Fungsi-Fungsi Penting dalam Pemodelan Dinamis Penelitian Terdahulu tentang Penyebaran Logam B erat

li Untuk merumuskan berbagai bentuk hubungan dan interaksi di antara komponen yang terlibat dalam sistem, maka digunakan konsep umpan balik. Menurut Djojomartono 2000, pemakaian konsep umpan balik diagram lingkar sebab-akibat sangat memungkinkan membuat struktur sistem yang lebih tepat. Diagram lingkar sebab-akibat dapat menggambarkan umpan balik pokok pada sistem nyata penyebaran logam berat tanpa membedakan bentuk interaksi yang terjadi. Gambaran umpan balik tersebut merupakan penyederhanaan model yang dijadikan dasar pengembangan. Diagram alir merupakan penjabaran diagram lingkar sebab-akibat ke dalam suatu struktur fisik model yang rinci. Disamping memuat peubah yang sama dengan diagram lingkar sebab-akibat, diagram alir juga memuat peubah yang sulit dijelaskan di dalam diagram lingkar sebab-akibat. Formulasi model merupakan proses perumusan dimensi interaksi peubah-peubah yang menyusun model ke dalam persamaan equation matematis dan modifikasinya Roberts, 1984 . Dimensi interaksi tersebut meliputi tanda, bentuk respon, dan satuan dari persamaan matematis tersebut dalam kaitannya dengan sistem penyebaran logam berat secara nyata. Pemilihan kode dan bahasa komputer yang digunakan dalam formulasi harus disesuaikan dengan bentuk simulasi komputer. Bila demikian, maka model dapat memperlihatkan perilaku tertentu pada saat simulasi dieksprimenkan Djojomartono, 1991; Solimun, 2002. Validasi model dilakukan dengan dua teknik uji, yaitu uji validitas struktur model dan uji validitas kinerja model. Uji validitas struktur model dilakukan untuk memperoleh keyakinan sejauhmana struktur model yang disusun dapat menjelaskan sistem penyebaran logam berat berpengaruh nilai ekonomi air yang ada di alam nyata. Uji validitas kinerja model dilakukan untuk memperoleh keyakinan sejauhmana kinerja model sesuai compatible dengan kinerja sistem nyata penyebaran logam berat dan nilai ekonomi air yang ada Barlas, 1996 dan Muhammadi et al. , 2001.

2.14. Fungsi-Fungsi Penting dalam Pemodelan Dinamis

lii Fungsi matematis yang digunakan dalam pemodelan dinamis Powersim antara lain fungsi IF, fungsi GRAFH, fungsi STEP, fungsi PULSE, fungsi DELAY, dan fungsi TIMECYCLE. Fungsi IF digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi yang dipersyaratkan atau pembatasan suatu kepentingan terpilih diantara banyak kepentingan. Dalam penggunaannya, fungsi IF sering digabungkan dengan fungsi lain, misalnya menjadi PULSEIF, SAMPLEIF, PAUSEIF, STOPIF, dan STOPRUNIF. Fungsi GRAFH banyak digunaka n bila data yang tersedia berupa tabel atau menunjukkan hubungan yang nonlinear. Dalam penggunaannya, fungsi GRAFH dapat digabungkan dengan fungsi lain, misalnya menjadi GRAFHCURVE, GRAFHLINAS, dan GRAFHSTEP Muhammadi et al., 2001. Fungsi STEP digunakan untuk menambah atau mengurangi kuantitas suatu kondisi pada waktu tertentu. Fungsi PULSE digunakan untuk menambah atau mengurangi kuantitas suatu kondisi secara berkala. Dengan demikian, fungsi PULSE merupakan fungsi STEP yang berkala. Dalam penggunaannya, fungsi STEP dan fungsi GRAFH dapat digabungkan dengan fungsi lain, misalnya menjadi STEPIF dan PULSEIF. Fungsi DELAY digunakan untuk membuat penundaan perubahan suatu kondisi material, informasi, dan lain -lain. Fungsi TIMECYCLE digunakan untuk menyatakan siklus waktu berlakunya suatu kondisi. Dalam penggunaannya, fungsi TIMECYLE dapat dimodifikasi, misalnya menjadi TIME, TIMEIS, dan TIMESTEP Makridas, 1983 dan Muhammadi et al. , 2001.

