Remaja dan HIVAIDS HIVAIDS

2.2.4 Remaja dan HIVAIDS

Masa remaja diidentikan dengan masa mencari jati diri dan memiliki tingkat emosional yang cenderung tidak stabil, sehingga memiliki risiko yang tinggi untuk berperilaku berisiko. Tingginya mobilitas sosial masa remaja juga berpengaruh terhadap tingginya kerentanan remaja tertular HIVAIDS Pratiwi, N.L Hari B, 2011. Diperkirakan pada tahun 2012, diantara 35,3 juta orang yang hidup dengan HIV, sebesar 2,1 juta merupakan remaja usia 10 – 19 tahun, dimana mayoritasnya adalah perempuan 56. Pada tahun yang sama terdapat 300.000 infeksi baru HIV pada remaja usia 15 – 19 tahun, dan diperkirakan setiap hari 830 remaja terinfeksi HIV Idele P, et al, 2014. Walaupun ada penurunan jumlah infeksi baru sejak tahun 2000, namun kematian akibat AIDS meningkat 2 kali lipat. Pada tahun 2014, HIVAIDS diperkirakan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua, dan kelompok remaja putri merupakan kelompok yang jumlah kasus kematian akibat AIDS yang tidak menurun Mahmy M, Idele P, 2014. Di Indonesia, menurut data UNICEF 2012, satu dari setiap lima orang yang terinfeksi HIV adalah remaja yang berusia di bawah 25 tahun. Sebesar 18 dari total kasus baru HIV pada tahun 2011 merupakan remaja usia 15 – 24 tahun. Remaja sebagai kelompok yang rentan memiliki risiko 30 lebih besar untuk terinfeksi HIV. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus HIVAIDS di kalangan remaja, termasuk faktor seks berisiko. Hasil penelitian menemukan bahwa 5 – 10 wanita dan 18 – 38 pria muda berusia 16 – 24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah serta sebanyak 5 – 10 pria muda usia 15 – 24 tahun telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko sebelum menikah Suryoputro, 2006. Sejalan dengan itu, survey yang dilakukan oleh KISARA pada 384 remaja usia 10 – 24 tahun, diketahui bahwa 19,8 remaja telah melakukan hubungan seksual dengan usia pertama kali berhubungan seksual adalah 13 tahun KISARA, 2014. Berdasarkan hasil penelitian Yani 2014 menunjukkan bahwa sebesar 60 remaja di kota Denpasar memiliki perilaku seksual berisiko tinggi, walaupun 62,7 remaja memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi. Namun, pengetahuan yang baik tidak secara langsung mempengaruhi perilaku remaja dalam upaya pencegahan HIVAIDS karena diperlukan juga pengetahuan yang benar terkait HIVAIDS. Sejalan dengan itu, hasil pencapaian target MDGs pada tahun 2012 menunjukkan proporsi remaja usia 15 – 24 tahun yang memiliki pengetahuan yang benar mengenai HIVAIDS hanya sebesar 21,25. Oleh sebab itu, intervensi program yang seharusnya dijalankan tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman remaja mengenai informasi HIVAIDS yang benar, tetapi juga dapat mempengaruhi perilaku remaja dalam upaya pencegahan penularan HIVAIDS.

2.3 Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba KSPAN