Hasil Pengujian .1 Korelasi Rank Spearman

Tabel 4.4 : Korelasi Rank Spearman Correlations 1.000 -.988 -.744 . .000 .014 10 10 10 -.988 1.000 .760 .000 . .011 10 10 10 -.744 .760 1.000 .014 .011 . 10 10 10 Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N PROSENTASE REALISASI PENAGIHAN FREKUENSI KESALAHAN PEMBERIAN KREDIT ULANG SALDO PIUTANG DAGANG Spearmans rho PROSENTAS E REALISASI PENAGIHAN FREKUENSI KESALAHAN PEMBERIAN KREDIT ULANG SALDO PIUTANG DAGANG Correlation is significant at the .01 level 2-tailed. . Correlation is significant at the .05 level 2-tailed. . Sumber : data diolah, Lampiran 2 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui besarnya hubungan antara variabel prosentase realisasi penagihan X 1 dengan saldo piutang dagang sebesar –0.744 berarti bahwa variabel prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang. Hubungan antara variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang X 2 dengan saldo piutang dagang sebesar 0.760 berarti bahwa variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang memiliki hubungan positif yang kuat dengan saldo piutang dagang. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.4.1 Implikasi Praktis Berdasarkan pengujian hipotesis, maka dapat diketahui bahwa variabel prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan yang kuat dengan saldo piutang dagang. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada pihak manajemen perusahaan dengan cara melakukan usaha-usaha dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang dengan cara meningkatkan realisasi penagihan yang baik dan mengurangi frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang. Dalam perencaanaan terhadap saldo piutang dagang diperlukan untuk mempertimbangkan jumlah dana yang tertanam dalam piutang dagang dan membandingkan jumlah tersebut dengan jumlah modal yang tersedia. Sedangkan pengendalian terhadap piutang sebenarnya dimulai sebelum ada persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, penyiapan, dan penerbitan faktur serta berakhir dengan penagihan hasil penjualan. Adanya penjualan barang-barang dan jasa yang banyak dilakukan perusahaan dengan cara kredit dapat berakibat adanya tenggang waktu sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya uang. Dalam tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan kepada pembeli. Jumlah piutang yang diharapkan akan ditagih dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan akan tidak dapat ditagih kepada jumlah piutang. Untuk itu, suatu perusahaan harus lebih bijak dalam memutuskan pemberian kredit ulang. Hal ini menghindarkan adanya kredit macet yang akan berakibat pada laporan keuangan perusahaan. Serta realisasi penagihan harus dapat terlaksana dengan baik agar dapat mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan. Terdapat hubungan negatif berlawanan yang kuat antara prosentase realisasi penagihan dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti apabila prosentase realisasi penagihan meningkat maka saldo piutang dagang perusahaan akan mengalami penurunan. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada PT. Srikandi Palstik Sidoarjo untuk melakukan upaya dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan misalnya melakukan pengoptimalan terhadap penagihan yang ditargetkan agar penagihan tersebut dapat terealisasi dengan baik sehingga akan menurunkan saldo piutang dagang perusahaan. Terdapat hubungan positif searah yang kuat antara frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti apabila frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang meningkat maka saldo piutang dagang perusahaan akan mengalami peningkatan juga. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada PT. Srikandi Palstik Sidoarjo untuk melakukan upaya dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan misalnya menghindarkan adanya kredit macet yang akan berakibat pada laporan keuangan perusahaan, dan memperkecil frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang sehingga akan menurunkan saldo piutang dagang perusahaan. Sesuai hasil riset didapatkan bahwa nilai korelasi r frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang sebesar 0.760 lebih erat dari pada nilai korelasi r prosentase realisasi penagihan sebesar 0.744. Oleh karena itu, supaya investasi