21 bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi Hasibuan, 2003. Kepemimpinan yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah
kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan cenderung berbeda dari waktu ke waktu, dari situasi yang satu pada situasi yang lain, ada pemimpin yang cenderung mengarahkan
direktif, selalu memberi petunjuk kepada pengikutnya dan ada pula yang cenderung memberi dukungan supportif. Dalam situasi yang lain, kedua gaya kepemimpinan
tersebut dapat dikombinasikan dalam pelaksanaannya Wahjosumidjo, 1987. Gaya kepemimpinan dapat dibedakan atas empat tipe, yaitu:
1. Tipe Direktif
Tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pimpinan membatasi peranan bawahan dan menunjukan kepada bawahan apa, kapan, dimana dan
bagaimana suatu tugas harus dilaksanakan, serta akan menghukum dan mengancam bawahannya bila gagal dalam melaksanakan pekerjaan yang
ditentukan. Jalannya pekerjaan diawasi ketat oleh pemimpin. Semua pemecahan masalah dan pengambilan keputusan tentang pekerjaan semata-mata menjadi
tanggung jawab pemimpin, yang kemudian disampaikan kepada bawahannya.
2. Tipe Konsultatif
Tipe ini menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan pengarahan kepada bawahan. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh
pemimpin setelah mendengarkan keluhan dari bawahannya. Pemimpin mengemukakan berbagai ketentuan dan tujuan umum setelah melalui proses
diskusi atau konsultasi dengan bawahan dalam bentuk penghargaan dan hukuman.
3. Tipe Partisipatif
Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpinan dan bawahan dalam keadaan seimbang, pemimpin dan bawahan sama-sama
terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sehingga komunikasi dua arah semakin meningkat. Motivasi diberikan dengan melihat
pentingnya peran bawahan dalam organisasi. Keikutsertaan bawahan dalam
22 mengambil keputusan dan pemecahan masalah semakin bertambah karena
pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
4. Tipe Delegatif
Tipe ini pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya
kepada bawahan. Bawahan diberi wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan pimpinan.
Menurut Stoner 1992, fungsi kepemimpinan yang bertalian dengan tugas dan pembinaan kelompok, cenderung diekspresikan dalam dua gaya kepemimpinan
yang berbeda. Pemimpin yang berorientasi pada tugas mengawasi bawahan secara ketat untuk memastikan bahwa tugas dilaksanakan secara memuaskan, sedangkan
pemimpin yang berorientasi pada pekerja lebih berusaha memotivasi daripada mengontrol bawahan.
Menurut Azalnaa 2003, gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala bagian Unit Produksi dan Pemasaran Pupuk Kompos PT. Sang Hyang Seri adalah delegatif-
konsultatif, hal ini dapat diketahui dalam pelaksanaan tugas harian yang biasanya cenderung mendelegasikan dan memberikan kepercayaan penuh kepada Kasubag
untuk menjalankan mekanismenya secara teknis, namun tidak tertutup kemungkinan untuk selalu mendiskusikan perihal pekerjaan tersebut agar keputusan yang
dilakukan dapat menghasilkan sesuatu yang optimal dalam penerapannya, sedangkan gaya kepemimpinan yang diterapkan Kasubag adalah kombinasi delegatif, hal ini
dapat diketahui dari sikap pendelegasian setiap tugas kepada mandor untuk mekanisme pelaksanaannya dan cenderung tanpa melibatkan mandor dalam proses
pengambilan keputusan.
Pengukuran Gaya Kepemimpinan
Menurut Thoha 1991, gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukan oleh seorang pemimpin dan sebagai yang diketahui oleh
pihak lain atau pengikutnya. Pola perilaku umum yang biasanya terlihat antaranya perilaku yang berorientasi pada tugas dan perilaku yang berorientasi pada hubungan.
Perilaku yang berorientasi tugas adalah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peranan-peranan dari anggota-anggota kelompok
23 atau para pengikut; menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-
masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya dan bagaimana tugas- tugas itu harus dicapai. Selanjutnya disifati oleh usaha-usaha untuk menciptakan pola
organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas dan cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.
Perilaku yang berorientasi hubungan adalah suatu perilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi antara dirinya
dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikutnya dengan cara membuka lebar-lebar jalur komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab dan memberikan
kesempatan pada para bawahan untuk menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh dukungan sosioemosional, kesetia-kawanan dan kepercayaan bersama.
Fast Food
Tahun 1993, Corinthian Infopharma Corpora mengadakan riset yang memberikan beberapa pengertian tentang fast food, yaitu:
1. Makanan yang disajikan dengan cepat dan mempunyai standar tertentu yang
meliputi mutu, pelayanan dan harga, 2.
Makanan yang dijual pada outlet-outlet tertentu yang memiliki ruangan untuk bersantap di tempat tersebut, baik yang melayani sendiri maupun dengan
prasmanan, 3.
Makanan serba cepat, unik dan sudah terkenal, 4.
Bahan makanan yang dijual pada restoran yang dioperasikan pada skala tertentu dan hidangan yang disajikan dapat diproduksi secara massal.
Perubahan gaya hidup merupakan faktor utama popularitas restoran fast food Eschlemen, 1984. Perkembangan bisnis fast food yang pesat di Indonesia telah
menimbulkan persaingan antara berbagai merek fast food, baik fast food lokal maupun asing. Struktur industri fast food asing lebih rumit daripada fast food lokal,
karena fast food asing tidak lepas dari franchisornya di luar negeri. Umumnya fast food
asing menjalankan sistem franchise format bisnis yaitu pemberian sebuah lisensi oleh suatu pihak franchisor kepada pihak lain franchisee, lisensi tersebut
memberi hak kepada franchisee untuk berusaha menggunakan keseluruhan paket termasuk melatih orang dalam bisnis tersebut dan menjalankannya atas dasar yang
telah ditentukan sebelumnya Corinthian Infopharmaa Corpora, 1993.
24 Berbeda dengan restoran keluarga pada umumnya, restoran fast food
memiliki ciri khas yaitu hidangan telah siap tersedia, pelayanan tersendiri, suasana santai, kesan bergengsi dan pelayanan cepat Evans dan Berman, 1982.
Sebagian orang berpendapat bahwa fast food adalah junk food atau makanan sampah. Padahal fast food juga mengandung sejumlah zat gizi seperti protein, lemak,
kalori dan sodium yang cukup tinggi. Fast food juga merupakan sumber yang baik untuk tiamin, riboflavin, niacin dan vitamin B12, tetapi miskin akan vitamin A,
vitamin B6, asam pentatonic, vitamin C dan serat. Dengan demikian perlu sejenis makanan lain untuk mensuplai kekurangan zat gizi dan serat yang terdapat dalam fast
food Eschlemen, 1984.
Waralaba
Waralaba berasal dari kata wara lebihistimewa dan laba untung. Waralaba berarti persetujuan legal atas pemberian hak atau keistimewaan untuk
memasarkan suatu produk atau jasa dari pemilik pewaralaba kepada pihak lain terwaralaba yang diatur dalam suatu aturan permainan tertentu Mendelshon,
1993. Waralaba diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen LPPM, sebagai kata padanan Frenchise. Frenchise adalah pemberian lisensi atau hak pakai seseorang Franchisor kepada orang lain
Franchise untuk berusaha di bawah nama trademarktradename yang dimilikinya. Kerjasama diadakan atas dasar kontrak royalty Sukandar, 1993.
25
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Restoran McDonald’s Mal Depok. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 18 Juli sampai dengan 06 Agustus 2005.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini tidak melakukan penarikan sampel, seluruh populasi dilibatkan secara sensus di dalam penelitian ini. Dengan jumlah responden sebanyak 36 orang
karyawan McDonald’s Mal Depok, tetapi 3 orang karyawan tidak diwawancarai karena mengalami cacat fisik Tuna wicara dan tidak diberikan izin untuk
diwawancarai.
Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian deskriptif yang bersifat korelasional.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung dilokasi penelitian
dan wawancara langsung dengan para responden dengan menggunakan daftar pertanyaan kuesioner, yang meliputi:
1. Faktor individu adalah ciri-ciri yang terdapat pada diri responden yang bekerja
pada restoran tersebut, meliputi: a.
Umur yaitu umur responden pada saat penelitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan pada ulang tahun terdekat.
b. Pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal tertinggi SD, SMP, SMU dan
Perguruan Tinggi yang dimiliki oleh responden. c.
Lama bekerja yaitu waktu bekerja responden pada restoran yang dihitung dalam tahun dari pertama bekerja sampai penelitian ini dilakukan.
d. Pendapatan yaitu sejumlah uang yang diterima responden tiap bulannya.
e. Jumlah tanggungan keluarga yaitu banyaknya anggota keluarga yang
ditanggung oleh responden yang dinyatakan dalam satuan orang. f.
Kepribadian yaitu cara-cara seorang individu atau responden untuk dapat bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Variabel ini diukur dalam skala
26 interval yang menggunakan semantik diferensial dengan indikator:
1 Keramahan; 2 Mantap secara emosi; 3 Dominan; 4 Keberanian; 5 Mempercayai; 6 Percaya diri; 7 Berdiri sendiri dan 8 Santai.
Berdasarkan delapan indikator tersebut, kepribadian karyawan dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu cenderung terbuka dan cenderung tertutup.
2. Faktor perusahaan adalah ciri dan kondisi restoran tempat responden bekerja
yang berperan dalam peningkatan motivasi yang diukur dengan skala ordinal berdasarkan persepsi responden dengan indikator sebagai berikut:
a. Gajiupah yaitu pemberian balas jasa berupa sejumlah uang yang diterima
responden termasuk tunjangan, bonus dan lain-lain. b.
Keamanan kerja yaitu pemberian jaminan pekerjaan dari restoran kepada responden.
c. Kondisi kerja yaitu suatu keadaan dan situasi di dalam restoran tempat kerja
responden berupa keadaan fisik maupun sosial yang mempengaruhi responden dalam melaksanakan pekerjaanya.
d. Supervisi yaitu suatu bentuk pengawasan terhadap pekerjaan pada restoran
tempat responden bekerja. e.
Kebijakan perusahaan dan administrasi yaitu segala suatu ketentuan dan keputusan yang dibuat dan ditetapkan oleh restoran yang berlaku bagi semua
karyawan. Peraturan dan kebijakan dapat berupa waktu kerja, keterlambatan, ketidakhadiran, absen, sanksi, cuti dan lembur.
f. Prestasi yaitu pemberian pengakuan prestasi kerja dengan pemberian suatu
tanda jasa yang berupa barang, bonus atau promosi yang diberikan oleh perusahaan kepada responden.
g. Pengakuan atau penghargaan yaitu pemberian pengakuan oleh perusahaan
kepada responden yang bisa berupa pujian dan penghargaan atas loyalitas. h.
Tanggung jawab yaitu tanggung jawab pekerjaan yang diberikan perusahaan kepada responden.
i. Pekerjaan yaitu jenis pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan kepada
responden berdasarkan keahlian masing-masing.
27 j.
Pengembangan yaitu kesempatan yang diberikan oleh perusahaan kepada responden untuk dapat meningkatkan keahlian, berupa promosi jabatan,
program pendidikan dan pelatihan. 3.
Gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku bawahan yang dinilai berdasarkan persepsi
karyawan yang diukur dengan skala nominal. Gaya kepemimpinan dibedakan atas gaya kepemimpinan direktif, konsultatif, partisipatif dan delegatif.
4. Motivasi kerja karyawan adalah dorongan dari dalam diri responden untuk
bekerja dengan baik agar mencapai tujuan pribadinya maupun tujuan perusahaan, yang diukur dengan skala ordinal berdasarkan pada kemauan bekerja keras,
kemauan bekerja sama dan kemauan bertanggung jawab. a.
Kemauan bekerja keras memiliki tiga indikator, yaitu: responden bersedia bekerja keras di dalam kantor dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
peraturan dan kebijakan perusahaan, karyawan bersedia bekerja di dalam jam kerja sebagai kerja lembur dan karyawan bersedia bekerja di luar jam kerja
tetapi tidak dihitung sebagai jam kerja. b.
Kemauan bekerja sama memiliki dua indikator, yaitu: karyawan bersedia menggantikan tugas rekan kerja bila rekan tersebut tidak dapat masuk kerja
dan karyawan bersedia membantu kesulitan rekan kerja. c.
Kemauan bertanggung jawab memiliki tiga indikator, yaitu: karyawan bersedia bekerja tidak sembarangan, melainkan harus sesuai dengan standar
kerja, karyawan bersedia untuk memperbaiki kesalahan tugasnya dan karyawan bersedia menerima sanksi bila pekerjaannya tidak dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Data sekunder yang dikumpulkan mencakup: 1 keadaan restoran; 2
fasilitas restoran; 3 organisasi restoran dan 4 jumlah karyawan.
Validitas dan Reliabilitas Validitas
Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, validitas instrumen menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur hal yang ingin diukur. Unsur penting dari prinsip validitas adalah kejituan dan ketelitian. Dalam penelitian ini, langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengusahakan validitas instrumen adalah sebagai berikut:
28 1.
Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukan para ahli yang tertulis di dalam literatur,
2. Mendiskusikan isi pertanyaan dengan ahlinya,
3. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan dan kondisi karakteristik
responden, 4.
Merevisi pertanyaan yang kurang dapat dipahami oleh responden.
Reliabilitas Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, reliabilitas instrumen adalah
indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Reliabilitas alat ukur dalam penelitian diuji dengan melakukan uji coba
kuesioner terhadap orang-orang yang bukan responden penelitian, tetapi memiliki karakteristik yang sama. Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan teknik
belah dua Singarimbun dan Effendi,1989, dengan rumus sebagai berikut:
tt r
tt r
tot r
. 1
. 2
. +
=
Keterangan: r. tot : angka reliabilitas seluruh jawaban
r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Berdasarkan hasil uji perhitungan reliabilitas diperoleh nilai r alpha sebesar 0.7019. Nilai r alpha lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel 0,632, dengan
demikian instrumen penelitian ini reliabel. Pengumpulan Data
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung di restoran McDonald’s Mal Depok. Data dikumpulkan melalui:
1. Pengamatan langsung di lapangan, terhadap pimpinan dan karyawan di restoran
McDonald’s Mal Depok. Wawancara terstruktur langsung kepadaa responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya,
2. Wawancara terbuka dan mendalam terhadap beberapa informan khusus yang
mengetahui tentang restoran, 3.
Pengumpulan data sekunder dari restoran, perpustakaan dan instansi yang terkait dan relevan.
29 Kegiatan penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai tanggal 18
Juli sampai dengan 06 Agustus 2005.
Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan data tersebut diuji secara statistik non-parametrik dengan menggunakan korelasi
Rank-Spearman dan Chi-Square dengan menggunakan program SPSS untuk melihat hubungan gaya kepemimpinan, faktor internal dan faktor eksternal dengan motivasi
kerja karyawan. 1. Korelasi Rank-Spearman digunakan untuk mengukur korelasi variabel ordinal,
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: rs = Koefisien korelasi rank-spearman
di = Selisih antara dua pengamatan berbeda N = Total pengamatan
2. Korelasi Chi-Square digunakan untuk mengukur korelasi variabel nominal, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: X
2
: Hasil chi-square Oij : Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i
Eij : Banyaknya kasus yang diharapkan di bawah Ho dikategorikan dalam baris ke-i dalam kolom ke-j
k j
i n
k =
=
Σ Σ
1
: Jumlah semua baris n dan semua kolom k
Sumber: Siegel, 1997
Eij Eij
Oij k
j i
n k
X
2
1 2
− =
=
Σ Σ
=
N N
di rs
n i
− −
=
∑
= 3
1 2
6 1
30 Untuk menghitung koefisien korelasinya digunakan ukuran Kontingensi C
dengan rumus sebagai berikut Sulaiman, 2003:
Ket:
2
x : Nilai chi-square
n : Jumlah anggota sampel Koefisien korelasinya diartikan oleh Guilford dalam Rakhmat 2002, sebagai
berikut: 0,20 : Hubungan rendah sekali
0,20 – 0,40 : Hubungan rendah 0,40 – 0,70 : Hubungan cukup
0,70 – 0,90 : Hubungan tinggi 0,90 : Hubungan sangat tinggi
Definisi Istilah 1.
Pemimpin
Seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan serta bertanggungjawab atas pekerjaan bawahannya
dalam mencapai suatu tujuan
2. Gaya kepemimpinan