Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

(1)

Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan

pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur

Tanjungbalai

Skripsi

Oleh

Rika

NIM : 111121026

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2013


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Perilaku

Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, Ikhsanudin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Hj. Diah Retno W, selaku Direktur RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama mengikuti perkulihan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I, yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

7. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II, yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

8. Kepala Bidang Keperawatan beserta staf RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai, yang telah membantu dalam proses penelitian.


(4)

9. Kepala Bidang Program beserta staf RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai, yang telah membantu dalam proses penelitian.

10.Kepala ruangan dan perawat pelaksana di instalansi rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai, yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

11.Orang tua tercinta bapak Kusmin dan ibu Rohani yang senantiasa mendoakan, meridhoi setiap langkah dan hidup penulis serta memberikan motivasi bagi penulis untuk terus maju.

12.Teristimewa kepada suami tercinta Efri Adhar dan my little angel Hani Khalilah Adhar yang merupakan spirit dan kekuatan bagi penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam kondisi apapun.

13.Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Ekstensi Pagi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan bantuan, motivasi dan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, oleh karena itu kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam pengembangan ilmu keperawatan.

Medan, Januari 2013 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul

Lembar Pengesahan ... i

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Abstrak ... viii

Bab 1 Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1. Perilaku ... 7

2.1.1. Defenisi Perilaku ... 7

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 9

2.2. Caring Parawat ... 10

2.2.1. Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring ... 10

2.2.2. Elemem-elemen Utama Caring ... 13

2.2.3. Tahap-tahap dalam Caring ... 19

2.3. Asuhan Keperawatan ... 21

2.3.1. Defenisi Asuhan Keperawatan ... 21

2.3.2. Standar Praktik Keperawatan ... 22

2.3.3. Tujuan Standar Keperawatan ... 22

Bab 3 Kerangka Penelitian ... 24

3.1. Kerangka Penelitian ... 24

3.2. Definisi Operasional ... 25

Bab 4 Metodologi Penelitian ... 26

4.1. Desain Penelitian ... 26

4.2. Populasi dan Sampel ... 26

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.4. Pertimbangan Etik ... 27

4.5. Instrumen Penelitian ... 28

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

4.7. Teknik Pengumpulan Data ... 31

4.8. Analisa Data ... 31

Bab 5 Hasil Dan Pembahasan ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33


(6)

Bab 6 Simpulan dan Saran ... 44 6.1. Simpulan ... 44 6.2. Saran ... 44

Daftar Pustaka Daftar Lampiran

1. Informed Consent

2. Kuesioner Penelitian 3. Lembar Bukti Validitas 4. Jadwal Penelitian 5. Taksasi Dana

6. Lembar Bukti Bimbingan 7. Hasil Penelitian

8. Surat Izin Penelitian 9. Daftar Riwayat Hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 25 Tabel 2. Tendensi Sentral Data Demografi Umur Responden di RSUD

Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55) ... 34

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Data Demografi Responden di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55) ... 34 Tabel 4. Distribusi Persentase Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Berdasarkan Sepuluh Faktor

Caratif ... 36 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Caring Perawat

Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55) ... 37


(8)

Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Nama : Rika Nim : 111121026 Fakultas : Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pentingnya perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dan asuhan keperawatan yang bermutu sehingga kepuasan akan dirasakan pasien dan mendorong untuk mempercepat kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Dengan menggunakan desain deskriptif, pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 55 orang diambil dari seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap dan sudah menjadi pegawai negeri sipil. Instrument penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner perilaku caring perawat yang dikembangkan menurut kesepuluh faktor caratif Watson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,7% responden menunjukkan perilaku caring baik dan 47,3% responden menunjukkan perilaku caring cukup. Perilaku caring yang baik dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.


(9)

Judul : Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Nama : Rika Nim : 111121026 Fakultas : Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pentingnya perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dan asuhan keperawatan yang bermutu sehingga kepuasan akan dirasakan pasien dan mendorong untuk mempercepat kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Dengan menggunakan desain deskriptif, pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 55 orang diambil dari seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap dan sudah menjadi pegawai negeri sipil. Instrument penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner perilaku caring perawat yang dikembangkan menurut kesepuluh faktor caratif Watson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,7% responden menunjukkan perilaku caring baik dan 47,3% responden menunjukkan perilaku caring cukup. Perilaku caring yang baik dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat sebagai suatu profesi, memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan sesuai dengan standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien. Kualitas asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: kondisi pasien, pelayanan keperawatan termasuk tenaga keperawatan di dalamnya, sistem manajerial dan kemampuan rumah sakit dalam melengkapi sarana prasarana, serta harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan atau keperawatan yang diberikan di rumah sakit tersebut (Nurachmah, 2001).

Tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989), menempatkan caring sebagai dasar dalam praktik keperawatan. Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah caring sedangkan ¼ adalah curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tidak dapat disangkal lagi bahwa perawat akan membuat suatu perbedaan yang besar antara caring dan curing (Marriner, 1998).


(11)

Persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan perlu diperhatikan oleh pemberi pelayanan kesehatan karena masyarakat yang menilai baik buruknya pelayanan di Rumah Sakit, misalnya instalasi rawat inap. Dalam hal ini perawat perlu memperhatikan tingkat kepuasan pasien, meminimalkan biaya atau waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap sasaran. Umpan balik atau informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk terhadap kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan (Kotler, 2005).

Hasil penelitian menyebutkan tentang perilaku caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil penelitian Sobirin (2002), didapatkan bahwa penerapan perilaku caring lebih dari separuh perawat pelaksana (52,5%) di RSUD Unit Swadana Kabupaten Subang termasuk kategori rendah. Hasil penelitian Agustin (2002) di RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang menyebutkan bahwa hampir separuh perawat dinilai tidak caring (48,5%).

