Perkembangan Tenun Troso Proses pembuatan tenun troso

Pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh para pengrajin telah menyebabkan kegiatan yang telah berkembang, hingga kini mampu bertahan di Desa Troso. Walaupun latar belakang sosial dan pengetahuanya masih sering membatasi ruang gerak usahanya. Pada awalnya masyarakat Desa troso hanya membuat jenis-jenis lurik, mori dan sarung, kini pengusaha tenun Troso dapat mengembangkan jenis tenun dengan berbagai motif.

2.2.3 Perkembangan Tenun Troso

Proses perkembangan sentra industri tenun di Desa Troso dari tahun ke tahun mengalami pasang surut. Pada tahun 60an saat alat tenun bukan mesin ATBM mulai membudaya di Desa Troso sampai tahun 70an, Troso dikenal sebagai pusat produksi tenun lurik, mori dan sarung ikat. Namun diakhir tahun 70an kondisinya mengalami kelesuan, sehingga banyak pengusaha yang gulung tikar. Beberapa pengusaha mencari jalan keluar dengan mencoba mengembangkan lagi dengan mengembangkan jenis tenun dengan kreasi baru., akhirnya diawal tahun 80an unit-unit usaha tenun di Desa Troso dapat bangkit kembali. Walaupun demikian jalanya tetap saja tidak mulus, sekitar tahun 1985-1988 kondisi pasar tenun mengalami kelesuan, sehingga banyak pengusaha tenun yang bangkrut kembali. Menghadapi kondisi tersebut dan untuk mengangkat kembali sentra tenun troso di Jawa Tengah, akhirnya pada tahun 1988 Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan surat keputusan No: 0252191988 yang ditujukan kepada seluruh jajaran pegawai pemerintah di lingkungan propinsi Jawa Tengah, diwajibkan mengenakan produk tenun pada hari jumat. Instruktur Gubernur ini sangat menolong para pengusaha tenun troso dan dapat mengangkat lagi sentra-sentra tenun yang ada di Jawa Tengah Hendro, 2000:7

2.2.4 Proses pembuatan tenun troso

Proses Diawali dengan proses penggulungan benang. Agar benang tidak mudah putus ketika ditenun, benang tersebut harus diikat satu per satu. Setelah diikat, barulah kain ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin ATBM. Proses selanjutnya adalah pencelupan kain ke dalam zat pewarna. Umumnya, pewarna kain Troso berasal dari zat kimia. Proses pembuatan tenun troso yaitu: 2.2.3.1 Ngelos atau nyepul Memindahkan benang dari kelos atau bal tempat benang semula kedalam gulungan kelos. 2.2.3.2 Ngeteng Memindahkan benang dari kelos atau bal yang langsung diatur sedemikian rupa kedalam plangkan atau bingkai menjadi bentuk untaian. 2.2.3.3 Gambar Membuat gambar motif pada plangkan plangkan adalah bingkai terbuat dari kayu kira-kira berukuran 1,5 m x 1 m, bingkai ini digunakan untuk mendesain benang atau kain tenun sehingga proses gambar dan nali dapat dikerjakan. 2.2.3.4 Nali Menutup bagian tertentu pada plangkan dengan cara mengikat dengan tali rafia supaya waktu pewarnaan bagian yang terikat tersebut tidak terkena warna. 2.2.3.5 Nyelup Memasukkan benang Pakan untuk kain tipisan dan Lungsi untuk kain blangket kain tebal kedalam cairan pewarna. Proses ini dapat berjalan berkali- kali tergantung jenis warna yang dikehendaki tertera dalam kain benang Pakan adalah benang-benang yang terdapat pada suatu kain tenun dimana arah benang tersebut memanjang kearah lebar kain sebaliknya benang Lusi benang tersebut memanjang kearah panjang kain 2.2.3.6 Nyolet atau nyatri Memberi warna tambahan pada benang sebagai fariasi warna, tahap ini dilakukan pada prosesing benang Pakan pada kain tipis. 2.2.3.6.1 Nyolet gesekan Lidi dicelupkan kepigmen atau zat pewarna, kemudian digesekan pada rangkain benang pada plangkan yang masih terikat. 2.2.3.6.2 Nyolet naptol Kuas dicelup naptol lalu disapukan pada rangkaian benang pada plangkan kemudian kuas dicelup pada zat warna dan disapukan kembali pada tempat. 2.2.3.7 Batil Melepaskan sebagian ikatan tali rafia pada benang yang selesai dijemur, kemudian bisa dicelup lagi. 2.2.3.8 Bongkar Mengurai benang setelah dibatil agar benang mudah untuk dipisah- pisahkan perhelai. Istilah bingkat digunakan pada prosesing benang pakan untuk kain tipisan. 2.2.3.9 Malet Tahap akhir penyiapan benang pakan untuk kain tipisan, yaitu memintal benang pada batangan bobin paletan. Dalam proses menenun, bobin yang telah diisi benang dimasukkan dalam sekoci bobin adalah penggulung tempat gulungan benang Pakan yang nantinya dimasukkan kesekoci dalam proses pengerjaan selanjutnya. 2.2.3.10 Nyekir Prosesing benang Lusi untuk kain tipisan maupun blangket, yaitu memasukkan tiap lembar benang kedalam alat Gun gun adalah sejumlah untaian alat terbuat dari besi semacam sisir yang terpisah-pisah mata sisirnya untuk mengatur atau menampung letak benang yang akan ditenun. 2.2.3.11 Ngebom Istilah ini digunakan pada prosesing benang Lusi baik pada kain tipisan maupun blangket. Dengan cara memindahkan benang kedalam Bom serta mengatur susunan motif untuk kain blangket agar saling berhadapan Bom adalah alat yang dipakai untuk mengggulung benang tenun dan untuk menggulung hasil tenunan atau kain tenun. 2.2.3.12 Nyucuk Memasukkan benang pada Gun dan sisir. Proses ini untuk mempersiapkan benang Lusi pada ATBM sisir adalah alat untuk menguraikan benang yang berasal dari bom pertama gulungan benang tenun kemudian setiap lembar benang masuk dalam gun. 2.2.3.13 Menenun Menenun adalah proses penenunan benang yang telah siap. Proses ini secara teknis untuk ATBM adalah sama baik menenun kain blangket maupun kain tipisan, perbedaan terletak pada operasional dari benang pakan Eko punto, 2000:303

2.3 Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Tenun Troso Di

Dokumen yang terkait

Identitas Merek Kain Tenun Troso Jepara

0 41 50

ANALISIS KEBUTUHAN PRODUKSI BUSANA READY TO WEAR PADA INDUSTRI TENUN IKAT TROSO DEWI SHINTA DI DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA

26 226 243

HUBUNGAN PATRON KLIEN DALAM INDUSTRI KERAJINAN TENUN IKAT TROSO DI DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA

0 15 109

Faktor perilaku dan lingkungan penderita TB Paru pada pekerja tenun troso di wilayah kerja Puskesmas Pecangaan Kabupaten Jepara 2013.

1 6 15

KELANGSUNGAN USAHA INDUSTRI TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 1 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PRODUKSI INDUSTRI KECIL TENUN IKAT DI KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara).

3 24 129

PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP PADA INDUSTRI TENUN IKAT DI DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 121

SISTEM INFORMASI PENJUALAN KAIN TENUN BERBASIS WEB PADA PAGUYUBAN TENUN TROSO DI PECANGAAN JEPARA

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Geografi Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara - AKAD JUAL BELI KAIN TENUN SECARA ONLINE MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA) -

0 1 24

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA UKM DI DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN - UNISNU Repository

0 0 14