rp. 5.000.000,00 per bulan, sedangkan modal tetap yang digunakan untuk memulai usaha oleh para pengusaha
rata-rata Rp 5.000.000,00 – Rp 7.000.000,00. membeli peralatan menenun dengan biaya dari kekayaan pribadi
dan keluarga. Para pengusaha banyak yang berpendapat jika modal usaha habis, para pengusaha akan meminjam modal ke bank.
4.3.2 Bahan Baku
Bahan baku dengan persentase 55.10 sebagai faktor penghambat perkembangan tenun troso termasuk kategori sedang dalam menghambat
perkembangan tenun troso. Letak sumber bahan baku yang jauh dari tempat usaha yaitu dari Surabaya dan Kudus, sehingga menambah biaya pengangkutan. Para
pengusaha merasakan biaya produksi bertambah mahal. Pengusaha tenun troso memperoleh bahan baku benang dan zat warna dengan cara membeli di toko
khusus yang jauh dari tempat usaha yaitu di luar kota. Bahan baku yang dibuat untuk membuat tenun troso pada umumnya adalah
benang. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan pengusaha tenun troso mencoba membuat tenun dengan menggunakan bahan pembuat benang yang
alami seperti serat nanas, serat pisang dan sebagainya untuk menambah produksi yang lebih bervariasi.
4.3.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja dengan persentase 58.80 termasuk kategori sedang dalam menghambat perkembangan tenun troso. Usia tenaga kerja yang dimiliki oleh para
pengusaha rata-rata 25-40 tahun, yang merupakan usia produktif, namun pengalaman menenun yang mereka miliki umumnya masih kurang hal ini terjadi
karena tidak mendapat pendidikan khusus menenun. Upah tenaga kerja merupakan salah satu faktor penghambat perkembangan
tenun troso Jepara. Karena upah yang diterima tenaga kerja rata-rata Rp 400.000,00. Upah jumlah tersebut masih berada dibawah upah minimum regional
UMR Jepara sebesar Rp 750.000,00 perbulan berdasarkan keputusan bupati
Jepara nomor 561.4512009 httpgoogle.comUpah Minimum Regional Jepara . Hal ini kurang memuaskan bagi tenaga kerja karena tidak mampu memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Motivasi sebagai faktor penghambat perkembangan tenun troso Jepara. Hal
ini dikarenakan pengusaha tenun troso perlu memperhatikan dan memberikan motivasi kepada tenaga kerja supaya bersemangat dalam mengerjakan tugas-
tugas. Motivasi ini berupa pujian, uang bahkan kenaikan upah walaupun dalam jumlah sedikit.
Disiplin termasuk sebagai faktor penghambat perkembangan tenun troso Jepara. Peraturan bagi tenaga kerja pada perusahaan tidak terlalu ketat dan
memberikan teguran jika ada karyawan yang bermasalah. Tenaga kerja cukup disiplin dalam bekerja karena sistem kerja termasuk sistem hasil harian.
Pendidikan dan pengalaman kerja sebagai faktor peghambat perkembangan tenun troso Jepara. Tingkat pendidikan tenaga kerja ynag dimiliki oleh pengusaha
tenun troso jepara sebagian besar SMP tetapi sebagian karyawan ada yang berpendidikan SD dan SMU.
Kesehatan dan keselamatan kerja menjadi faktor penghambat perkembangan tenun troso Jepara. Hal ini terjadi karena tidak ada tunjangan kesehatan bagi
tenaga kerja. Masalah keselamatan kerja dapat mengganggu jalanya proses produksi, namun intensitas kecelakaan kerja di lingkungan perusahaan tenun troso
pada umumnya kecil. Fasilitas merupakan sebagai faktor penghambat perkembangan tenun troso
Jepara, hal ini terjadi karena kurang bisa dan kurang lengkap fasilitas yang
tersedia di perusahaan seperti kamar, tempat istirahat dan lain-lain sehingga fasilitas yang kurang mencukupi dapat menimbulkan suasana kerja kurang
nyaman.
4.3.4 Desain