Hasil penelitian yang telah dilakukan Anjaswarni, Keliat, dan Sabri (2002) mengenai analisis tingkat kepuasan klien terhadap perilaku caring perawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang menunjukan bahwa rata-rata tingkat kepuasan klien terhadap perilaku caring adalah 82,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian tingkat kepuasan pasien mendekati 100% yang berarti cenderung merasa puas dengan perilaku caring perawat. Sedangkan hasil penelitian oleh Sumarwati (2006) di sebuah rumah sakit di Yogyakarta, tentang gambaran perilaku caring perawat pada pasien penderita kanker. Hasil penelitian menunjukkan dari 67 orang responden 54 orang mengatakan perilaku caring


(12)

perawat kurang baik karena mereka kurang mengerti akan kebutuhan dasar yang diperlukan pasien. Hal ini menunjukan bahwa perilaku caring perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Menurut penelitian Hartati (2007) di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta manyatakan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan masih kurang terutama dalam dimensi keperdulian (caring). Penelitian mengukur tingkat kepuasan pasien yang menyatakan 15 aspek kepuasan yang harus diperhatikan perawat untuk memuaskan pasien, namun hanya 8 yang akan digunakan yaitu: nursing is caring, nursing is sharing, nursing is helping, nursing is respecting, nursing is doing, nursing is feeling, nursing is accepting, nursing is beleaving, hal itu didukung hasil penelitian sebelumnya oleh Ryan (2009) tentang aspek-aspek kepuasan pasien rawat inap di sebuah rumah sakit di Jakarta, pada 92 responden yang berpendapat sangat setuju bahwa aspek-aspek pelayanan perawat yang mempengaruhi kepuasan mereka sebagai pasien adalah; aspek perhatian (caring) 98,74%, pertolongan (helpness) 97,08%, penghargaan (respection) 95,60%, penerimaan (accepten) 95%, kerjasama (sharing) 93,25%, percaya diri (beleaving

in self) 92,80%. Maka pelayanan perawat yang dapat memuaskan pasien lebih

tinggi pada aspek perhatian (caring) dari aspek-aspek lainnya.

Hasil penelitian Malini (2009) yang mengidentifikasi perilaku caring perawat di RS Dr. M. Djamil Padang didapati perawat masih kurang ramah dalam melayani pertanyaan pasien, berperilaku tidak bersahabat dan jarang tersenyum. Begitu juga dengan hasil pengamatan Suwardi (2008) terhadap komunikasi


(13)

perawat yang cenderung emosi saat menerima keluhan dari pasien, perawat yang hanya duduk-duduk di ruang perawat, perawat yang cenderung tidak tahu mengenai kondisi pasien, program pengobatan yang sudah diberikan dan yang akan diberikan, serta perawat yang kurang memahami keluhan yang dirasakan pasien. Ini menunjukkan bahwa perilaku caring masih kurang ditunjukkan oleh perawat yang bekerja di rumah sakit.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Simarmata (2011), tentang prilaku

caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan

jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Medan menunjukkan bahwa 58,3% responden menunjukkan perilaku caring yang cukup, dan 41,7% responden memperlihatkan perilaku caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.

Visi RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai yaitu mewujudkan Rumah Sakit yang berkualitas dalam pelayanan, sarana, dan prasarana menuju Kota Tanjungbalai sehat 2020. Misinya yaitu melaksanakan pelayanan medis yang bermutu tinggi, cepat, tepat, ramah dan meningkatkan profesionalisme pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna serta terjangkau masyarakat. Keperawatan sangat berperan penting dalam tercapainya visi misi ini. Kemampuan perawat dengan memberikan pelayanan yang baik dan menciptakan


(14)

komunikasi yang menyenangkan terhadap pasien merupakan salah satu faktor penyebab kepuasan yang akan dirasakan oleh pasien dan mendorong untuk mempercepat kesembuhan. Kepuasan pasien ini dapat tercipta dengan caring perawat yang baik, yang penuh perhatian, persahabatan, empati dan simpati dalam melakukan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2006).

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku caring perawatdalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien khususnya di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimanakah perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku

caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruangan


(15)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan agar manajemen rumah sakit dapat memberikan himbauan kepada para perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien selalu dilandasi dengan sikap caring dengan cara berempati, komunikatif sehingga meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien. 1.4.2. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan untuk melakukan pendekatan yang mendalam kepada pasien dalam tindakan asuhan keperawatan yang tidak hanya rutinitas asuhan keperawatan tetapi lebih mengedepankan aspek-aspek psikologis pasien.

1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan terhadap penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku caring perawat yang baik dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu:

2.1. Perilaku

2.1.1. Defenisi Perilaku

Perilaku menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Skinner membedakan adanya dua jenis respon yaitu respondent respons dan operant respons. Respondent respons adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu yang menimbulkan respon yang bersifat relatif tetap misalnya makanan yang lezat dan beraroma akan menimbulakn nafsu makan. Sedangkan Operant respons adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh rangsangan tertentu karena bersifat memperkuat respon. Operant respons tersebut merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, serta kemampuan untuk dimodifikasi sangat besar dan tak terbatas misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respon terhadap gaji yang cukup misalnya (stimulus).


(17)

Kemudian karena kerja baik tersebut menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada teori Bloom (1956), bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan yang mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan sangat luas mencakup : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :


(18)

a. Perubahan Alamiah (Natural Change), adalah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi, dimana dia hidup dan beraktivitas.

b. Perubahan Rencana (Planned Change), adalah perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendari oleh subjek.

c. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change), adalah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), perilaku dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yakni :

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

yaitu faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, keyakinan, dan sebagainya.

b. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

yaitu faktor yang mendukung atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung. Ketersediaan sumber daya kesehatan, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana.


(19)

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

yaitu faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.2. Caring Perawat

2.2.1. Pengertian Caring dan Konsep Dasar Caring

Menurut Carruth, et all 1999, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan. Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun mereka tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan perilaku caring. Perilaku caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada pasien.


(20)

Caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktek keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku tetapi caring adalah cara memiliki makna dan memotivasi tindakan (Marriner, 1998). Caring juga didefenisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatian emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan pasien. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Perilaku caring menolong pasien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini bersifat caring untuk pasien dan bekerja sama dengan pasien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan (Nurachmah, 2001).

Leininger pada tahun 1981 berpendapat bahwa caring adalah komponen umum dalam keseluruhan pelayanan keperawatan, dan tanpa perilaku ekspresi, dan aktifitas terapeutik caring, pelayanan keperawatan menjadi tidak lengkap, tidak adekuat dan dapat dipertanyakan (Leininger, 1981, dalam Berger & Williams, 1992). Pada tahun 1984 Leininger kembali mendefinisikan caring yaitu merujuk kepada pemberian asuhan yang langsung (maupun tidak langsung) dan aktifitas yang memerlukan keterampilan penuh, proses, dan keputusan dalam mendampingi seseorang dengan cara yang merefleksikan atribut-atribut perilaku seperti empati, suportif, perasaan haru, melindungi, memberi pertolongan, edukasi dan lainnya tergantung pada kebutuhan, masalah, nilai dan tujuan dari orang atau kelompok yang didampingi tersebut (Leininger, 1984, dalam Kozier & Erb, 1997).


(21)

Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar. Caring merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dan fokus sentral dari keperawatan (Barnum, 1994). Menurut Watson (1988) dalam Rothrock (1999) mengatakan bahwa caring adalah teladan moral yang membimbing perawat melalui proses pemberian asuhan dan kepedulian yang diketahui.