2.15. Penelitian Terdahulu tentang Penyebaran Logam B erat

Penelitian terdahulu tentang penyebaran logam berat pada badan air sungai, kali, dan laut lebih banyak difokuskan pada pengaruh logam berat terhadap kehidupan organisme air itu sendiri. Hasil penelitian Purwanti 1995 menunjukkan bahwa ikan yang hidup di air yang mengandung Pb, pada hatinya ditemukan akumulasi Pb. Ikan nila merah Oreochromis niloticus yang hidup bersama ikan lainnya mengalami akumulasi Pb yang akan bertambah bila kadar logam berat tersebut dalam air bertambah. Penelitian Herma nsyah 1995 menyatakan bahwa organ hati yang mengakumulasi Pb akan mengalami liii kerusakan jaringan yaitu degenerasi lemak, hiperemi pembengkakan, dan nekrosa. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh ikan juga menyebabkan gangguan fisiologis, sehingga ikan berusaha mengeluarkannya sebagai bagian dari proses detoksifikasi. Pengaruh kadar logam berat dan lama ikan hidup di air yang mengandung logam berat, juga mempengaruhi akumulasi logam berat pada insang. Kadar logam berat dan lama interaksi berpengaruh sangat nyata terhadap kadar Pb pada insang ikan nila merah. Semakin tinggi kadar Pb dalam media uji, semakin banyak Pb yang terakumulasi pada insang ikan yang diuji. Akumulasi logam berat di insang meningkat sejalan dengan lamanya waktu interaksi. Namun demikian, waktu interaksi tidak selalu menambah akumulasi logam berat di dalam hati ikan Purwanti, 1995. Bila dibandingkan dengan organ lainnya, insang termasuk organ yang relatif sedikit terakumulasi logam berat. Hal ini karena logam berat yang terakumulasi di insang dapat dicerna dengan cepat dan sebagian diekskresi dari tubuh bersama metabolisme lainnya. Disamping itu, insang ikan merupakan organ respirasi yang sudah tentu dapat mempertukarkan gas yang dibutuhkan tubuh dan sekresi limbah termasuk logam berat. Logam berat banyak terakumulasi pada tulang. Hasil penelitian Suwirna et al. 1980 mengenai akumulasi logam berat pada organ ikan kembung Rastrelieger sp, ikan mujair Oreochromis mossambicis, dan ikan bawal Pampus chinensis menunjukkan bahwa akumulasi Pb pada ketiga jenis ikan tersebut dari yang paling banyak berturut-turut adalah tulang, insang, isi perut, dan daging. Organ lain yang dapat mengakumulasi logam berat adalah otak. Hasil penelitian Suwirna et al. 1980 menunjukkan bahwa kadar Hg pada otak ikan kembung dan ikan bawal lebih tinggi dari kadar Hg pada tulang, isi perut, dan insang. Secara keseluruhan, kadar Hg pada tubuh ikan kembung dan ikan bawal lebih tinggi daripada kadar Hg pada tubuh ikan mujair. Moore dan Ramamorthy 1984 meneliti tentang penyebaran logam berat pada lahan melalui genangan air yang mempengaruhi kepadatan, keanekaragaman, dan komposisi jenis avertebrata bentik. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar logam berat di dekat sumber limbah tinggi, sedangkan pada liv jarak 1 km dari sumber limbah menurun tajam. Kadar logam yang tinggi menyebabkan kepadatan avertebrata bentik turun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman dan komposisi jenis. Hasil penelitian Sule 1994 terhadap kadar Cd da n Pb pada air tanah air sumur yang berdekatan dengan lokasi pembuangan limbah memperlihatkan : a kadar Cd dan Pb untuk jarak 0 m berurut -turut adalah 0,02 ppm dan 1,00 ppm; b kadar Cd dan Pb untuk jarak 50 m berurut-turut adalah 0,01 ppm dan 0,40 ppm; dan c kadar Cd dan Pb untuk jarak 100 m berurut-turut adalah 0,02 ppm dan 1,00 ppm. Bila dibandingkan dengan batas maksimum logam berat untuk air minum dan air bersih menurut Kep. MENKES RI No. 416 MENKESPER IX1990 maupun batas maksimum logam berat untuk air golongan C dan D menurut PP RI No. 20 tahun 1990, maka kadar Cd dan Pb air sumur tersebut telah melebihi batas aman, sehingga berbahaya bila digunakan untuk air minum, air bersih, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha pertanian. Pada usaha pertanian, kadar logam berat selain ditentukan oleh jenis tanaman yang diusahakan, juga ditentukan oleh lokasi penanaman. Hasil penelitian Indrawati 1994 terhadap kangkung darat Ipomoea reptans, bayam Amaranthus tricolor, da n selada Lactuca sativa pada bantaran Sungai Ciliwung-Banjir Kanal dan bantaran Sungai Sunter memperlihatkan : a kadar Cd pada selada yang ditanam pada kedua banataran sungai berbeda secara nyata; dan b kadar Pb pada kangkung, bayam maupun selada yang ditanam pada kedua bantaran sungai berbeda sangat nyata. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan kadar Cd maupun Pb pada tanah di kedua bantaran sungai, yaitu : a untuk kadar Cd di bantaran Sungai Ciliwung-Banjir Kanal sekitar 0,030 ppm, sedangkan di bantaran Sungai Sunter sekitar 0,094 ppm; dan b untuk kadar Pb di bantaran Sungai Ciliwung-Banjir Kanal sekitar 0,785 ppm, sedangkan di bantaran Sungai Sunter sekitar 1,693 ppm. Bila dibandingkan dengan kisaran aman logam berat dalam tanah menurut Reseau National d’Observation 1981, dalam Razak, 1986, maka kadar Cd dan Pb pada bantaran Sungai Ciliwung- Banjir Kanal dan bantaran Sungai Sunter masih aman untuk usaha pertanian. lv Penelitian Indrawati 1994, juga mengkaji pemanfaatan kangkung dan bayam sebagai bahan makanan sayuran. Hasilnya memperlihatkan : a kangkung dari bantaran Sungai Ciliwung-Banjir Kanal maupun bantaran Sungai Sunter aman untuk dikonsumsi karena kadar Cd dan Pb masih di bawah batas maksimum logam berat dalam makanan menurut DEPKES RI No. 03725 BSK1989 batas maksimum Cd dan Pb adalah berturut-turut 1 ppm dan 2 ppm; dan b bayam dari bantaran Sungai Ciliwung-Banjir Kanal aman untuk dikonsumsi, sedangkan dari bantaran Sungai Sunter tidak aman karena mempunyai kadar Pb yang tinggi 3,649 ppm. Nilai ekonomi air juga menjadi titik perhatian pada saat lingkungan mengalami perubahan akibat pencemaran termasuk oleh logam berat, sementara masyarakat sangat bergantung kepada sumberdaya air. Penelitian yang dilakukan oleh Arianti 1999 tentang permintaan dan penawaran air bersih PDAM di Kodya Bengkulu memperlihatkan permintaan air yang meningkat akibat keterbatasan air bersih. Masyarakat sanggup membayar untuk pengadaan air bersih dengan kuantitas maupun kualitas yang lebih baik yang ditunjukkan oleh kesediaan membayar lebih dari tarif normal yaitu dengan penambahan sekitar Rp 25,- sampai Rp 200,- per m 3 air PAM. Anwar 1992 menyatakan bahwa nilai ekonomi air sangat terkait dengan struktur pasar yang ber sifat tidak sempurna, karena air termasuk sumberdaya milik umum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai atau harga pasar air tidak ada, sehingga sering ditentukan secara sepihak oleh produsen price maker atau price setter. Disamping itu, jumlah pr odusen lebih sedikit daripada konsumen. Kondisi ini akan mengarah pada struktur pasar monopoli dan terjadi inefisiensi pengalokasian air yang berakhir pada kegagalan pasar. Hasil penelitian Tietenberg 1994 memperlihatkan bahwa perubahan nilai ekonomi air dan inefesiensi pengalokasian air dapat disebabkan antara lain oleh : a pembatasan dalam hal pendistribusian air restrictions on transfers; b penetapan harga air water pricing yang tidak menjamin pengalokasian yang efisien; dan c masalah kepemilikan umum common property problems, sehingga air cenderung habis terkuras dalam waktu singkat dan para pengguna tidak mempunyai inisiatif untuk melakukan konservasi. lvi

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian