8 presipitasi radiostop, tes opsonin, penetral serum 3 variasi, pelindung serum,
fluoresensi antibodi langsung dan tidak langsung, anapsilasi cutaneus pasif, hubungan uji immuno-enzim. Hasil yang didapatkan pada antigen tahap 1 dan 2
dari tes CF terlihat sangat berbeda Cox dalam Davis 1981. Diagnosa Q fever
akut dapat dilakukan dengan kit diagnostik enzyme-linked immunosorbent assay ELISA, uji indirec immunfluorescence antibody IFA dan Western immuno
blot assay. Uji-uji ini dapat dikombinasikan dalam pemeriksaan, karena dengan menggunakan satu uji saja ternyata tidak cukup untuk menunjukkan adanya
Coxiella Burnetii.
Diagnosa dapat juga dilakukan dengan mengisolasi Coxiella burnetii dari telur, susu, darah, parasit arthropoda dan jaringan limpa kecil hamster atau
plasenta ruminansia. Pada studi khusus dapat dilakukan pemeriksaan dengan sputum, urin, feses, debu dan sampel udara. Keberhasilan dalam mengisolasi
Coxiella burnetii sangat ditentukan oleh perawatan yang tepat dalam pengumpulan dan pengangkutan spesimen. Pewarnaan gram tidak bisa digunakan
untuk mengidentifikasi agen ini.
d. Pengendalian Penyakit Q fever
1. Pencegahan
Infeksi Coxiella burnetii dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang bekerja dengan risiko tinggi, seperti peternak domba,
pemerah susu, peneliti hewan dan pekerja di tempat pemotongan hewan, tentang sumber infeksi, pentingnya disenfeksi dan cara-cara pembuangan sampah produk
binatang yang benar. Pasteurisasi susu dengan suhu 62.7
o
C selama 30 menit atau 71.6
o
C selama 15 menit untuk mema tikan Coxiella burnetii dan memasak daging atau telur yang akan dikonsumsi dapat menghindarkan diri dari infeksi agen ini.
Williams et al. 1993 menyatakan bahwa vaksinasi pada manusia dan hewan telah direkomendasikan sebagai tindakan pencegahan dan kontrol terhadap
Q fever, karena Coxiella burnetii telah menyebar luas baik pada hewan liar maupun hewan domestik. Manajemen peternakan yang baik dapat mencegah
ternak terinfeksi oleh Coxiella burnetii dengan mengetahui cara beternak yang
9 baik dan penerapan biosecurity, misalnya; pembersihan lingkungan kandang,
disenfeksi dan pengendalian parasit Anonimous 2007b.
2. Pengobatan
Ternak yang terinfeksi dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Chloramphenicol dan Teramicyne merupakan kelompok antibiotik yang
digunakan untuk melumpuhkan rickettsia. Obat ini tidak dapat membunuh Coxiella burnetii, sehingga memungkinkan Coxiella burnetii dapat aktif kembali
setelah beberapa hari pengobatan. Aureomicyne, chloramphenicol dan streptomicyne tidak terlalu efektif untuk pengobatan Q fever. Doxycycline
ditambah rifampin atau quinolone ditambah rifampin dapat juga digunakan untuk pegobatan penyakit ini Shulmann 1994.
Polymerace Chain Reaction PCR.
Reaksi berantai polimerase atau PCR merupakan teknik atau metode perbanyakan amplifikasi DNA dalam jumlah jutaan dan waktu yang singkat,
bisa digunakan pada hewan yang masih hidup atau hewan yang sudah mati. Metode ini berlangsung secara in vitro dengan reaksi sintetis enzimatis dari
untaian DNA yang spesifik menggunakan dua oligonukleotida primer yang susunan basanya sudah diketahui. Primer yang digunakan untuk mengawali proses
amplifikasi DNA harus sesuai dengan target cetakannya. Metode PCR menggunakan dNTP ya ng terdiri dari ATP, dTTP, dCTP dan dGTP sebagai
sumber nukleotida Erlich 1989. Proses PCR berulang antara 30 sampai 40 siklus dan setiap siklus terdiri
dari tiga tahap yaitu denaturation, annealing dan extention. Jumlah DNA yang dihasilkan setelah proses amplifikasi mencapai jutaan DNA, karena penambahan
terjadi secara eksposional Anonimous 2007a. Teknik PCR telah banyak dipakai untuk mendeteksi berbagai macam virus yang menyerang manusia dan hewan,
antara lain: virus Epstain-barr dan virus Acquire Imunodeficiency Syndromes AIDS, virus Bovine leukosis, virus penyakit mulut dan kuku, virus Infectious
Laryngotracheitis ILT, virus kholera pada babi dan virus rabies Wartazoa 1999.
10
Elektroforesis Agar Gel
Elektroforesis gel agarosa merupakan metode standar yang digunakan untuk pemisahan, identifikasi dan pemurnian fragmen DNA Sajuthi et al. 1991;
Kaufman et al. 1995. Agar diekstraksi dari tumbuhan rumput laut yang mempunyai komponen dasar polimer linear D-galaktosa dan 3,6 anhidro L-
galaktosa Kaufman et al. 1995. Prinsip elektroforesis adalah memisahkan molekul berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya. Molekul akan bergerak
ke arah elektroda yang polaritasnya berlawanan dengan muatan molekul tersebut Nur Adijuwana 1989.
Proses mengerasnya agar dari bentuk cair terjadi karena polimer-polimer linear D-galaktosa dan 3,6 anhidro L-galaktosa saling bereaksi satu sama lain,
sehingga dihasilkan suatu rantai polimer linear yang panjang. Jala atau matrix yang dibentuk oleh polimer agar ini akan membantu menyaring secara molekular
dan memisahkan fragmen DNA dengan ukuran yang berbeda-beda. Gel agar dan gel poliakrilamida dapat dibuat dalam berbagai bentuk, ukuran serta sifat
penyerapannya dan dapat dijalankan atau running dalam sejumlah konfigurasi yang berbeda, tetapi berbagai pilihan dalam menggunakan parameter di atas
tergantung dari ukuran fragmen yang akan dipisahkan Sajuthi et al. 1991.
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan yaitu dari bulan Juli 2005 sampai dengan Januari 2006 di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari darah ayam, larutan Dr. GenTLE
TM
sollution I,II,III; isoprophanol dingin, alkohol 100 dingin, etanol 70 dingin, aquadest; reagen PCR yaitu pelarut DNA TE buffer, milli q water,
buffer TAE Tris Acetice EDTA, dNTP, MgCl
2
, OMP1, OMP2, OMP3, OMP4, Taq polymerase Rikaken Co LTD nagoya, Japan, sampel bahan PCR; dan
agarose DNA Molekuler Weight Standart 100 bp DNA ladder, ethidium bromida
dan loading dye. Alat
Alat yang digunakan adalah ependorf 1.5 ml steril, tabung EDTA, vortex, pipet mikro, tip steril, sentrifus, freezer -80
C, elektroforesis, alat PCR, otoklaf, coolbox, UV transluminator, erlenmeyer 2 liter steril dan 200 ml,
spektrofotometer U-2001 Hitachi, microwave, pH meter, tabung mikro PCR steril, hot stirer, alat elektroforesis.
Metode Penelitian 1.
Pengambilan sampel
Pemilihan peternakan dilakukan secara acak sederhana. Sebanyak 15 peternakan yang ada di Kecamatan Parung dipilih dua peternakan yang memiliki
populasi ayam di atas 25.000 ekorpeternakan. Sampel darah diambil secara acak sistematis dari peternakan yang sudah dipilih. Ayam yang diambil sampel
darahnya berumur 25-35 minggu atau masa produksi puncak. Peternakan A
12 dengan populasi 7.000 ekor ayam diambil 9 sampel dan peternakan B dengan
populasi 10.000 ekor ayam diambil 12 sampel.
2. Ekstaksi DNA