Wiedenbach (1963) dalam Barnum (1994) menyatakan bahwa tujuan dari seseorang perawat adalah bagian dari efektifitasnya, dimana pekerjaan yang sama akan memiliki hasil yang berbeda apabila dilakukan dengan atau tanpa caring. Seni dari keperawatan terletak pada pemikiran dan perasaan yang digunakan perawat dalam mengobservasi pasiennya, mengidentifikasi dan melayani kebutuhannya, dan memvalidasi bahwa pertolongan yang diberikannya bermanfaat bagi pasien.

Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Potter & perry (2006) menjelaskan bahwa caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Klien dan keluarga mengharapkan kualitas hubungan individu yang baik dari perawat. Percakapan yang terjadi antara klien dan perawat pada umumnya sangat singkat dan tidak menggambarkan adanya suatu hubungan.

Teori yang mendukung pernyataan caring merupakan sentral praktik keperawatan dan bukan sesuatu yang unik dalam praktik keperawatan adalah teori yang dikemukakan oleh Swanson. Swanson (1991, dalam Potter & Perry, 2006) mendefenisikan bahwa caring adalah suatu cara pemeliharaan hubungan dengan


(22)

menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki, dan tanggung jawab. Teori Swanson berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan efektif.

2.2.2. Elemen-elemen Utama Caring

Menurut Watson (1987) dalam Dwidiyanti (1998) fokus utama dari keperawatan adalah (1) faktor-faktor carative yang bersumber dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah, (2) hubungan perawatan transpersonal, dan (3) kesempatan perawatan/momen perawatan. 1. Faktor-faktor carative

Watson mengembangkan sepuluh faktor carative untuk membantu kebutuhan tertentu dari pasien dengan tujuan terwujudnya integritas fungsional secara utuh dengan terpenuhinya kebutuhan biofisik, psikososial dan kebutuhan interpersonal. Kesepuluh faktor carative tersebut adalah :

a. Pendekatan humanistik dan altruistik.

Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik mulai berkembang di usia dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Selain itu perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Sistem nilai ini menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri


(23)

perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada pasien.

b. Menanamkan sikap penuh harapan.

Perawat memberikan kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan. Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses caratif maupun curatif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan spiritual. Dengan menggunakan faktor caratif ini akan tercipta perasaan lebih baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara individu.

c. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

Pengembangan perasaan ini akan membawa pada aktualisasi diri melalui penerimaan diri antara perawat dan klien. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar pada orang lain. Perawat yang mampu untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat orang lain mengekspresikan perasaan mereka. Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi kebutuhan perawat untuk mulai merasakan suatu emosi yang muncul dengan sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui


(24)

perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik (tampil apa adanya). Autentik akan menambah pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang berinteraksi dengan perawat itu.

d. Hubungan saling percaya dan saling membantu.

Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah sangat krusial bagi transpersonal caring. Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah kongruen, empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berinteraksi dan tidak menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain.

e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

Perawat menyediakan waktu dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif maupun negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan pemahaman intelektual maupun emosional pada keadaan yang berbeda.


(25)

f. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.

Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang sistematis dan terstruktur, seperti halnya proses penelitian.

g. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.

Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal klien.

h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung.

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual, dan kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan dan lingkungan yang estetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan perubahan fisik, mental, dan emosional.


(26)

i. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi.

j. Terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan.

Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri. Diakuinya faktor

caratif ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan

hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan kematian, perawat menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau kematian. Watson menyadari bahwa faktor ini sedikit sulit untuk dipahami, tetapi hal ini akan membawa perawat kepada pemahaman yang lebih baik mengenai diri sendiri dan orang lain.

2. Hubungan perawatan transpersonal

Istilah “Transpersonal” memiliki arti hubungan yang mendalam didalam meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan klien. Tujuan hubungan perawatan


(27)

transpersonal berkaitan dengan perlindungan, peningkatan, dan pemeliharaan martabat, kemanusiaan, kesatuan, dan keselarasan didalam orang tersebut.

Nurachmah (2001), hubungan perawat dan pasien adalah suatu bentuk hubungan terapeutik/professional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas hasil intervensi keperawatan melalui suatu proses pembinaan pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan. Hubungan profesional ini diprakasai oleh perawat melalui sikap empati dan keinginan berespon (sense of responsivenessi) serta keinginan menolong pasien (sense of caring).

Hubungan perawatan transpersonal tergantung pada komitmen moral perawat dalam melindungi dan meningkatkan martabat serta dirinya sendiri yang lebih dalam, kesadaran perawat dalam memelihara komunikasi dan menghargai jiwanya serta kesadaran perawat akan potensi untuk penyembuhan karena pengalaman. Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat dalam penilaian yang objektif serta menunjukkan perhatian terhadap subjek, perawat menjadi penghubung dalam pandangan unik dalam proses perawatan. Dengan demikian seorang yang merawat, keduanya terhubung dalam pencapai suatu persepsi atau pemahaman yang sama tentang perawatan.

3. Kesempatan perawatan/momen perawatan

Kesempatan perawatan/momen perawat adalah momen ketika perawat dan pasien bersatu dalam suatu cara dimana kesempatan untuk perawatan manusia tercipta. Keduanya dengan perbedaan dan keunikan masing-masing yang memiliki tanggung jawab untuk menyatukan hubungan satu sama lain. Hal-hal yang


(28)

berikatan dengan pengalaman orang lain tentang perasaan, sensasi tubuh, pemikiran, kepercayaan, tujuan dan harapan serta pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Kesemuanya didasarkan pada pengalaman hidup masa lalu, keadaan sekarang dan masa depan yang dibayangkan dari orang tersebut.

Perilaku caring adalah kegiatan atau tindakan memberikan asuhan keperawatan dengan mengutamakan faktor-faktor carative yang bersumber pada perspektif humanistik dan hubungan sesama manusia yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah.

2.2.3 Tahap-tahap dalam Caring

Murray dan Bevis (1982) dalam Rothrock (1999) membagi tahap perkembangan hubungan kepedulian menjadi empat tingkat yang progresif dan serial yaitu:

a. Tahap Attachman (pertalian); terjadi empat tugas yang menandai pertalian yaitu: Rekognisi (menyadari kehadiran orang lain dan menerima orang lain dapat mempunyai arti), membuka diri (membagi informasi yang beresiko rendah atau tidak mengancam), validasi (memberikan persetujuan pada informasi yang dibagikan atau perilaku yang diperhatikan), potensi (kehendak dan kekuatan untuk memajukan hubungan).

b. Tahap Assiduity (sikap selalu penuh perhatian); selama tahap ini, perhatian yang diteliti diberikan pada kerja menjalin hubungan kepedulian. Perilaku atau tugas dari assiduity ini yaitu: respek, melibatkan, mengakui dan


