Gejala Klinis Deteksi DNA Coxiella burnetii pada darah ayam ras di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dengan metode PCR

5 peternakan ayam di Cekoslovakia dan ternyata ayam, itik, kalkun, angsa dan merpati yang ada di peternakan tersebut juga terinfeksi. Q fever dilaporkan sebagai Kasus Luar Biasa KLB pada pekerja di peternakan, di tempat pengepakan daging, di tempat penggemukan ternak, di laboratorium dan pusat-pusat veteriner yang melakukan penelitian dengan domba sebagai binatang percobaan. Merchant 1973 mengungkapkan bahwa 15 pabrik susu yang ada di California bagian selatan terinfeksi oleh Coxiella burnetii. Survei serologik yang pernah dilakukan di Indonesia terhadap agen Coxiella burnetii yang dimulai dari Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, Sulawesi Tengah sampai Sulawesi Tenggara didapatkan gambaran prevalensi yang bervariasi, dari 7 di Sumatera Barat sampai 50 di NTT dengan rata-rata 25 Soeharsono 2002.

a. Gejala Klinis

Infeksi Coxiella burnetii pada ayam tidak menimbulkan gejala klinis, sama halnya pada hewan-hewan lain Soejoedono 2004. Uji sero epidemiologi yang dilakukan di India menunjukan, bahwa ayam yang terinfeksi oleh Coxiella burnetii akan menghasilkan antibodi setelah hari ke 13 pasca infeksi JSTOR 2006. Ayam yang terinfeksi dapat menularkan Coxiella burnetii ke telur. Penularan Q fever dari ayam yang terinfeksi ke hewan dan manusia bisa melalui telur dan feces. Menurut Anonimous 2007b pengujian terhadap telur ayam yang berasal dari pasar telur di Jepang, didapatkan hasil 4.2 positif mengandung material genetik Coxiella burnetii. Sebagian besar ternak yang terinfeksi Q fever tidak menunjukkan gejala klinis, tapi pernah dilaporkan terjadi kasus keguguran pada domba dan kambing yang terinfeksi Coxiella burnetii. Hal ini ditegaskan oleh Schnurrenberger 1991, bahwa tanda dan gejala Q fever pada domba, kambing dan sapi adalah keguguran dan bronkopneumoni. Hewan yang terinfeksi akan memindahkan agen ke fetus secara transplasental dan dapat menyebabkan keguguran, mengganggu kesuburan atau infertilitas. Infeksi tidak akan menyebabkan turunnya produksi susu dan tidak akan menghambat pertumbuhan anak yang baru lahir Burgdorfer 1975; Acha et al. 2003. 6 Q fever pada manusia bisa dalam dua fase infeksi, yaitu fase akut dan fase kronis. Fase akut menunjukan gejala penyakit berupa demam akut, sakit kepala yang berat, nyeri otot, myalgia dan dapat menimbulkan keguguran pada wanita hamil, sedangkan pada fase kronis gejala yang timbul berupa komplikasi endokarditis dan pneumonitis yang dapat berakibat fatal dengan tingkat kematian sekitar 1 sampai dengan 2 Seppon 1965. Demam yang terjadi bisa berlangsung beberapa mi nggu dengan suhu maksimum 40 o C sampai 41.1 o C dan perlu diwaspadai bila suhu penderita sudah diatas 38.8 o C, artinya kondisi penderita sudah sangat parah. Masa inkubasi Q fever 2 minggu sampai 4 minggu, tetapi banyak yang terjadi selama 18 hari sampai 20 hari. Gambaran 2 foto rontgen pada pasien pneumonia yang terkena Q fever Anonimous 2006c Berat dan lamanya penyakit sangat bervariasi pada hewan dan manusia yang terinfeksi. Infeksi dapat tanpa gejala atau berupa demam non-spesifik ”fever un know origin” Anonimous 2006a. Penyakit yang cepat ditangani tidak akan menimbulkan resiko yang besar pada penderita, karena mortalitas kasus Q fever cukup rendah, yaitu kurang dari 1 Seppon 1965.

b. Penularan Penyakit