(29)

menerima keinginan, kebutuhan, kesukaan, perbedaan, dan permintaan orang lain. Potentiality, dimana rekognisi diberikan pada kemungkinan saling meningkatkan hubungan yang tidak terjadi dengan mengorbankan individualitas orang lain. Memperhatikan, melibatkan mendengar dan menemani orang lain. Kejujuran, diperlukan agar hubungan menjadi terbuka, kejujuran dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan. Membuka diri, tahap dua lebih dalam pengertiannya dari tahap satu. Tanggung jawab, diperlukan untuk hubungan memperlihatkan yang meliputi rasa tanggung jawab diri sendiri dan tanggung jawab untuk menerima orang lain. Kepercayaan, terbangunnya percaya diri mengakui kemampuan setiap orang untuk meminta bantuan dan pertolongan. Dan yang terakhir pada tahap ini adalah keberanian, keberanian mendorong hubungan memperhatikan siap untuk maju ke tahap berikutnya.

c. Tahap Intimasi; tugas dalam tahap ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan), membuka diri (mempunyai arti menempatkan seseorang dalam posisi yang terbuka), wawasan (memilki pandangan yang tepat terhadap orang lain), dan pelibatan (orang lain dapat dilibatkan dalam hubungan tanpa terancam).

d. Tahap Konfirmasi; meliputi validasi personal yang menghasilkan perasaan positif tentang kesadaran dan pertumbuhan diri. Augmentasi memungkinkan untuk memperbesar, memperkuat, dan mempermudah hubungan memperhatikan. Daya tahan karena kemampuan untuk peduli dengan dasar yang luas maka hasilnya adalah keluasan.


(30)

2.3. Asuhan Keperawatan

2.3.1. Defenisi Asuhan Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat ataupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Asmadi, 2008).

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hamid, 2001).

Menurut Ali (2001) defenisi asuhan keperawatan yaitu:

a. Proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

b. Dilaksanakan berdasarkan kaedah-kaedah keperawatan sebagai profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik, dan didasarkan pada kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien.

c. Merupakan inti pelayanan yang berupaya untuk membantu mencapai kebutuhan dasar melalui bentuk-bentuk tindakan, memanfaatkan potensi dari berbagai sumber.


(31)

2.3.2. Standar Praktik Keperawatan

Standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima, serta layak dalam praktik keperawatan. Standar praktik menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut (Nursalam, 2009).

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya. Menurut CHS (1983) dalam Nursalam (2009), praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional haruslah menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar dan ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan.

Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekaryaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2009).

2.3.3. Tujuan Standar Keperawatan

Menurut Gillies (1989) dalam Nursalam (2009), tujuan standar keperawatan adalah sebagai berikut:


(32)

Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

b. Mengurangi biaya asuhan keperawatan

Apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam standar, maka beberapa kegiatan keperawatan yang tidak perlu dapat dihindarkan.

c. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.

Standar keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang wajib dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga perawat akan dapat memahami setiap tindakan yang dilakukan.


(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka dalam penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku

caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di RSUD Dr.

Tengku Mansyur Tanjungbalai. Perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien sangat berperan dalam mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien. Perilaku caring ini dibagi dalam sepuluh faktor caratif berdasarkan Watson (1987) dalam Dwidiyanti (1998) yaitu pendekatan humanistik dan altruistic, menanamkan sikap penuh harapan, kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan

problem solving dalam mengambil keputusan, peningkatan belajar mengajar

interpersonal, menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung, memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diuraikan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Perilaku caring perawat

Kategori: - Baik - Cukup - Kurang


(34)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1. Perilaku caring perawat

Sikap perawat di RSUD Dr.

Tengku Mansyur Tanjungbalai dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di

ruangan rawat inap seperti: mendengarkan penuh perhatian keluhan yang dirasakan oleh pasien, membantu pasien dalam menyelesaikan masalahnya, membantu pasien untuk melakukan suatu tindakan

dengan cara mempraktekkannya, dan

memberikan sikap empati, suportif, melindungi, memberi pertolongan dan pendidikan kesehatan yang terwujud dalam kesepuluh faktor caratif.

Kuesioner Interval Baik = 109-144 Cukup = 73-108 Kurang = 36-72


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Arikunto, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Berdasarkan data yang didapat dari bidang keperawatan, total perawat pelaksana dari 6 ruang rawat inap adalah sebanyak 55 orang.

4.2.2. Sampel

Pemilihan sampel adalah total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel penelitian bila jumlah sampel dibawah 100 (Arikunto, 2006). Sampel dari seluruh populasi sebanyak 55 orang dengan kriteria perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap dan sudah menjadi pegawai negeri sipil.


(36)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Pertimbangan pemilihan RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai yaitu belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan September 2012.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan izin dari RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Dalam melakukan penelitian ini, ada pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu hak kebebasan dan keberhasilan menjadi responden, serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik ataupun tekanan psikologis.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian yang dilakukan. Selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden. Jika perawat bersedia menjadi responden, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika perawat menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya (self

determination). Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama perawat pada lembar pengumpulan data, tapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut (anonymity). Kerahasian


(37)

informasi perawat dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality) (Nursalam, 2009).

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa instrumen dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari dua bagian; bagian pertama adalah kuesioner untuk data demografi, sedangkan bagian kedua adalah kuesioner perilaku caring perawat.

4.5.1. Kuesioner data demografi

Kuesioner ini meliputi data demografi yaitu umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, suku, dan lama kerja.

4.5.2. Kuesioner perilaku caring perawat

Kuisioner ini terdiri dari 36 pernyataan yang bertujuan mengidentifikasi perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori kesepuluh faktor caratif dalam caring yang dikemukakan oleh Watson (1987) dalam Dwidiyanti (1998) yang mencakup pernyataan tentang pendekatan humanistik dan altruistik pada nomor (1-4), menanamkan sikap penuh harapan (5-8), kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain (9-12), hubungan saling percaya dan saling membantu (13-16), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative (17-19), menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan


(38)

(20-24), peningkatan belajar mengajar interpersonal (25-29), menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung (30-32), memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia (33-34), terbuka pada eksistensial fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan (35-36).

Kuesioner ini menggunakan skala likert dengan menggunakan jawaban pilihan “Tidak Pernah(TP), Kadang-Kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL) jika jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 1, Kadang-Kadang (KK) diberi nilai 2, Sering (SR) diberi nilai 3, Selalu (SL) diberi nilai 4 (Arikunto, 2006).

Rumus statistik p=rentang/banyak kelas (Sudjana, 2002), dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) dan banyak kelas 3 (tiga). Dengan jumlah pernyataan 36 didapat nilai terendah 36, nilai tertinggi 144, maka didapat panjang kelas 36. Hasil yang didapat perilaku caring baik dalam interval 109-144, perilaku caring cukup dalam interval 73-108, dan perilaku caring kurang dalam interval 36-72.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Prinsip validitas adalah mengumpulkan dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Nursalam, 2009). Ada dua hal penting


(39)

harus relevan isi dan relevan cara dan sasaran. Relevan isi adalah isi instrumen harus sesuai dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Relevan cara dan sasaran adalah instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap perbedaan subjek penelitian (Nursalam, 2009). Kuesioner telah divalidasi oleh dosen dari bagian manajemen keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ahli dibidangnya.

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2009). Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1999). Reliabilitas instrumen dilaksanakan uji coba terhadap 20 responden ruangan rawat inap dengan kriteria yang sama di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran dengan alasan karena memiliki tipe rumah sakit yang sama, pemberian asuhan keperawatan yang sama dan kemudahan akses. Responden dalam uji coba kuesioner ini tidak termasuk responden pada penelitian (Sudrajat, 2000). Kemudian peneliti menggunakan komputer untuk analisis crobach’s alpha pada semua item. Hasil uji reliabilitas kuesioner pada penelitian ini adalah 0,845.


(40)

4.7. Teknik Pengumpulan Data

Persiapan awal mulai dilakukan dengan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara). Rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian diajukan ke RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai sebagai tempat penelitian. Setelah mendapatkan izin dari RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai, peneliti melaksanakan pengumpulan data. Sebelumnya peneliti malakukan koordinasi dengan kepala bidang keperawatan dan kepala ruangan.

Responden dalam penelitian ini berasal dari 6(enam) ruangan rawat inap yaitu seluruh perawat pelaksana dan sudah menjadi pegawai negeri sipil. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent. Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan pada pagi hari setelah dokter visite dengan terlebih dahulu membuat kontrak dengan responden, kemudian peneliti bertanya kepada responden terkait dengan isi kuesioner. Peneliti membagi kuesioner dari satu ruangan rawat inap ke ruangan rawat inap lainnya. Interaksi antara peneliti dengan responden berlangsung selama 20 menit di setiap ruangan. Peneliti membagi kuesioner Peneliti memberi waktu 2 jam kepada responden untuk mengisi kuesioner. Setelah semua responden mengisi kuisioner tersebut, maka data dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang belum lengkap maka kuesioner tersebut


(41)

4.8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (koding) untuk memudakan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi (Danim, 2003).

Analisa data menggunakan program komputer dengan menggunakan statistik deskriptif. Analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, umumnya analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini akan dilakukan pada semua sub variabel penelitian dan membuat distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan kategori masing-masing sub variabel.


(42)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap mulai tanggal 26 September sampai 10 Oktober 2012 dengan jumlah responden 55 orang di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjung balai. Penyajian data hasil penelitian meliputi data demografi responden dan perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.

5.1.1. Deskripsi Data Demografi Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur rata-rata responden adalah 32,04 dengan umur termuda responden adalah 24 tahun dan umur tertua adalah 40 tahun, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 47 orang (85,5%), agama islam 45 orang (81,8%), pendidikan D3 sebanyak 49 orang (81,8%), suku Melayu 22 orang (40%), lama kerja <5 tahun dan 5-10 tahun sebanyak 25 orang (45,5%). Hasil penelitian tendensi sentral data demografi umur responden dapat dilihat pada tabel 2. Hasil penelitian distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden dapat dilihat pada tabel 3.


(43)

Tabel 2: Tendensi Sentral Data Demografi Umur Responden di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55)

Data Demografi Minimun Maximum Rata-rata

Umur 24 40 32,04

Tabel 3: Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Data Responden di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55)

No Data Demografi Responden Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. 5. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Agama Islam Kristen Pendidikan Terakhir SPK D3 S1 Suku Melayu Jawa Batak Lama kerja < 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun

8 47 45 10 3 49 3 22 16 17 25 25 5 14,5 85,5 81,8 18,2 5,5 89,1 5,5 40 29,1 30,9 45,5 45,5 9,1


(44)

5.1.2. Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat berdasarkan sepuluh faktor caratif menurut Watson yaitu pendekatan humanistik dan altruistik (80%), menanamkan sikap penuh harapan (71,81%), kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain (76,25%), hubungan saling percaya dan saling membantu (79%), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif (72%), menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan (71,35%), peningkatan belajar mengajar interpersonal (75,8%), menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung (77,75%), memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia (78%), terbuka pada eksistensial, fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan (73,87%). Hasil penelitian distribusi persentase perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan sepuluh faktor caratif dapat dilihat pada tabel 4.


(45)

Tabel 4: Distribusi Persentase Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Berdasarkan Sepuluh Faktor Caratif

Sepuluh faktor caratif Persentase Min Maks Mean 1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 80 1 16 12,80 2. Menanamkan sikap penuh harapan. 71,81 1 16 11,49 3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan

orang lain.

76,25 1 16 12,20

4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.

79 1 16 12,64

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

72 1 12 8,64

6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.

71,35 1 20 14,27

7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.

75,80 1 20 15,16

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung.

77,75 1 12 9,33

9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

78 1 8 6,24

10.Terbuka pada eksistensial

fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan.


(46)

Hasil penelitian menunjukkan perilaku caring dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kategori baik sebanyak 29 responden (52,7%), 26 responden (47,3%) memperlihatkan perilaku caring dengan kategori cukup, dan tidak ada responden yang menunjukkan perilaku caring dengan kategori kurang. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5: Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai (n=55)

Perilaku Caring Frekuensi Persentase

Baik Cukup Kurang

29 26 0

52,7 47,3 0

Total 55 100

5.2. Pembahasan

Dari data hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.

5.2.1. Data Demografi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana dan sudah menjadi pegawai negeri sipil yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur


(47)

rata-rata responden adalah 32,04 dengan umur termuda responden adalah 24 tahun dan umur tertua adalah 40 tahun, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (85,5%), agama islam (81,8%), pendidikan D3 (89,1%), suku Melayu (40%) dan dengan lama kerja < 5 tahun dan 5-10 tahun (45,5%).

Data demografi seluruh responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa umur rata-rata perawat pelaksana di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai adalah 32,04 dengan umur termuda perawat pelaksana adalah 24 tahun dan tertua adalah 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai berada pada kelompok umur yang produktif untuk bekerja. Hasil penelitian Zees (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku caring perawat. Berbeda menurut Hasibuan (2005) bahwa umur akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Karyawan yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet dan memiliki tanggung jawab yang besar.

Penelitian ini di dapatkan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (85,5%). Perempuan tidak hanya memiliki emosi yang lebih kuat, tetapi juga memiliki rasa bersalah yang lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki, ketika mereka berperilaku buruk. Oleh karena itu perempuan pada umumnya lebih berhati-hati dalam bersikap kepada orang lain dengan menunjukkan sikap yang lembut, perhatian dan penuh kasih sayang yang mana sikap tersebut bisa membuat orang lain merasa aman dan merasa dihargai dan diterima sebagai mana adanya oleh sosok perempuan tersebut. Sehingga perawat perempuan cenderung memiliki


(48)

perilaku caring yang lebih baik dibandingkan perawat laki-laki karena memiliki naluri sebagai mother insting (Extebarria, 2010).

Hasil penelitian mayoritas responden beragama islam (81,8%). Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk kedalam konstruksi suatu kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku (Sunaryo, 2004). Ajaran agama juga umumnya mengajarkan pemeluknya untuk melakukan hal-hal yang baik dan melarang hal-hal yang tidak baik (Sudarman, 2008). Potter & Perry (2006) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai dimensi spiritual yang dapat berupa kepercayaan akan sesuatu yang maha besar, perasaan menyatu dengan alam dan dunia sebagai suatu kesatuan serta perasaan positif akan tujuan dan makna kehidupan, dimana kepercayaan-kepercayaan atau juga sikap tersebut dapat menjadi sumber kekuatan untuk beradaptasi dengan stres sehingga seseorang tersebut akan dapat mengontrol perilakunya ke arah yang baik.

Penelitian ini mayoritas responden pada tingkat pendidikan D3 (89,1%). Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu pelayanan atau asuhan keperawatan serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan (Gartinah dkk, 2006).


(49)

Suku adalah kelompok tertentu yang memiliki kesamaan latar belakang lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian suku bangsa atau kelompok etnik merupakan orang yang memiliki latar belakang budaya, bahasa, kebiasaan, gaya hidup, dan ciri-ciri fisik yang sama (Mubarak, 2009). Dalam penelitian ini mayoritas suku responden adalah suku melayu (40%). Suku melayu adalah salah satu dari delapan suku asli di provinsi Sumatera Utara. Aspek-aspek dimana adat istiadat dan kebiasaan berpengaruh dan berperan dalam perwujudan sikap, respon, karakter, dan perilakunya. Dimana orang melayu mengenal pola saling menghormati dan memberi. Bagi suku melayu kehalusan dan ketinggian budi menjadi hal yang utama yaitu dengan perlakuan dan tutur kata yang sopan dan halus (BKKBN, 1990).

Data demografi mayoritas responden memiliki lama kerja < 5 tahun dan 5-10 tahun (45,5%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Supratman (2002) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kinerja perawat berdasarkan masa kerja. Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robins dan Judge (2007) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang di masa lalu menjadi dasar yang baik untuk perilaku di masa depan. Seorang perawat akan dapat mengambil keputusan secara etik dan berperilaku secara etik saat menghadapi maslah etik karena pernah mengalami hal tersebut di masa lalu dan telah menganalisisnya dengan lebih baik. Hal ini didukung oleh Siagian (2002) yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka semakin matang secara teknis dan psikologis yang menunjukkan kematangan jiwanya.


(50)

5.2.2. Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien

Hasil penelitian bahwa perilaku caring perawat berdasarkan sepuluh faktor caratif dengan persentase tertinggi yaitu pendekatan humanistik dan altruistik (80%), diikuti oleh hubungan saling percaya dan saling membantu (79%), dan memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia (78%). Hal ini berarti bahwa perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan pasien dan membantu pasien untuk mengatasi masalahnya. Perawat juga menanamkan sikap saling percaya dan saling membantu kepada pasien. Sedangkan faktor caratif dengan persentase terendah adalah menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan (71,35%). Dimana faktor ini sangat penting oleh perawat dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan kepada pasien. Proses keperawatan adalah proses yang sistematis dan terstruktur seperti halnya penelitian (Nurachman, 2001).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa 29 responden (52,7%) menunjukkan perilaku caring dengan kategori baik dalam melakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat sudah menunjukkan perilaku caring yang sesuai dengan kesepuluh faktor caratif yang merupakan faktor-faktor pembentuk caring sehingga kebutuhan biofisik, psikososial, spiritual, dan interpersonal pada pasien dapat terpenuhi.


(51)

Hasil penelitian diperkuat oleh teori yang dikemukakan olehCarruth, et all 1999, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap

caring kepada pasien. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Diyakini bersifat caring untuk pasien dan bekerja sama dengan pasien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Anjaswarni, Keliat, dan Sabri (2002) mengenai analisis tingkat kepuasan klien terhadap perilaku caring perawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang menunjukan bahwa rata-rata tingkat kepuasan klien terhadap perilaku caring adalah 82,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian tingkat kepuasan pasien mendekati 100% yang berarti cenderung merasa puas dengan perilaku caring perawat.

Hasil penelitian juga memperkuat bahwa caring merupakan sentral praktik keperawatan. Potter & perry (2009) menjelaskan bahwa caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Klien dan keluarga mengharapkan kualitas hubungan individu yang baik dari perawat. Percakapan yang terjadi antara klien dan perawat pada umumnya sangat singkat dan tidak menggambarkan adanya suatu hubungan.


(52)

Teori yang mendukung pernyataan caring merupakan sentral praktik keperawatan dan bukan sesuatu yang unik dalam praktik keperawatan adalah teori yang dikemukakan oleh Swanson. Swanson (1991, dalam Potter & Perry, 2009) mengatakan caring merupakan suatu cara untuk memeliharaan hubungan dengan orang lain seperti sikap menghargai, disertai perasaan memiliki, dan bertanggung jawab. Teori ini berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan efektif dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.


(53)

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil penelitian tentang perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai. Kesimpulan dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan saran didasarkan atas manfaat penelitian.

6.1 Simpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menunjukkan perilaku caring baik dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien (52,7%), perilaku caring cukup (47,3%) dan tidak ada responden yang menunjukkan perilaku caring yang kurang. Perilaku caring yang baik dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Diharapkan bagi instansi rumah sakit khususnya RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungblai untuk memberikan dukungan dan kebijakan berupa sistem

reward bagi ruangan yang perawatnya melakukan caring pada pasien melalui

pemilihan perawat caring atas rekomendasi melalui kuesioner kepuasan pasien dan penilaian kinerja perawat. Reward yang dilaksanakan diharapkan memotivasi


(54)

perawat agar berperilaku caring kepada semua pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien.

6.2.2. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan kepada perawat agar membudayakan dan terus meningkatkan perilaku caring dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien serta dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang caring sehingga mutu asuhan keperawatan bisa terus dipertahankan.

6.2.3.Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti perilaku caring perawat dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda misalnya dengan metode observasi sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring perawat dan menilai caring perawat berdasarkan penilaian pasien.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, I. (2002). Perilaku Caring Perawat dan Hubungannya dengan Kepuasan Klien di Instalasi Rawat Inap Bedah Dewasa di RS Dr. Muhammad Hoesin Palembang. Jakarta: tesis FIK UI. Dibuka pada 20 April 2012 dari: www.lib.ui.ac.id

Ali , Z. (2001). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika. Anjaswarni, T, dkk. (2002). Analisa Tingkat Kepuasan Klien Terhadap Perilaku

Caring Perawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal keperawatan

Indonesia, vol. 6, no. 2, 41-49, Jakarta: Penerbit FIK UI.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Edisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Barnum, B.J.S. (1994). Nursing Theory : Analysis, Application, Evaluation (4th ed.). Philadelphia : J.B. Lippincott.

Berger, K.J. & Williams, M.B. (1992). Fundamental of Nursing : Collaborating for Optimal Health. California : Appleton & Lange.

BKKBN. (1990). Sudut Pandang Adat Budaya Melayu terhadap Konsep NKKBS. Dibuka pada 27 januari 2013 dari

Danim, S. (2003). Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC.

Dwidiyanti, M. (1998). Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Edisi 1. Semarang: Akper Depkes Semarang.

Etxebarria, I. (2010). Wanita Lebih Merasa Bersalah Dibanding Pria. Dibuka pada 10 Januari 2013 dari http://javaindoland.com

Gartinah, T.M.N. (2006). Manajemen Asuhann Keperawatan. Kongres VIII dan hospital expo XIII PERSI Jakarta.


(56)

Hamid, A. (2000). Buku Ajar: Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Hartati, S. (2007). Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan

Perawat di RS Jakarta.http://www.perawat

2012.

Hasibuan, Melayu S.P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B. & Erb, G. (1997). Fundamental of Nursing : Concepts and Procedures. California : Addison-Wesley Publishing Company.

Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Indeks Gramedia.

Malini. (2009). Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat di RS Dr. M.Djamil Padang. Jurnal Penelitian Universitas Andalas dibuka pada 26 April 2012 da

Marriner, T. (1998). Nursing Theorist and Their Work (3rd ed.). Misouri : Mosby.

Mubarak, W.I. (2009). Sosiologi untuk Keperawatan; Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurachmah, E. (2001). Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit. Disajikan

pada Seminar keperawatan RS Islam Cempaka Putih Jakarta. Jakarta, 2 Juni 2001. Dibuka pada 12 April 2012 dari:

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


(57)

Polit, F. D. & Hungler, B. F. (1999). Nursing Research Principles and Methods (6th ed.). Philadelphia : Lippincott.

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (edisi 4). Jakarta: EGC.

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan (edisi 7). Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo, R. (2003). Konsep & Perspektif; Praktik Keperawatan Profesional (edisi 2). Jakarta: EGC.

Purwanto, H. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Rothrock, J.C. (1999). Perecanaan Asuhan Keperawatan, Volume 6, No. XI. Jakarta: EGC.

Robins, S.P, & Judge, T.A. (2007). Perilaku Organisasi (12th ed) (Vol.1). (Diana Angelica Penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.

Ryan. (2009). Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan

Perawat di RS Jakarta Dibuka pada 20 April 2012 dari

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Simarmata, A. (2011). Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan

Keperawatan pada Pasien Jiwa di RSJD Provsu Medan. Di buka pada 18

April 2012 dari

Sobirin, C. (2002). Hubungan Beban Kerja dan Motivasi dengan Penerapan Perilaku Caring Perawat Pelaksana di BRSUD Unit Swadana Kabupaten

Subang. Tesis di buka 20 April 2012 dari

Siagian, S. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, M.A. (2002). Metode Statistika (edisi ke 3). Bandung: Tarsito.

Sumarwati. (2006). Gambaran Perilaku Caring Perawat pada Pasien Kanker di

RS Yogyakarta. Dibuka 25 April 2012 dari

Suwardi. (2008). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Komunikasi Terapeutik Perawat di Rumah Sakit Umum Pandan Arang

Boyolali. Skripsi di buka pada 20 April 2012 dari


(58)

Sudrajat. (2000). Statistik Non Parametrik. Bandung: Armico. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sudarman, M. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Supratman. (2002). Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor Motivasi dan Karakteristik Demografi dengan Persentasi Kerja Perawat di Rumah Sakit

Islam Jakarta: Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Dibuka 10 Januari

2013 pada

Zees, R.F. (2011). Analisis Faktor Budaya Organisasi yang Berhubungan dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rsud Prof. Dr.

H. Aloei Saboe Kota Gorontalo: Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan UI.


(59)

KUESIONER PENELITIAN

Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

I. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian

Bapak/ Ibu/ saudara/i diharapkan : :

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada tempat yang tersedia.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.

4. Bila data yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti

1. Umur : Tahun 2. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan 3. Agama :

Islam Hindu


(60)

4. Pendidikan Terakhir: SPK

D-III/Akper S-1

5. Suku :

Melayu Minang

Jawa Aceh

Batak dll, sebutkan……. 6. Lama Kerja: Tahun


(61)

II. Kuesioner Perilaku Caring Perawat

Petunjuk pengisian

1. Bacalah baik-baik setiap item pernyataan :

2. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman anda dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien yaitu: Tidak Pernah (TP), Kadang-Kadang (KK), Sering (SR), Selalu (SL).

N0 Pernyataan TP KK SR SL

1. Tidak pilih kasih antara pasien satu dengan pasien yang lain.

2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien atau keluarga.

3. Bicara dengan sopan dan suara lembut.

4. Merasa puas jika dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik.

5. Menanamkan kepercayaan dan harapan akan keberhasilan pengobatan kepada pasien.

6. Memberikan semangat kepada pasien dan meyakinkan bahwa pasien dapat sembuh.

7. Memberikan semangat kepada pasien saat mereka merasa putus asa.

8. Memfasilitasi pasien atau keluarga untuk alternatif pengobatan yang paling tepat.


(62)

10. Merasakan apa yang dirasakan pasien atau keluarga.

11. Mendorong pasien atau keluarga untuk mengekspresikan perasaannya.

12. Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama kepada pasien atau keluarga.

13. Memberikan perhatian kepada pasien ketika mereka sedang berbicara.

14. Memberikan respon secara verbal terhadap panggilan atau keluhan pasien atau keluarga. 15. Tidak menyembunyikan kesalahan saat melakukan

perawatan pada pasien.

16. Menjawab pertanyaan yang ditanyakan pasien dengan baik dan jujur.

17. Menerima ekspresi perasaan positif dan negatif pasien atau keluarga.

18. Memberikan waktu dan mendengarkan keluhan pasien.

19. Menyusun jadwal kegiatan untuk pasien sesuai dengan kemampuannya..

20. Mendiskusikan masalah yang menjadi kekhawatiran pasien.

21. Memberikan solusi akan keluhan maupun perasaan yang di utarakan oleh pasien.


(63)

22. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi pasien. 23. Menetapkan masalah berdasarkan identifikasi

yang ditemukan.

24. Menetapkan rencana tindak lanjut dari penyelesaian masalah.

25. Memberikan informasi yang jelas mengenai perawatan pada pasien atau keluarga.

26. Membantu pasien untuk penyelesaian masalah. 27. Membantu pasien untuk melakukan suatu tindakan

dengan mempraktekkannya.

28. Memberikan penjelasan atau pengajaran untuk memampukan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

29. Memfasilitasi pasien agar dapat melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan.

30. Memfasilitasi pasien untuk bersosialisasi dengan lingkungan.

31. Memberikan tindakan yang memberi rasa nyaman secara fisik dan privasi.

32. Menjaga lingkungan agar selalu bersih dan tetap tenang.

33. Mengenali kebutuhan pasien.

34. Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya makan, minum, personal


(64)

hygine pada pasien yang tidak mampu melakukannya.

35. Memberikan kebebasan pada pasien untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya. 36. Memberikan pelajaran rohani kepada pasien sesuai

dengan kepercayaannya dan mensyukuri apa yang dimilikinya.


(65)

(66)

(67)

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

1. PROPOSAL

a. Print proposal Rp. 150.000 b. Biaya internet Rp. 50.000 c. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000 d. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000 e. Sidang Proposal Rp. 70.000

2. PENGUMPULAN DATA

a. Izin penelitian Rp. 150.000 b. Transportasi Rp. 50.000 c. Fotocopy kuisioner dan persetujuan penelitian Rp. 75.000

d. Konsumsi Rp. 100.000

3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya print Rp. 100.000

b. CD Rp. 10.000

c. Penjilidan Rp. 150.000

d. Fotocopy laporan penelitian Rp. 150.000 4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 200.000 ___________


(68)

Uji Reliabilitas

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0 Excludeda 0 .0 Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .845 36

Tabel Hasil Olah Data Demografi Frequencies Statistics Umur Jenis Kelamin Agama Pendidikan

Terakhir ama Kerja Suku

N Valid 55 55 55 55 55 55

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

N Valid 55

Missing 0

Mean 32.04

Median 32.00

Mode 27a

Std. Deviation 3.991

Minimum 24


(69)

Umur

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid 24 tahun 1 1.8 1.8 1.8

25 tahun 1 1.8 1.8 3.6

26 tahun 2 3.6 3.6 7.3

27 tahun 6 10.9 10.9 18.2 28 tahun 4 7.3 7.3 25.5 29 tahun 1 1.8 1.8 27.3 30 tahun 5 9.1 9.1 36.4 31 tahun 6 10.9 10.9 47.3 32 tahun 3 5.5 5.5 52.7 33 tahun 3 5.5 5.5 58.2 34 tahun 5 9.1 9.1 67.3 35 tahun 6 10.9 10.9 78.2 36 tahun 5 9.1 9.1 87.3 37 tahun 1 1.8 1.8 89.1 38 tahun 5 9.1 9.1 98.2 40 tahun 1 1.8 1.8 100.0 Total 55 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 8 14.5 14.5 14.5

Perempuan 47 85.5 85.5 100.0


(70)

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 45 81.8 81.8 81.8

Kristen 10 18.2 18.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Spk 3 5.5 5.5 5.5

D3 49 89.1 89.1 94.5

S1 3 5.5 5.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

Lama Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid <5thn 25 45.5 45.5 45.5

5-10thn 25 45.5 45.5 90.9

>10thn 5 9.1 9.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Melayu 22 40.0 40.0 40.0

Jawa 16 29.1 29.1 69.1

Batak 17 30.9 30.9 100.0


(71)

Tabel Hasil Olah Data Kuesioner Frequencies Statistics

Perilaku Caring

N Valid 55

Missing 0

Perilaku Caring

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 26 47.3 47.3 47.3

Baik 29 52.7 52.7 100.0


(72)

Tabel Distribusi persentase, nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata (mean) perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan berdasarkan 10 faktor caratif.

Sepuluh faktor caratif Persentase Min Maks Mean 1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 80 1 16 12,80 2. Menanamkan sikap penuh harapan. 71,81 1 16 11,49 3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan

orang lain.

76,25 1 16 12,20

4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.

79 1 16 12,64

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

72 1 12 8,64

6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.

71,35 1 20 14,27

7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.

75,80 1 20 15,16

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung.

77,75 1 12 9,33

9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

78 1 8 6,24

10.Terbuka pada eksistensial

fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan.


(73)

(74)

(1)

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 45 81.8 81.8 81.8

Kristen 10 18.2 18.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Spk 3 5.5 5.5 5.5

D3 49 89.1 89.1 94.5

S1 3 5.5 5.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

Lama Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <5thn 25 45.5 45.5 45.5

5-10thn 25 45.5 45.5 90.9

>10thn 5 9.1 9.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Melayu 22 40.0 40.0 40.0

Jawa 16 29.1 29.1 69.1

Batak 17 30.9 30.9 100.0


(2)

Tabel Hasil Olah Data Kuesioner Frequencies Statistics

Perilaku Caring

N Valid 55

Missing 0

Perilaku Caring

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 26 47.3 47.3 47.3

Baik 29 52.7 52.7 100.0


(3)

Tabel Distribusi persentase, nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata (mean) perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan berdasarkan 10 faktor caratif.

Sepuluh faktor caratif Persentase Min Maks Mean 1. Pendekatan humanistik dan altruistik. 80 1 16 12,80 2. Menanamkan sikap penuh harapan. 71,81 1 16 11,49 3. Kepekaan terhadap diri sendiri dan

orang lain.

76,25 1 16 12,20

4. Hubungan saling percaya dan saling membantu.

79 1 16 12,64

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.

72 1 12 8,64

6. Menggunakan problem solving dalam mengambil keputusan.

71,35 1 20 14,27

7. Peningkatan belajar mengajar interpersonal.

75,80 1 20 15,16

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, spiritual yang mendukung.

77,75 1 12 9,33

9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

78 1 8 6,24

10.Terbuka pada eksistensial

fenomenologikal dan dimensi spiritual penyembuhan.


(4)

(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Rika

Tempat/Tgl Lahir : Serbangan, 10 Juni 1985 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : PNS di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Alamat : Jl. Sirsak Sentang Kisaran, Sumatera Utara

No hp : 085360245548

Email

Riwayat Pendidikan

1. 1992 - 1997 : SDN No. 015864 Kisaran 2. 1997 - 2000 : SMP N 1 Kisaran

3. 2000 - 2003 : SMU N 1 Kisaran

4. 2003 - 2006 : D-3 Keperawatan USU Medan

5. 2011 - 2013 : Ekstensi S1 Keperawatan USU Medan

Riwayat pekerjaan : 2008 - sekarang perawat di RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai